4

307 44 0
                                    

.
.
.
.
.
.
.

"Nama Alaric adalah nama ku di kehidupan sebelumnya, untuk sekarang aku sebenarnya belum punya nama"

Sebenarnya Xavier ingin mengatakan sesuatu tapi dia menahannya, tak baik memotong cerita orang

Dan ketika orang sedang bercerita maka dengarkan sampai selesai dan jangan di komentari, dinasehati perlebihan apalagi dibanding-bandingkan terkadang orang hanya ingin di dengari dan di tanggapi

Dan kini Xavier masih setia memasang telinganya dan mata yang menatap lurus pada Alaric

Posisi mereka pun berubah

Sebelumnya posisi mereka adalah tiduran namun sekarang Xavier tengah duduk dengan Alaric yang bercerita di pangkuannya

"Aku punya kakak kembaran tapi aku sudah lupa namannya, mungkin karena aku sudah terlalu lama? Entahlah aku tidak peduli"

"Kami memiliki penampilan yang sama, dia memiliki fisik yang lebih kuat dariku terkadang dia memukul jika kesal atau sekedar ingin saja, ibu dan ayah tidak peduli saat aku terluka atau apa dan tetap membanggakan kakak ku itu karena ya.. kakaku lebih kuat dan membawa banyak prestasi sementara aku tidak dan slalu terasing"

Xavier mengerutkan keningnya setelah mendengar nya

Bagaimana bisa seorang anak kembar melukai kembarannya yang lebih lemah? Dan apa-apa orang tua nya sebelumnya mereka itu bodoh atau kelewatan bodoh?

"Sebenarnya semua prestasi itu adalah hasilku karena sebenarnya kakak ku itu sebenarnya orang bodoh! Tapi ketika ada perlombaan atau pertandingan yang mengunakan kecerdasan maka kakaku akan memaksaku untuk ikut tapi menggunakan namanya, dia slalu mengancam ku.. jika aku tak mau makan aku akan babak belur olehnya dan ketika aku mau maka dia akan mengurangi sedikit durasi dimana dia menjadikan ku samsak tinju hidup"

Mendengarnya Xavier sungguh emosi, dirinya terus menerus menahan diri untuk berteriak dan sangat ingin membawa pasukan untuk menghancurkan mereka

"Aku makan sisa makanan mereka setiap hari, tapi terkadang aku di usir dan sisa makan tersebut akan di buang yang membuatku tidak bisa makan, terkadang aku membantu orang lain untuk mendapat upah tanpa sepengetahuan orang tua ku untuk makan karena jika mereka mengetahui maka mereka akan marah dan menghukum ku"

Alaric terdiam sejenak merasakan betapa lembutnya belayan Xavier di kepalannya dan mengambil segelas susu hangat yang memang sudah di sediakan oleh para pelayan ketika Xavier dan Alaric memasuki kamar Xavier

"Minumlah dulu, tenggorokan mu nanti sakit" ucap Xavier dengan lembut sambil memegangi susu hangat tersebut

Alaric pun meminumnya dan karena gelas tersebut mungkin terlalu besar untuk nya oleh karena itu Xavier juga ikut memantunnya untuk minum

Setelah habis seperempat Alaric mensudahinnya dan Xavier kembali menaruh gelas susu tersebut di meja kecil kamarnya

Alaric kembali menatap Xavier barulah dia bercerita lagi

"Hanya satu orang yang menyayangi ku, dia adalah Oma tapi sayangnya dia sudah kembali ke pelukan Tuhan yang maha penyayang, satu-satunya pemberian dia adalah sebuah boneka yang dimana setiap lengan dan kakinya berbeda warna, orang-orang bilang boneka itu anah bahkan monster namun bagiku boneka itu sangat penting untuku selain karena itu adalah pemberian Oma ku tapi juga berkan boneka itu aku tidak pernah bermimpi buruk lagi"

"Ingatan terakhir ku adalah ketika aku ingin keluar bersama boneka ku namun di cegat oleh kakak ku dan karena dia kesal dengan respon ku, dia mendorong ku hingga jatuhdari tangga, aku ingat saat itu banyak darah yang keluar dari tubuhku dan aku juga ingat bahwa ayah dan ibu tidak menyalahkan kakaku atas kematian ku dan menaggapnya kecelakaan bahkan mereka tidak memandangiku sama sekali dan memilih memeluk kakaku dan di situ.... Aku bertanya.. apa itu.. keluarga..?"

The Spirit Controller [Setiap Hari Rabu] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang