1

265 30 19
                                    

aku mau kasih tahu rahasiaku biar bisa semangat nulis...iya komenan kalian wkwkwkw



****





Utahime menatap secarik kertas bustravel yang kini ada dalam genggamannya, kursi nomor 5 berarti berada di urutan depan. Dekat jendela, punggu Utahime berbalik melambaikan tangannya sekali lagi pada sanak keluarga yang mengantarnya kali ini, untuk melanjutkan kuliahnya di Jogyakarta sampai selesai. Syukurlah sekarang ia berada di semester 7, waktu sebulan ia pakai untuk pulang ke kampung halaman guna melanjutkan penelitian Jurna Ilmiah untuk syarat kelulusannya nanti.

"Hati-hati anak ibu."

"Iya Bu."

Tersenyum kecil, Utahime mengambil langkah menaiki bus. Mencari-cari nomor kursinya dan berhenti di dua kursi dengan satu kursi di samping jendela sudah terisi, oleh pemuda. Tidak tahu siapa, karena sepertinya tertidur dan wajahnya ditutup menggunakan topi, kedua tangannya bersedekap.

"Tinggi banget...."

Kakinya sampai masuk ke bagian kursi depan.

"Mas permisi, kursi yang mas duduki punya saya."

Tidak ada balasan.


"Woy mas..."

Pemuda tadi terkejut, topinya sampai terjatuh. Wajah bantalnya menatap ke arah Utahime.

"Ya Allah, ganteng banget."

Berusaha menetralkan mimik wajahnya, Utahime berdehem. "Permisi mas, itu kursi saya yang Deket jendela."

"Mbak ngagetin saya loh."

"Ya terus? Masa saya mesti ngangkatin mas ke kursi satunya."

Pemuda tadi menatap Utahime dengan mata memutar malas. "Duduk aja sih mbak, kursi sama aja, ribet banget."

"Idiih...dipikir saya gak bayar apa."

Tidak berniat pindah sama sekali, pemuda tadi malah bergaya dengan tenang.

"Mas, pindah lah.."

"Gak mau."

Hilang sudah kegantengan yang tadi menjadi pandangan utama saat Utahime melihatnya.

"Saya anaknya mabokan mas, kalau deker jendela gampang, mas mau nanti saya muntah di baju mas?"

"Apaan sih mbak..."

"Ya makanya minggir."

Dengan terpaksa, pemuda tadi bangkit. Utahime sampai mundur memberi jalan, lalu segera duduk ke kursinya dan pemuda tadi duduk di kursi sebelahnya. Wajahnya masih menekuk, tidak terima berpindah posisi.

"Lagian kalau mabuk darat ngapain naik bus, sih."

Utahime mendengarnya, ia menyimpan tas kecilnya yang di bahwa kursi, lalu tas ranselnya berada di depan. Nantinya ia gunakan untuk sandaran kaki.

"Suka-suka saya lah, supirnya aja gak protes kenapa mas yang sewot?"

Ada topi pemuda tadi yang terjaduh di bawah kursi, Utahime meraihnya. ukiran nama di bagian depan menjadi hal pertama yang ia lihat saat meraih topi tadi.

Gojo Satoru

"Nih, topinya. Jatuh tadi."

Beberapa menit kemudian, bus mulai berjalan. Utahime sudah meminum obat anti mabuk bahkan sebelum naik ke bus, jadi. Ia cukup memberi instruksi pada otaknya bahwa ia tidak akan mabuk, maka ia akan baik-baik saja.

Teman Bus END (local AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang