Prologue :: rain

44 4 0
                                    


≈≈


Hujan sore ini lebih lebat dari biasanya, sayang sekali kepulangannya terhambat dan terpaksa menunggu awan berhenti merenung dengan rintik-rintik air.

Gemericik hujan berdentuman langsung dengan tanah, sedikit cipratan-cipratan kotor mengenai tubuh yang tak kalah basahnya. Di bawah halte bus tua, sepasang tangan mengadah melewati batas atap hingga satu percik air mengaliri permukaan tangan itu dan perlahan mengaliri lengannya.

Kedua pasang obsidian melirik kearah jalanan, keheningan terasa hingga mampu menusuk kulitnya yang menahan dingin sejak awal.

Dirematnya almameter sekolah bername tag 'hugo' di sisi kiri dada.

Hugo mendongak, hela nafas terhempas dari bibir kecilnya. Dalam hening, ia mencuri lirik kearah kanan dan kiri yang belum juga menunjukkan keberadaan orang-orang berlalu lalang.

Huh, Hugo menyesal pulang terlambat karena tertidur di ruang kesehatan tadi. Seharusnya, ia mengiyakan ajakan temannya saat diajak bersama. Ketika ia ingin pulang, hujan turun menghambatnya dan belum ada tanda-tanda bus akan datang ke tempatnya berdiri seorang diri sekarang.

Ting!

Diraihnya ponsel lipat di dalam kantung almameter sekolahnya. Sepasang matanya menyipit kala menangkap icon pesan masuk, segera ia buka dan membaca pesan satu persatu. Rupanya sang ayah mengirimi pesan tentang uang bulanan yang telah dikirim untuknya lagi, setelahnya, ponsel kembali dimatikan olehnya.

"Heh, gila. Aku pulang gimana dong." Hugo menendang kecil batu kerikil di depannya. Menyadari bahwa mustahil bus akan datang ketika tidak ada tanda-tanda kemunculannya sejak sejam lalu.

Dan sejujurnya, dari awal dirinya merasa gelisah.

Meski ditemani bunyi rintik-rintik hujan, Hugo merasakan hal janggal sekali lagi. Suasana terasa tegang, bukan karena hujan yang mendinginkan suasana melainkan karena firasat buruk yang ia rasa.

Namun, dipikir-pikir sekarang sungguh tidak biasanya. "Aneh sekali, biasanya di sini ramai.."

"Karena setelah kejadian tanggal 23 lalu, daerah ini ditinggalkan oleh warga sekitar."

Hugo terdiam, diam-diam ia mencari arah suara asing wanita tadi berasal. Entah kenapa, pikirannya kembali berpikir negatif.

Dari jarak yang lumayan terbilang jauh, Hugo menangkap atensi kehadiran wanita paruh baya itu.

Meski dihalangi oleh payung hitamnya, terlihat wanita itu mencetak senyun tipis yang mudah sekali Hugo sadari.

"... Tanggal 23?, kejadian seperti apa?"

Perlahan, wanita itu mendekatinya. Tidak ada pikiran untuk lari akan tanda bahaya, Hugo hanya berdiri terdiam ditempatnya sejak awal sembari menunggu balasan yang ia harapkan.

Posisi keduanya terbilang canggung, mereka saling bertatapan hingga akhir suara pelan hampir seperti bisikan terlontar dari wanita itu.

"Bisakah kamu percaya makhluk bayangan pembawa kesialan itu nyata adanya?"

"..."


- Tbc.

# HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang