Lex semper dabit remedium
(The law will always give a remedy)
Irene beranjak dari duduknya, dirinya sudah sangat kesal dengan situasi yang baru saja menimpa dirinya. Seluruh rencananya gagal, seharusnya ia bisa sampai di Seoul malam ini namun karena kebodohannya mempercayai orang lain membuat seluruh perencanaannya gagal.
Ruka pikir kemarahan Mino masih bisa ditunda keesokan harinya karena tidak mungkin jika pria itu memarahinya di kediaman nenek mereka, tapi di sinilah ia sekarang, berjalan diapit sopir pribadi pria itu dan sekertarisnya ke arah pesawat pribadi milik keluarga mereka.
Mino duduk di kursi menatap sepupunya yang langsung duduk di kursi yang ada di depannya. Pria itu mengambil tas milik Ruka yang dibawa oleh Sekertaris Park. Mino membuka tas itu dan mengeluarkan semua barang milik sepupunya. Ruka memajukan tubuhnya dan menarik selempang tas itu, berusaha merebutnya.
"duduk" ucap Mino tak ada lagi nada tinggi, tak lembut juga tapi cukup untuk mengancam gadis itu. Ruka menarik kembali tangannya dan kembali duduk.
"apa yang kau katakan pada wanita itu sampai dia bereaksi berlebihan seperti tadi?" tanya pria itu masih menatap saudara sepupunya.
"aku hanya berbohong jika aku mengalami pelecehan dari anggota keluarga, dan aku ingin pergi dari rumah. Aku mengatakan itu agar dia mau membantuku" balas Ruka.
Raut wajah Mino masih sangat tenang walau ada sedikit jiwa dalam dirinya yang merasa sakit mendengar itu.
"Setelah ini bukankah kau keluar dari rumah? Kau tinggal di tempatku di mana kau bisa bebas melakukan apa pun tanpa pengawasan" ucap Mino yang mendapat balasan tawa hambar dari Ruka.
Ruka terdiam beberapa saat, dari semua saudara sepupu dan keluarga ayahnya_Mino memang orang yang paling santai dan misterius namun justru karena itu, dirinya sulit dibaca. Sejujurnya, ia tidak yakin dengan ucapan yang baru saja dikatakan sepupunya, tanpa pengawasan dia bilang. Mungkin saja nenek mereka tidak bisa sepenuhnya mengawasi tapi ia yakin justru Mino yang akan mengawasinya dan mengatur hidupnya.
"Bukankah jika aku tinggal di rumah oppa, oppa akan kehilangan kebebasan? Aku yakin orang-orang yang bekerja untuk nenek akan selalu mengawasi, dan apa oppa juga tidak curiga? Bisa saja aku menjadi ular di sarang milik oppa" ucap Ruka berusaha mencari celah untuk memanipulasi, meyakinkan jika ia tidak cocok untuk tinggal bersama pria itu.
"tanpa kau tinggal di rumahku juga, aku sudah diawasi. Tidak ada bedanya" balas Mino, Ruka gagal di percobaan yang pertama.
"oppa tidak merasa jika kita tinggal bersama aku akan merepotkan hidup oppa?" gadis itu masih berusaha.
"itu sudah jelas, kau belum menginjakkan kaki di tempatku saja sudah sangat merepotkan" balas pria itu sambil menuangkan whiskey ke gelasnya.
"kau tidak perlu bicara berputar-putar, apa maumu?" lanjut Mino, ia bisa menangkap maksud dari ucapan gadis berusia awal dua puluhan itu.
"aku mau tinggal sendiri" ucap Ruka menatap saudara sepupunya yang kini meneguk cairan bening kecoklatan dari gelas di tangannya. Masih belum ada jawaban, pria itu memutar gelasnya dalam diam.
"katakan semua rencanamu setelah kau tinggal sendiri, aku perlu meyakinkan ibumu" balas Mino.
Ruka terdiam sebentar, otaknya mempertimbangkan berbagai macam hal namun pada akhirnya ia jujur saja pada Mino karena sekarang ini, pria itulah satu-satunya orang yang bisa membantunya.
"Okay, besok kau hubungi ibumu dan katakan rencanamu itu. Setelah itu akan aku coba yakinkan ibumu" Ruka mengangguk mengerti. sementara pria di depannya tahu betul jika ibu gadis itu tidaklah mudah untuk membebaskan Ruka, apalagi posisinya sekarang mereka tinggal di negara yang berbeda_yang Ruka tak tahu sekarang, suara Yano Shiro adalah suara Song Minho.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heal & Validate (ON HOLD)
Fanfiction"Is it better to destroy others to heal yourself??", kalimat yang dalam beberapa tahun terakhir berputar di benaknya. Dirinya memang bukan orang baik apalagi suci,tapi jujur saja ia juga tak seburuk itu_tapi.....