The Twins

42 3 0
                                    

*suara orang membuka pintu kamar* "ngikkkk..." suara pintu terbuka. Tangisan bayi mulai mengeras dan suara jeritan terdengar ketika seorang wanita masuk ke kamar tersebut untuk melihat anaknya yang kembar. Tak disangka bayi kembarnya hilang dan hanya sisa seorang bayi. Wanita itu menangis tersedu-sedu dirangkulan suaminya dan segera menelepon polisi. Namun setelah begitu lama, tidak ditemukan juga.

10 tahun pun berlalu... wanita itu mulai melupakan bayi malangnya dan fokus dengan masa depan anaknya yang tunggal itu. Namun ia agak kesulitan setiap melihat muka anaknya sehingga ia selalu tampak murung di depan anaknya."Ma, mama kenapa sih asik murung aja dari aku kecil sampai sekarang." Tanyaku pada mama. "Gakpapa kok sayang, mama cuma memikirkan masa depanmu kelak." Bohong wanita itu. "Ohh, kalo ada apa-apa mama cerita sama aku ya." Jawabku pada mama. "Iya sayang. Ayo cepat ke sekolah." Seru mamaku.

Ketika sampai di sekolah, aku turun dari mobil ayahku dan bertemu dengan teman-temanku, kami bersama masuk ke kelas untuk belajar karena kami agak telat. Pelajaran dimulai dan semua berjalan dengan lancar sampai akhirnya kami diperbolehkan pulang. Ini merupakan hari yang sangat melelahkan bagiku karena aku adalah siswa axel. Kami belajar melebihi rata-rata siswa biasa. *dering hape berbunyi* aku segera mengangkat hapeku tanpa melihat siapa yang menelepon. Ternyata adalah ayahku, ia tidak bisa menjemputku karena ada urusan penting. Lalu aku pun memutuskan untuk menaiki bus sendiri karena jarak rumahku yang agak jauh. Tak sengaja aku bertemu dengan seorang wanita, dia menatapku dengan tampang tak biasa seperti ada keanehan. Aku pun tidak memperdulikannya dan segera mengambil headset dari tasku untuk mendengar lagu dan menghilangkan rasa penat di otakku. Tiba-tiba saja wanita itu menepuk pundakku dan bertanya "Apakah kau putri yoora?" Dengan terkejut aku menjawab "Ya. Ada apa? Apakah Anda teman ibuku?" Dengan sinis aku menjawabnya. "Ya aku mengenal ibumu." Jawab wanita itu dengan tampang yang dibuat-buat. Lalu aku pun tak memedulikannya karena aku tak begitu suka melihat cara dia memandangku karena aku adalah sosok yang sensitif terhadap tatapan orang. Akhirnya bus yang ku naiki sampai di tujuan, aku segera turun dan berjalan menuju rumah. Aku merasa seperti ada yang mengikutiku tapi tak ku hiraukan, aku tetap berjalan terus sampai ke rumah. Ternyata wanita itu mengikutiku. Sesampai aku di rumah, aku mendengar tangisan ibuku yang sangat membuatku tertekan, lalu segera aku mencarinya di kamar. "Mama kenapa?" Tanyaku. "Mama gakpapa." Sambil menyembunyikan sebuah foto. Aku datang mendekati ibuku dan merampas foto yang ia sembunyikan. "Ini foto siapa ma?" Tanyaku dengan nada yang agak aneh. "Sejujurnya ini adalah foto bayimu dengan kembaranmu, 10 tahun yang lalu adikmu diculik oleh seseorang dan sampai sekarang belum ditemukan." Jawab ibuku dengan nada yang bergetar. "Apa?!!! Aku punya kembaran?! Tak mungkin! Mengapa ayah dan mama tidak pernah membicarakannya padaku?! Jadi selama ini, mama murung karena hilangnya adikku?" Jawabku dengan nada tinggi. Aku pun segera masuk ke kamarku dengan membanting pintuku, karena aku tak menyangka orang tuaku membohongiku selama ini.

Malam pun tiba dan ayah telah pulang dari kantor. Ayah mengetahui pertengakaranku, namun akhirnya emosiku redah dan kami makan malam bersama dan ketika makan malam berlangsung aku menceritakan kejadianku pada saat di bus. Mama agak bingung mendengarnya dan ayahku biasa saja karena dia tau kesensitifanku. Kemudian makan malam selesai dan mama membereskan makan malam kami. Aku bergegas masuk ke kamar karena aku asik memikirkan nasib kembaranku dan wanita yang ku temui tadi, mengapa firasatku begitu aneh terhadap wanita itu seperti sangat membencinya. Ketika aku memandang keluar jendela, aku melihat wanita itu memandang rumah kami dan bersembunyi kemudian bergegas pergi, aku segera membereskan ransel dan melompat dari jendela untuk mengikutinya. Tak lupa aku membuat surat sebelum aku mengikuti wanita itu, sebagai tanda ucapan aku berpamitan kepada orang tuaku dan aku berjanji akan kembali membawa kembaranku. Aku tau mama akan sangat terpukul membacanya. Tapi aku tak peduli, aku merindukan kembaranku dan tak ingin melihat mama termurung lagi ketika melihatku.

Saat mengikuti wanita itu, aku sangat berhati-hati. Aku tidak mau dia mengetahui keberadaanku. Untung saja pakaianku sangat tertutup sehingga ia tidak bisa melihat wajahku. Jaket tebalku menutupi tubuhku di malam yang dingin ini. Semakin aku mengikutinya ternyata rumah kami tidaklah begitu jauh. Tiba-tiba saja dia berbalik ke arah belakang, aku segera bersembunyi dibalik semak-semak. Kemudian aku berdiam diri dan melihat dia masuk ke rumah. Ketika dia masuk ke rumah, aku sangat terkejut melihat seorang anak yang mirip dengan wajahku dimarahinya dengan kata-kata yang sangat kotor dari jendela dapurnya. Aku tak menyangka wanita itulah yang telah menculik adikku. Aku sangat marah dan aku menyelinap masuk ke rumahnya melalui pintu belakang rumahnya. Saat itu aku langsung bertemu dengan kembaranku, dia terkejut melihat wajahku. Namun setelah itu aku menceritakan semuanya kepadanya atas apa yang telah terjadi. Dia langsung memelukku dengan tangisan yang mendalam, namun kami tertangkap basah oleh wanita itu. Dia menyekap kami di ruang bawah tanah. Saat disekap, adikku bercerita banyak tentang kejadian apa saja yang dia alami selama ini. Aku sangat terpukul dan menangis mendengar ceritanya. Tragisnya dan yang tak bisa kusangkai di sekujur tubuh dan muka adikku ini banyak bekas luka dan memar yang dibuat oleh wanita gila itu. Namun setelah kami selesai bercerita. Tiba-tiba wanita itu datang menemuiku dan tertawa bahagia melihat tangisan kami berdua, ia membuang tasku dan menjambak rambut kami, ia mengambil balok dan memukul kami, kami disiksa sampai tak berdaya kemudian dia meninggalkan kami di dalam kegelapan. Aku memeluk adikku sambil menahan rasa sakit. Aku meminta maaf kepada adikku dengan hati yang sangat terpukul, adikku menerimanya dan kami mulai mencari cara untuk keluar. Ntah apa yang membuatku begitu bodoh. Aku baru tersadar bahwa hapeku ada di kantong jaketku. Aku menyadari betapa bodohnya wanita gila itu. Ya, dia benar-benar bodoh dan gila. Aku segera menelepon rumah dan menyuruh orang tuaku untuk menelepon polisi. Saat menelepon rumah. Mama sedang menangis membaca suratku, dia terkejut mendengar semua yang kuceritakan. Dia dan ayah segera menelepon polisi dan datang ke rumah wanita gila ini. Sebelum polisi datang, ayah dan mama sudah sampai duluan di rumah wanita gila ini. Saat mereka memencet bel rumah ini, aku dan adikku segera mendekat ke pintu untuk mendengar pembicaraan dan menunggu untuk dikeluarkan dari ruang yang begitu gelap ini. Saat kami mendengar siapa yang masuk ke rumah ini. Ayah dan mama terkejut melihat wanita gila ini, ternyata namanya adalah Hyo Na. Hyo Na dahulu merupakan teman baik mama, dia pernah berpacaran dengan ayah, aku dan adikku tak percaya dan sangat terkejut mendengarnya. Ternyata Hyo Na ingin membalas dendam kepada mama karena setelah Hyo Na dan ayah putus, mama berpacaran dengan ayah dan akhirnya menikah. Dalam pembicaraan mereka, kami menggedor-gedor pintu bawah tanah dan sudah mulai terdengar adanya bunyi mobil polisi. Polisi bergegas keluar dan masuk ke rumah wanita gila ini. Kami diselamatkan dan wanita gila itu ditangkap atas kejahatannya. Mama dan ayah sangat bangga kepadaku karena dapat menyelamatkan adikku. Kami pun segera membawa adikku ke rumah sakit untuk mengobati setiap luka dan memar di tubuhnya.

Sejak kejadian itu, aku menjadi sangat sensitif dan selalu melindungi adikku. Ayah dan mama juga menjadi sangat bahagia melihat kami berdua tumbuh bersama. Aku juga menjadi sangat bahagia karena adanya adikku di rumah, rumahku tidak lagi terasa sepi. Kami menghabiskan setiap waktu bersama. Sampai ketika kami berumur 20 tahun. Kami bertemu dengan Hyo Na si wanita gila itu muncul di hadapan kami lagi. Dia tak puas atas apa yang ia rasakan di penjara. Ia mengikuti kami dan mulai merencanakan untuk membunuh kedua orang tua kami dan membuat hidup kami tak bahagia. Dengan perlakuannya yang tak habis-habis itu. Wanita gila ini memiliki akal yang cukup setelah keluar dari penjara, ia berhasil menusuk perut mamaku dengan pisau. Adikku menjerit melihat mama pingsan dengan darah yang berceceran dan lagi-lagi wanita itu berhasil lolos. Untungnya ibuku dapat diselamatkan setelah melakukan operasi. Adikku mulai merasa takut lagi atas perlakuan wanita ini. Kami segera berinisiatif mencari wanita itu dan menanyakan apa yang sebenarnya ia inginkan. Tanpa kami mencarinya akhirnya dia muncul lagi dan kali ini kami menanyakan apa maunya "Apa yang kau mau dari keluarga kami? Mengapa kau sangat ingin membuat kami tidak bahagia?" "Tentu saja aku tidak ingin melihat kalian bahagia setelah apa yang terjadi padaku selama ini, rasa sakit yang kurasakan akibat perbuatan ibumu sehingga aku tak bisa bersama ayahmu!" Jawabnya pada kami. Lalu aku berkata "Dasar wanita gila, bagaimana mungkin ayahku mau bersamamu?! Kau itu gila! Tak memiliki akal budi. Tentu saja ayahku menolakmu!" "Dasar anak kurang ajar! Beraninya kau mengatakan itu padaku!" Jawabnya. "Oh tentu! Bagaimana mungkin aku tak berkata seperti itu. Memang kenyataannya kau gila." Jawabku. "Kau tak tahu apa-apa tentangku, kau tidak pernah merasakan betapa sakitnya hatiku saat ayahmu bersama ibumu yang awalnya adalah teman baikku. Tidak seharusnya teman baik itu bersama dengan mantan kekasih teman baiknya sendiri. Itu sama saja dia berkhianat!" Ujarnya dengan nada tinggi dan menggeram. Aku pun tak kuat menahan emosi. Aku langsung mendekatinya dan mendorong pundaknya "Asal kau tahu saja, ibuku tidak pernah ingin mengkhianatimu. Ibuku berpacaran dengan ayahku dan menikah dengan ayahku atas perjodohan yang dibalas dengan harta dari kakekku. Apa kau sudah paham?! Kini aku berharap kau mengerti atas semua ini dan jangan pernah mengganggu keluarga kami lagi. Kau sama saja seperti wanita gila yang kehilangan akal sehatnya hanya karena emosi dan dendam yang tak kau pahami!" Dengan nada tinggi juga aku menjawabnya. Ia terkejut mendengar hal itu, adikku yang tak kuasa menahan tangisnya menangis tersedu-sedu melihat pertengkaran kami.

Setelah mendengar penjelasanku, Hyo Na berlutut dan menangis menyesal akan apa yang telah ia perbuat. Dia segera pergi ke rumah sakit dan melihat ibuku, ternyata saat dia sampai di rumah sakit mama sudah tersadar. Hyo Na meminta maaf kepada ibuku dan kemudian mengajukan dirinya sendiri ke polisi karena telah berencana untuk membunuh ibuku. Ia sangat merasa bersalah dan menjadi gila akibat perbuatannya. Ia tak menyangka setega itu dia berbuat begitu kepada ibuku.

Setelah selang seminggu. Akhirnya mama diperbolehkan pulang, ibu dan aku beserta adikku menjenguk Hyo Na. Hyo Na menangis melihat kami, ibu memperjelas lagi kepadanya mengapa ia tak menyampaikan hal tersebut kepada Hyo Na selama ini karena ia ingin menjaga hati Hyo Na yang begitu mencintai ayahku. Sesungguhnya saat itu juga, ibuku memiliki seorang pacar dan terpaksa meninggalkannya karena perjodohan mereka. Mereka saling menyesal dan sejak saat itu, Hyo Na kembali waras dan mama sangat rajin membawakan bekal untuknya sampai akhirnya Hyo Na dapat keluar dari penjara. Mereka kembali menjadi sahabat akrab meskipun ayahku terkadang tak begitu suka melihat Hyo Na mengingat apa yang ia lakukan pada keluarga kami. Tapi setidaknya keadaan kembali terkontrol setelah dendam yang telah lama ini pulih kembali. Bagiku ini adalah pengalaman yang sangat mengesankan, adikku juga berpikir begitu. Karena hal ini mengajariku untuk tidak tergesa di dalam mengambil kesimpulan dan menilai seseorang.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 17, 2015 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The TwinsWhere stories live. Discover now