Jatuh cinta itu sederhana. Terkadang yang membuatnya rumit adalah keinginan-keinginan bersama yang terlalu dipaksakan.
****
"Samudra, begitu cepat waktu berlalu. Namun, untuk melupakanmu, itu tidak akan pernah terjadi melalui waktu."
- Salsabila Claudine
****
Ada yang bilang, manusia itu dinamis. Setiap fasenya, kita akan berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
Aku pernah sengaja menghitung jumlah orang yang hilang dari hidupku, tapi akhirnya berhenti di hitungan ke dua belas. Sengaja berhenti, karena aku tidak lagi sanggup menghitung sebuah kehilangan lagi.
Beberapa orang sengaja menghilang. Beberapa pulang ke tempat asalnya. Beberapa lainnya hilang dikikis waktu-karena benar, setiap orang punya masanya dan setiap masa punya orangnya.
Lalu aku mendadak takut untuk kehilangan seseorang lagi. Karena aku tidak punya banyak orang di hidup. Kehilangan satu orang rasanya sama seperti kehilangan separuh penduduk manusia di bumi.
"Kehilangan itu menakutkan, ya, Sam?," kataku serius.
"Iya, makanya jangan menaruh hidup kamu ke seorang manusia. Nanti kalau orangnya pergi, kamu jadi bingung untuk kembali nyusun tujuan hidup."
"Termasuk kamu juga?" Aku bertanya setengah kecewa. "Kamu juga bakal pergi?"
"Manusia kan dinamis, kita bisa berpindah sewaktu-waktu. Ketemu satu orang baru dan orang baru lainnya. Mungkin kita bisa aja untuk berusaha sekuat tenaga supaya tetap tinggal di sini, tapi perihal rencana Tuhan, nggak ada yang tau, kan? Takdir itu terjadi di luar kuasa kita."
Kenapa, ya, manusia harus akrab dengan sebuah kehilangan?
"Orang-orang boleh hilang, tapi kamu nggak boleh hilang dari diri kamu sendiri," ujarnya. "Karena setiap kehilangan, kita cuma punya diri sendiri sebagai tempat pulang. Rumah yang kamu susun sendirian nggak boleh hilang. Supaya setiap kehilangan yang kamu sambut, kamu masih punya tenaga untuk tetap kokoh, tetap berdiri tegak."
"Supaya?"
"Supaya bisa kembali melanjutkan hidup."
****
.