01-Menyelamatkan Keluarga

7 3 2
                                    

-🧟‍♂️🧟‍♀️-

Mereka bertiga akhirnya sampai di rumah masing-masing, sebenarnya tidak mudah mereka sampai di rumah. Karena zombie sudah berkeliaran di mana-mana. Bahkan terlihat darah berada di halaman rumah mereka.

Aysa lebih dulu masuk ke rumah besarnya, seperti biasa, sepi. Karena orang tuanya jarang pulang, tapi seharusnya di jam segini Bi Naroh masih ada di rumah. Ia pun berteriak-teriak memanggil Bi Naroh, tapi nihil, dia tidak menemukan siapapun.

Langsung saja ia naik ke tangga menuju kamarnya dengan tergesa-gesa, ia masuk dan mencoba mengambil beberapa barang yang sepertinya berguna. Tapi saat dia baru memasukkan gunting, topi, dan beberapa bajunya, langkah kaki terdengar mendekat.

Gadis itu sangat terkejut ketika melihat Bi Naroh yang sudah berubah bentuk. Bahkan ususnya terlihat keluar dari tubuhnya. Aysa langsung mengambil tasnya dan berlari keluar dengan Bi Naroh yang mengejarnya.

Sampai di pintu, Aysa lebih dulu menutup pintunya dan menguncinya. Beruntung kunci itu memang tergantung, jadi dengan cepat gadis itu menguncinya. Ia pun menghembuskan nafasnya, lega. Walau ia sedih melihat kondisi Bi Naroh yang sudah berubah.

Namun tiba-tiba saja, Aysa merasakan ada tangan yang menyentuh pundaknya.

-🧟‍♂️🧟‍♀️-

Saat Aysa sudah memasuki rumah, Disha dan Nana pun sama. Betapa sedihnya Disha saat melihat halaman rumahnya penuh dengan darah dan boneka adiknya yang tergeletak di tanah.

Pintu rumahnya terbuka lebar dan ia mengikuti jejak darah itu, ia menutup mulutnya terkejut saat melihat jari-jari tangan yang berada di keramik rumahnya. Bahkan, cincin pernikahan ibunya masih ada di jari itu.

Disha pun menangis histeris. Keluarganya sudah tewas, dan dia terjatuh di lantai berlumuran darah karena badannya lemas menyaksikan ini semua. Matanya melotot saat ia melihat kaki kecil berdiri di hadapannya, ia pun mendongak.

Gadis itu berteriak ketika adiknya, Lila, tiba-tiba menerkamnya. Beruntung, Disha masih bisa menahan tubuh Lila yang sudah berubah sempurna. Tidak ada lagi sosok cantik dan menggemaskan Lila. Anak kecil itu kehilangan satu matanya dan dia sudah berubah menjadi zombie.

Disha masih menangis histeris sambil menahan Lila yang ingin menggigitnya. Darah dari kelopak mata Lila bercucuran dan mengenai wajah Disha. Ia pun mencoba mencari cara untuk terbebas, matanya seketika melihat pisau buah di meja.

Dengan cekatan Disha mengambil pisau itu dan menusukkannya pada wajah Lila, darah bermuncratan dan juga mengenai wajahnya. Disha terus menangis tanpa henti tapi tangannya tetap menusuk badan Lila sampai adiknya itu tergeletak di lantai.

Dengan perasaan kacau Disha bangkit dan berlari menuju kamarnya. Ia mengambil tas lama yang ia simpan di kamar, dan memasukkan barang-barangnya. Tak lama Disha langsung keluar dari rumah tanpa melihat mayat adiknya yang masih tertancap pisau.

Terbayangkan betapa hancurnya perasaan Disha saat melihat seluruh keluarganya tewas mengenaskan. Apalagi ia sendiri yang membunuh adik tercintanya. Itu benar-benar membekas di hati Disha.

-🧟‍♂️🧟‍♀️-

Nana mengawasi rumahnya yang masih tertutup sempurna, sama seperti ia berangkat sekolah, tidak ada yang berubah. Bahkan pintu rumahnya terkunci. Nana buru-buru merogoh kantongnya dan membuka pintu saat menemukan kuncinya.

Matanya menatap awas rumahnya, tapi sama sekali tidak ada yang berubah. Langsung saja ia masuk dan kembali menutup pintunya agar zombie-zombie itu tidak bisa menerobos masuk. Berbeda dengan Aysa dan Disha, justru rumah Nana tidak ada yang berubah.

Mungkin karena Ibu dan abangnya belum pulang jadi rumahnya masih sepi. Kalau begitu... berarti keluarga Nana benar-benar sudah tidak bisa di selamatkan. Dengan bergegas ia mengambil tasnya di kamar, itu tas pemberian ayahnya yang benar-benar ia benci.

Perceraian antara Ibunya dan Ayahnya karena kasus kdrt, itu sebabnya Nana benar-benar membenci ayahnya. Tapi karena keadaan ini, dia terpaksa memakai tas pemberian ayahnya. Sebab tas sekolahnya berada di dalam kelas.

Nana benar-benar tidak terburu-buru, sangat berbanding terbalik dengan Aysa dan Disha. Dia juga tidak lupa membawa pisau dan benda tajam lainnya, dia membawa banyak, semua benda tajam yang ia punya, ia masukkan ke dalam tas.

Tidak lupa juga dengan perlengkapannya yang lain, benar-benar santai. Ketika matanya melihat foto keluarganya, ia pun menghela nafasnya. Tangannya memasukkan foto itu ke dalam tas. Bahkan saking tidak buru-burunya, Nana sempat menulis surat untuk Ibu dan abangnya.

Berharap mereka akan membacanya dan akan berkumpul bersama lagi walau ia tahu itu sangatlah mustahil. Nana meletakkan surat itu di meja, dan menempelkannya dengan lakban.

Ia tersenyum sebelum kembali keluar dari rumahnya dan menguncinya kembali. Ia hendak pergi, tapi dia berbalik lagi dan menaruh kunci rumah di tangannya. Gadis itu menaruh kuncinya di keset depan pintu. Itu tempat menaruh kunci yang biasa ibunya taruh ketika Nana malas atau lupa membawa kunci.

Entah di mana sekarang Ibu dan abangnya, apakah karena Nana tidak melihat mayat Ibu dan Abangnya jadi ia tidak percaya bahwa mereka sudah tamat. Jadi sampai detik ini pun ia terus menyangkal bahwa keluarganya belum tewas. Walaupun hatinya berkata sebaliknya.

-🧟‍♂️🧟‍♀️-

Nana lebih dulu keluar dari rumahnya. Dia pun menghampiri rumah Aysa yang terletak di samping rumahnya. Gadis itu melihat sahabatnya tengah berdiri di depan pintu dengan nafas memburu, langsung saja ia mendekati Aysa dan memegang pundaknya.

Aysa berteriak karena terkejut saat Nana menepuk pundaknya. Aysa pun dengan kesal memukul lengan sahabatnya itu. "Lo bikin gue kaget tahu!"

Mendengar itu Nana hanya tersenyum lebar menunjukkan gigi-giginya. "Lo udah selesai bawa apa aja?"

"Gue cuman bawa dikit soalnya di kejar Bi Naroh." Ia mengusap wajahnya saat tubuh Bi Naroh yang ususnya keluar dari tempatnya tiba-tiba melintasi pikirannya.

Nana mengernyitkan keningnya, bingung. "Maksudnya? Bi Naroh udah berubah?"

Aysa mengangguk dan wajahnya berubah sedih. "Kalau lo gimana, Na?"

"Rumah gue kosong, bersih. Gak ada yang berubah." jawab Nana sambil menghembuskan nafasnya.

"Belum pada pulang ya?" balas Aysa tepat sasaran. Ia memang sudah tahu kebiasaan keluarga Nana, sibuk bekerja, sama seperti orang tuanya.

"Iya, dan bodohnya gue berharap mereka pulang." Nana menunduk sedih dan Aysa mengelus pundak sahabatnya itu. "Sekarang kita jemput Disha, habis itu kita pergi naik mobil gue."

Aysa menunjukkan kunci mobil di tangannya dan berjalan mendahului Nana, hendak menjemput Disha. Tapi belum sempat keluar dari rumah besar Aysa, Disha sudah berada di hadapan mereka dengan penampilan yang kacau.

Wajah Disha penuh darah dan bajunya juga. Itu membuat Aysa dan Nana memundurkan langkah mereka. Disha terlihat panik saat sahabatnya itu takut padanya, dia menggeleng cepat. "Gak! Gue gak berubah! Sumpah! Gue masih Disha, bukan zombie!"

Sebenarnya Aysa dan Nana sedikit tidak percaya, tapi setelah penjelasan dari Disha, mereka langsung percaya. "Ayo kita naik mobil sekarang! Satu orang buka pagarnya."

Aysa pun menaiki mobilnya dan duduk di kursi pengemudi dengan Disha di sampingnya. Sementara Nana membuka pagar rumah Aysa yang hanya menggunakan remote, setelah itu Nana pun duduk di kursi belakang sendirian.

Akhirnya mereka keluar dari komplek perumahan mereka, meninggalkan sejuta kenangan indah di dalamnya.

Walau begitu, kehidupan di luar sana tidak jauh berbeda. Justru lebih menyeramkan. Apakah mereka bisa melewati itu semua bersama-sama? Atau justru tewas bersama-sama?

-🧟‍♂️🧟‍♀️-

CHAPTER 1 END.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 08, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SURVIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang