00-Awal Mula

12 3 2
                                    

--

Aysa berlari menuju tangga dari kamarnya yang terletak di lantai 2. Dia sudah hampir terlambat, sekarang pukul 06.50 dan hari ini adalah hari senin. Upacara di sekolahnya dimulai pukul 07.00. Dia pun berlari menuju dapur dan mengambil roti yang sudah disiapkan oleh asisten rumah tangganya.

Bi Naroh. Wanita paruh baya itu sudah lama tinggal bersama Aysa di rumah besarnya. Selama ini Bi Naroh-lah yang merawatnya seperti anak sendiri. Kedua orang tuanya selalu sibuk bekerja dan jarang ada waktu untuknya.

Kini Aysa pamit pada Bi Naroh dan berlari menuju sekolah sambil memakan rotinya. Sisa waktunya tinggal 5 menit sebelum gerbang sekolah ditutup. Untungnya sekolah gadis itu dengan rumahnya tidak terlalu jauh, masih bisa ditempuh dengan berjalan kaki.

Saat ia melewati rumah tetangganya yang bernama Nana, ia melihat rumah itu sepi. Sepertinya sudah pada berangkat. Ibu dan Abang-nya Nana berangkat bekerja, sementara Nana sudah berada di sekolah. Dan Ayah-nya memiliki keluarga baru semenjak bercerai dengan Ibu-nya.

Kemudian Aysa melewati rumah Disha. Ibu dan Ayah-nya Disha sedang berada di dalam rumah. Di halaman rumahnya, Aysa melihat adik dari Disha tengah bermain boneka. "Kak Aysa!" Sapa adiknya Disha yang bernama Lila.

"Hai! Disha udah berangkat ya?"

Terlihat anak kecil itu mengangguk. "Iya. Kak Disha udah berangkat."

Mendengar itu Aysa langsung buru-buru berlari lagi menuju sekolah. Akhirnya setelah lelah berlari, dia pun sampai di gerbang sekolah tepat pukul 07.00. Di lapangan seluruh murid sudah berbaris dan siap melaksanakan upacara bendera.

Namun, atensi Aysa beralih pada seorang wanita yang berjalan sempoyongan menuju sekolah dengan tangan dan wajah yang penuh darah. Saat Aysa masih melamun, tiba-tiba saja satpam sekolah langsung mendorongnya memasuki sekolah.

"Heh Neng Aysa malah bengong! Cepat masuk sana, upacaranya udah mulai!" Teriak Pak satpam itu sambil mendorong Aysa.

Tanpa berlama-lama lagi, akhirnya Aysa memasuki gerbang sekolah dan menaruh tasnya di semak-semak karena tidak ada waktu untuk ke kelas. Ia pun berhasil berbaris bersama dengan Nana dan Disha.

Nana yang melihat sahabatnya itu baru berbaris di sebelahnya langsung berbisik. "Kenapa telat?"

"Gue begadang." Aysa nyengir saat menjawabnya.

Nana memutar bola matanya dan Disha menyahut. "Dihukum gak?"

"Enggak dong! Hebat kan?" Disha yang mendengar itu pun menggelengkan kepalanya dan kembali fokus pada upacara.

Awalnya, upacara berjalan lancar. Sampai di pertengahan upacara, Aysa merasa mulai ada yang tidak beres dengan sekolah ini. Karena tiba-tiba... di barisan kelas 10 yang terletak di dekat gerbang, menjadi ricuh dan semuanya berteriak dan berlari kabur.

Mendengar itu, Aysa, Nana dan Disha menoleh. Betapa terkejutnya mereka melihat satpam sekolah tengah menggigit leher salah satu siswa kelas 10. Akhirnya, semua penghuni sekolah menjadi kacau.

Siswa yang sudah tergigit oleh satpam itu, tiba-tiba saja berdiri dan langsung berlari ke kerumunan. Dan berhasil menggigit siswa yang lainnya. Sementara satpam itu juga terus menggigit penghuni sekolah. Dari mulai guru, petugas kebersihan sekolah, dan siswa-siswi SMA Negeri yang lainnya.

Betapa bingungnya Aysa, Nana, dan Disha setelah menyaksikan langsung kejadian itu. Beberapa orang kini sudah berubah, wujud mereka tetap manusia. Tapi manusia yang menyeramkan, yang biasa di sebut... zombie.

Dan sepertinya mereka harus kabur sekarang juga, lalu keluar dari sekolah. Tapi sialnya, gerbang terbuka lebar dan sudah banyak yang berubah. Aysa langsung mengambil tasnya dan menarik tangan kedua sahabatnya itu untuk menerobos kerumunan yang semakin kacau.

Padahal jarak menuju gerbang tidak lah jauh. Tapi mereka selalu di hambat dengan zombie-zombie itu, bahkan Disha hampir kena gigit kalau saja Aysa tidak cepat menendang kaki zombie itu.

"Ini sebenarnya kenapa?!" Disha yang memang dari dulu sudah memiliki panik yang berlebih, kini menjadi sangat panik.

"Kita harus keluar dari sini sekarang juga!" Aysa terus berlari dengan Nana dan Disha di sebelahnya. Mereka terus bergandengan tangan, menerobos.

Dan saat mereka sampai di gerbang, seorang wanita yang tadi sempat Aysa lihat sebelum memasuki sekolah berada di hadapan mereka. Mereka bertiga melotot kaget saat wanita itu berlari menuju mereka.

Saat wanita itu sudah berjarak tiga jengkal dari hadapan Aysa, gadis itu langsung menonjok wajah penuh darah wanita itu. "Lari! Lari sekarang! Pulang ke rumah!"

Wanita itu terjatuh ke tanah dan kesempatan itu di pakai Nana dan Disha untuk berlari pulang. Walaupun sebenarnya, pulang ke rumah tidak akan mengubah apapun.

Aysa terlihat puas saat wanita itu terjatuh, tapi badannya menegang saat dia merasakan cengkraman pada kakinya. Wanita itu pun menggapai kaki Aysa dan mencoba menggigitnya.

Nana dan Disha terlihat semakin ketakutan saat melihat sahabat mereka terancam. Namun Aysa justru masih sempat berteriak, "cepat lari! Selamatkan keluarga kita!"

Mau tak mau, Nana dan Disha berlari meninggalkan Aysa yang terlihat akan terkepung oleh para zombie karena teriakannya. Mereka berdua menangis dan terus berlari pulang, mencoba menyelamatkan keluarga mereka.

Tapi beruntungnya, sebelum zombie-zombie yang lain mendekat. Aysa lebih dulu menginjak wajah wanita yang mencengkeram kakinya. Dan ia menginjak matanya dengan sepatunya sampai wanita itu melepaskannya.

Saat Aysa berbalik badan, betapa terkejutnya dia melihat isi sekolah sudah berubah menjadi sangat menyeramkan. Darah di mana-mana dan semua manusia yang sudah berubah. Tapi dia lebih terkejut lagi saat beberapa zombie menuju ke arahnya.

Langsung saja ia berlari dengan kencang menghampiri Nana dan Disha. Mereka bertiga berlari menuju rumah masing-masing dan mencoba menyelamatkan keluarga mereka.

Tapi... apakah keluarga mereka masih selamat? Atau... sudah tamat?

Maka inilah awal mula petualangan tiga sekawan itu. Mereka terus mencoba bertahan hidup di dalam dunia yang sudah berbeda.

---

PROLOG END.

SURVIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang