Bismillahirrahmaanirrahiim
●●●
Di sekolahku tahun 2016.
Aku mencium punggung tangan seseorang yang kekar, berkulit sawo matang. Tapi sayang, kulitnya sudah tak semulus dulu. Tangan itu menggambarkan betapa kerasnya dunia demi menjemput rizki untuk keluarga tercinta.
Itu Bapakku. Usianya sudah hampir lima puluh tahun. Tapi semangatnya memperjuangkan sesuatu untuk keluarga tidak pernah reda. Meski pun rasa lelah dan letih itu selalu ada.
Terutama untukku, putri pertamanya yang baru kelas dua sekolah menengah pertama. Setiap pagi Bapak selalu mengantarku berangkat ke sekolah yang jaraknya lumayan jauh dari rumah.
Motornya kembali berderu setelah aku masuk gerbang gedung coklat itu. Lalu menaiki tangga yang ada di sebelah kiriku setelah menyalami beberapa guru yang berjejer di depan gerbang sana untuk menyambut kami, para siswanya. Kebetulan ruang kelasku ada di lantai dua.
Sambutan kedua,beberapa lelaki muda tengan duduk di tangga sambil berbincang. Entah apa yang mereka bicarakan. Terlihat asyik sekali.
Lelaki muda, aku menyebutnya demikian. Kenapa? Usia mereka lebih muda satu tahun dariku. Tapi ada juga yang tidak sampai satu tahun perbedaan usia kami.
Ah,terlalu bertele-tele,bukan? Yang jelas mereka adalah adik kelasku. Kelas satu yang ruangannya bersebelahan dengan ruang kelasku. Obrolan mereka tiba-tiba terhenti ketika aku melewati tangga itu.
"Permisi." Ucapku.
Beberapa diantara mereka menjawab walau hanya sekedar kata "Ya." Dengan nada bicara yang menunjukkan betapa ramahnya mereka kepada orang lain.
Tapi, percaya atau tidak hanya satu anak ini tidak mengeluarkan satu kata pun saat aku melewati tangga itu. Tapi bahasa tubuhnya yang memberiku kata silakan. Ia hanya menganggukan kepalanya.
Hei, siapa satu anak ini? Kulitnya putih bersih, tapi terlihat beberapa jerawat di wajahnya. Wajar, anak-anak seperti kami memang sedang dalam masa puber. Jarawat dimana-mana.
Tentang siapa anak itu? Nanti dulu, masih ada sambutan kedua dari sehabat-sahabatku ini. Mereka selalu datang lebih awal dariku. Tapi kadang juga aku lebih pagi dari mereka. Tergantung suasana hati sih sebenarnya. Kapan kami berangkat ke sekolah. Kalau lagi bahagia ya, bisa lebih pagi. Tapi itu semua nggak tentu, kadang rasa malas itu tetap ada yang membuat salah satu dari kami datang lebih siang. Yang terpenting tidak lagi terlambat sampai sekolah seperti yang pernah kualami satu tahun yang lalu. Jadi dapat hukuman,deh.
Oh iya. Mau kenalan tidak dengan tiga sahabatku yang berbeda karakter ini? Eh,tapi sebelumnya kenalan sama aku dulu,ya. Biar... Ya biar kenal,lah.
Aku Vika. Terlahir dari keluarga sederhana tapi ingin hidup kaya raya dan bagaimana caranya? Haha, ini konyol. Ya, kalau dewasa nanti bekerja keras dan tetap semangat semoga bisa mengubah nasib keluarga. Betul atau tidak?
Ah sudah lah,lanjut sedikit tentang aku. Tapi,apa ya? Mungkin cukup namaku saja bukan? Hehehehe.
Selanjutnya ada sahabatku yang sering dibilang saudara kembarku. Namanya Salma. Tubuh kita sama agak gempal gitu. Warna kulit kita sama. Umur kita juga sama, tapi orang tua kita berbeda. Salma ini adalah rumah keduaku? Kenapa? Soalnya aku sering banget makan di rumahny, tidur siang di rumahnya, mandi di rumahnya. Tapi bukan hanya aku saja,kok.
Lalu sahabatku yang kedua ini hobinya menulis puisi. Satu tahun yang lalu,ia pernah didaftarkan lomba cipta puisi oleh sekolah. Tapi sayangnya, ia belum berhasil. Namanya Alisya, anaknya receh banget dan super duper ramah ke semua orang. Pokoknya nggak rugi punya sahabat kaya Alisya ini.
Dab, sahabatku yang ketiga ini namanya Herma. Penampilannya agak tomboy. Suaranya ngebas banget. Tapi dia manis banget kalau senyum, ada gingsul di giginya.
Mungkin cukup itu perkenalan kita. Kalau ketemu mungkin kita bisa ngobrol-ngobrol banyak,bukan?
Kembali lagi, lalu siapa sih lelaki muda itu?
Beberapa bulan yang lalu ada rasa penasaran di benakku setelah salah satu teman sekelasku yang juga kembang tiba-tiba menginformasikan kepada kami para perempuan muda, hehe muda ya walau pun usia kita ebih tua dari adik kelas kita.
"Di kelas tujuh juga ada yang kembar,lhoo.."
"Siapa?" Salah satu dari kita mulai penasaran. Tapi waktu itu aku belum penasaran tentang topik anak kembar ini. Karena menurutku ini berita yang sungguh biasa saja. Tidak ada istimewanya.
"Mereka cowok." Katanya. Aku hanya menanggapinya dengan anggukan sambil kembali melahap makanan enak ini. Ya, batagor saus kacang pedas manis. Wah, bikin ngiler,nih.
Topik tentang anak kembar masih terus berlanjut hingga tiga hari. Tak disangka, topik ini ternyata menjadi obrolan trending di kelasku. Kok bisa? Hanya tentang anak kembar?
Dari situ aku mulai penasaran. Yang mana sih yang katanya kembar. Tidak ada wajah yang sama di ruangan itu. Eit, aku tidak kepo lalu masuk ke ruang kelas mereka. Hanya saja jiwa stalkerku muncul. Scrol-scrol media sosial dan dapatlah foto kelas dengan judul "Excellent Seven Grade" atau kelas tujuh unggulan.
Alhamdulillah , bukannya sombong atau ingin pamer. Kelas kita memang berada di gedung depan lantai dua. Yang memiliki fasilitas lebih istimewa di bandingkan ruang kelas yang lain. Fasilitas ini khusus untuk siswa-siswi yang telah difilter dengan jumlah nilai raport minimal seribu. Dan aku masuk di dalamnya. Tapi aku merasa otakku tidak seencer itu. Aku merasa aku biasa-biasa saja. Mungkin, Allah sudah menakdirkan ini semua. Cukup jalani saja, sabar dan bersyukur.
Aku mengklik tombol unduh yang ada di layar handphoneku. Berkali-kali aku meng-zoom image itu, aku pun tidak kunjung menemukan wajah yang sama.
Terlihat membuang-buang waktu bukan,perkara anak kembar ini? Akhirnya kulupakan saja topik tentang ini.
Hingga saat istirahat tiba Salma tiba-tiba memberitahu sesuatu.
"Itu,Vik .. Mereka yang kembar. Cowok yang lagi nyender di tangga sana yang namanya Ariz itu. Sama yang satunya,tuh yang lagi bawa buku ke perpustakaan. Kalau nggak salah dia namanya Arka." Jelasnya padaku. Tapi aku masih belum percaya.
"Hah? Kamu yakin,Sal? Orang mukanya beda gitu. Nih, setahu aku ya kalau kembar itu mukanya sama kaya si Ziya sama Izza itu."
"Mungkin mereka kembar nggak identik."
"Hmm, bisa jadi sih. Kok aku jadi kepo. Ganteng juga mereka." Secara tidak langsung aku sudah memuji mereka sebagai ciptaan Allah.
"Hahaha, dasar Vika. Tapi emang iya,sih."
Hingga tepukan dari Alisya dan Herma menghentikan obrolanku dengan Salma. Kami pun kembali masuk ruang kelas setelah menghabiskan beberapa makanan yang kami beli tadi. Waktu istirahat sudah berakhir saatnya memulai pelajaran selanjutnya sebelum akhirnya ada pengumuman hari ini pulang lebih awal.
Merupakan suatu kebahagiaan tersendiri jika ada pengumuman seperti ini. Karena jarang sekali sekolah kami memulangkan muridnya sesiang ini. Biasanya kami baru selesai serangkaian kegiatan di sekolah pukul setengah empat sore.
●●●
To be continue, Insya Allah.
Masya Allah. Assalamualaikum sahabat readers semua. Apa kabar? Semua selalu dalam lindungan Allah,ya. Aamiin. Alhamdulillah akhirnya aku kembali menyapa kalian lagi dengan cerita baru. Semoga dengan dipublikasikan bab pertama ini kalian semakin penasaran dan selalu menunggu update dari aku. Tapi sabar,ya. Salam hangat dari Umma Nina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Kisahku
Teen FictionSkenario Tuhanku memang begitu luar biasa. Siapa sangka pria itu saat ini telah hidup bersamaku. Bermula dari whatsapp storynya yang menarik perhatianku sehingga menggerakkan jari-jari tanganku mendial keyboard pada layar gawai. Sampai pada suatu pa...