***
Karang Beauty and Fashion Office
Sudah hampir menjelang makan siang, tapi suasana ruangan yang berukuran besar itu masih enggan beranjak dari kata santai, wajah orang-orang yang duduk mengelilingi meja masih fokus melihat ke arah layar besar yang sedang menampilkan algoritma penjualan beberapa produk Karang Beuty and Fashion.
Bukan tanpa sebab meeting hari ini berjalan begitu lama, pasalnya terhitung sejak di-lounching produk kecantikan dengan merek DK Beautys belum juga menampakan hasil. Sudah tiga bulan beredar di pasaran, namun produk yang mengusung kecantikan alami pribumi ini tidak banyak dikenal, bahkan stok di gerai resmi yang sengaja mereka tempatkan di beberapa mall tidak banyak terjual. Jika diingat kembali, satu bulan pertama mereka sudah melakukan banyak hal, mulai dari lounching produk yang tidak sederhana, promosi di berbagai media, memberikan penawaran menarik dengan paket hemat, bahkan di bulan kedua mereka memberikan diskon mencapai 30% dari harga jual. Jelas perusahaan mengalami kerugian, meski tidak signifikan, tapi cukup memangkas pemasukan.
Divisi pemasaran sudah pasti bertanggung jawab penuh atas kejadian ini. Tapi, jangan harap divisi lain terbebas, karena hari ini evaluasi penuh menjadi temanya. Seperti saat ini, tidak sekalipun di antara mereka yang hadir berani menegakkan kepala ketika angka kerugian terpampang di layar, dengan suara yang bergetar kepala bagian keuangan divisi pemasaran menjelaskan angka-angka itu. Rasa-rasanya hari ini otak mereka akan terpisah dari tempurungnya. Divisi design dan periklanan sudah mendapat bagiannya, satu kalimat tajam mereka dapatkan dari wanita yang mereka panggil Bos, "Kalian bekerja seperti amatiran", siapa yang ingin membantah ? Tidak, tidak ada, mereka terlalu takut.
Jam besar yang ada di ruangan itu sudah menunjukan pukul 14.15 WIB, beberapa yang ada di ruangan itu mulai gelisah, lelah dan lapar membuyarkan konsentrasi. Satu botol minuman yang masing-masing orang dapatkan sudah kering sejak awal meeting, terlalu gugup sehingga belum juga satu jam mereka sudah mengosongkan minumannya.
"Apa kau punya permen ?" Bisik seorang karyawan dari divisi distribusi kepada rekan di sampingnya, tapi dibalas gelengan membuatnya menelan ludah. Pandangannya kembali ke sosok menakutkan yang duduk di kursi kebesarannya, tampak tak bergeming.
Tring
Suara nyaring terdengar di tengah keheningan. Pandangan semua orang mengarah ke ponsel yang menyala tepat di depan sang Bos.
Ya Tuhan...semoga sang Penyelamat, seru semua orang berteriak dalam hati.
Wanita yang betah dengan wajah datar dan pembawaan iblisnya berubah sedikit bersahabat kala melihat pesan yang baru saja masuk ke ponselnya.
Dia menggeser kursinya dan beranjak bangun, "Meeting dijeda 15 menit" katanya menyambar ponselnya.
Tap
Tap
Tap
Suara heels pumps wanita Karang itu membelah keheningan yang masih menyelimuti ruangan, tangannya sibuk menekan ponselnya, "Hai sayang~" suaranya berubah 360 derajat ketika seseorang menyapanya dari seberang telepon. Dan sosok tegas tanpa cela itu menghilang di balik pintu besar yang dibuka petugas dan membiarkannya lewat.
"Uwah..." Semua orang bernafas lega.
"Sang Penyelamat ! Dia benar-benar penyelamat" Seru seseorang yang duduk di salah satu sisi meja.
"Aku ingin ke kamar kecil, aku sudah menahannya sejak tadi" ucap kepala keuangan divisi pemasaran setengah berlari diburu kepentingan.
"Aku rasanya hampir mati karena menahan nafas sepanjang waktu" keluh wanita muda yang duduk di lapisan kedua dari meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECOND CHANCE [G!P]
FanfictionINI CERITA PERTAMAKU DENGAN KARAKTER FUTA. JIKA TIDAK BERKENAN SKIP SAJA. SEE U 🖤 DITAXJINNY SAMPAI MENTOK