○○●♧●○○
“Sudah waktunya kembali, Tuan.” Pria di balik kemudi mengingatkan.
“Kenapa dia belum muncul juga?”
“Haruskah saya periksa ke dalam jika Tuan sangat mengkhawatirkannya?” tawar pria itu.
Jaehyun memainkan jemarinya dengan gelisah. Waktu menunjukkan pukul dua pagi tapi pemuda itu belum keluar juga. Usai mempertimbangkan banyak hal, ia mengutus pria itu untuk memeriksa ke dalam bar. Beberapa hari mengerjakan sesuatu di Mexico, ia merindukan sosok itu lebih dari biasanya. Jaehyun nyaris tak bisa melakukan apa-apa jika tengah bepergian, karena satu-satunya orang kepercayaannya akan ikut kemanapun sang President pergi. Selain pria itu, ia tak bisa memercayai siapapun. Hanya Albert yang tahu, betapa dia menggilai seorang Lee Taeyong.
“Dia berhenti bekerja, tiga hari yang lalu,” ujar Albert sesaat mendudukkan diri di kursi kemudi.
“Apa terjadi sesuatu padanya?” Tuan Muda itu terdengar khawatir.
“Menurut staff di dalam, Taeyong mendapat pekerjaaan baru.”
“Dimana?”
“Sunrise Club. Dia agent di Sunrise.”
“Cari tahu jadwalnya dan apa yang dia kerjakan,” titah Jaehyun yang dijawab dengan anggukan patuh satu-satunya orang kepercayaannya.
“Tidak–bawa aku ke Sunrise sekarang.”
Pria paruh baya itu tak bisa melakukan apapun selain mengikuti kemauan sang Tuan Muda yang dimabuk cinta. Mercy hitam itu melaju, membelah jalan yang sepi sebab waktu mendekati pukul tiga pagi.
Sunrise Club adalah tempat hiburan terkenal di tengah kota Gangnam. Ia pernah masuk sekali, kala menemui seorang client asal Italy. Setidaknya Jaehyun punya gambaran mengenai bagaimana tugas seorang agent. Itu membuatnya cukup marah karena seseorang mungkin saja menyentuh Taeyong-nya.
Gedung itu tampak gemerlap tak termakan waktu. Tak banyak yang dijumpai pandangannya karena club eksklusif itu sebentar lagi akan tutup. Hanya beberapa pria mabuk dipapah masuk ke dalam mobil-mobil mewah. Ditemani bodyguard yang berjaga di pintu masuk serta seorang agent yang menemani sejak masuk ke dalam club.
Akhirnya Jaehyun mendapati eksistensi Taeyong usai dua puluh menit berdiam di dalam mobilnya. Tubuh itu tampak kepayahan memapah seorang pemuda seusianya masuk ke dalam Maybach. Ia mengenal pemuda mabuk itu sebagai putra seorang anggota parlemen yang membantu beberapa urusan bisnisnya.
Tangan pria itu terkepal saat pemuda yang dipapah dengan lancang meraup bibir sang agent. Jaehyun tak rela. Ia akan menjadikan Taeyong miliknya bagaimanapun caranya. Meski harus melanggar protokol ketat di keluarga Jeong.
“Atur pertemuanku dengan Taeyong,” titah Jaehyun pada pria itu. “Katakan aku bisa membayarnya berapapun.”
“Tuan...” Pria itu tampak khawatir. “Aku pikir ini melewati batas. Tuan mampu menahan diri dengan baik selama ini.”
“Menjadi peracik minuman di balik meja tak mengharuskannya menerima ciuman,” Jaehyun tak mau kalah. “Tak ada yang berubah. Perusahaan tetap jadi prioritas nomor satu. Tenang saja.”
Albert tak menjawab.
“Aku bisa melakukannya sendiri kalau kau keberatan,” ancam pewaris Hera's Corporation itu.
“Akan saya lakukan, Tuan. Mohon beri saya waktu lebih banyak, saya tak akan meninggalkan jejak.”
Jaehyun mengangguk. “Terima kasih, Albert.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. President [jjh×lty]
FanfictionTaeyong itu indah, tapi keindahan itu menyiksanya karena menyeret Jaehyun masuk dalam hidupnya. "Don't cry, Mr. President. Don't cry, My Jaehyun." ⚠️ BxB atau mengandung hubungan antara laki-laki dan laki-laki. ⚠️ Top! Jaehyun, Bot! Taeyong