Hari ini resmi sudah hasta pindah kerumah barunya, sebagai tetangga yang baik, hasta akan menyapa Bu Jumila ke rumahnya. Dan hari ini sangat cerah mengingat ini adalah hari Minggu.
Dengan berbekal keberanian dan mental yang sudah cukup matang, hasta dengan semangat 45 berjalan menuju pekarangan rumah tetangga sekaligus gurunya itu.
Tapi belum sampai di depan pintu, hasta sudah ciut melihat ada sepasang sendal laki-laki di rumah Bu Jumila. kalau sendal Bu Jumila tidak mungkin, meskipun sedikit potek hasta tetap melanjutkan langkahnya untuk sampai di depan pintu.
Dengan sedikit keraguan hasta mengetuk pintu itu sebanyak tiga kali.
Tidak menunggu lama, seorang wanita keluar dengan memakai baju rumahan.
Hasta dengan susah payah menelan ludahnya. Meskipun hanya dengan baju rumahan dan wajah tanpa polesan make up Bu Jumila tampak sangat cantik.
"Hasta? Kenapa?"tanya Jumila terheran-heran melihat murid nya itu.
"E-eh, enggak Bu, saya cuma mau nyapa ibu aja. Saya baru pindah kemarin."ucap hasta tersenyum memperlihatkan barisan gigi nya yang rapih.
Jumila mengangguk sebagai jawaban, ia juga menawarkan pada hasta untuk masuk terlebih dahulu agar bisa berbincang-bincang katanya.
Dan hasta? Tentu saja tidak menolak, kapan lagi ia ditawari masuk rumah manusia bak bidadari itu?
Jumila mempersilahkan hasta untuk duduk, sementara dirinya akan pergi mengambil cemilan.
Jumila sudah kembali dari dapur, ia membawa minum serta cemilan untuk hasta. Hasta yang melihat itu berbinar.
Jumila duduk di sebelah hasta, jantung hasta berdebar karena jarak keduanya yang tak terlalu jauh.
Mereka cukup lama berdiam diri. Dan pas sekali seorang laki-laki keluar dari salah satu kamar. wajah nya yang tampan membuat hasta over thinking, khawatir kalau laki-laki itu adalah suami wanita di samping nya itu.
"Siapa dek?"dengan suara khas bangun tidur laki-laki itu bertanya pada Jumila.
"Murid saya mas, tidak apa-apa kan?"lelaki itu berdehem dan mengangguk, kaki jenjangnya pergi berjalan menuju salah satu pintu yang hasta yakini itu adalah toilet.
"Itu suami ibu ya?"tanya hasta ragu-ragu.
jumila tersenyum kemudian berkata, "bukan, itu Kaka saya ta."
Hasta merasa bersyukur, setidaknya saingannya bukanlah manusia berwajah tampan itu.
"Oh iya hasta, kalau di luar sekolah jangan panggil ibu, kakak saja."pinta Jumila pada hasta.
Hasta mengangguk sebagai tanda persetujuan.
"Jadi ibu- eh kakak belum punya suami?"tanya hasta memastikan.
"Iya hasta, saya masih single."jawab Jumila, wajah hasta begitu sumringah mendapat jawaban seperti itu.
'yey! Yey! Yey! Go Hastaaa!'
"Kak, kalau aku ingin lebih dekat dengan kakak, kira-kira kakak risih enggak?"Jumila tampak berfikir dengan pertanyaan yang di tuturkan oleh hasta.
"Tidak. Untuk apa saya risih hasta? Saya senang jika kamu ingin lebih dekat dengan saya."terlihat senyum hasta begitu mengembang kali ini, dengan tidak sengaja hasta memeluk Jumila dengan erat.
Jumila menerima pelukan itu, rasanya nyaman jika dipeluk oleh gadis jangkung itu.
Sadar akan perbuatannya, hasta melepas pelukan itu dan menunduk. Pipinya merah merona akibat perlakuannya sendiri.
'aduh, malu bangett.'
"A-anu kak, maaf aku engga sengaja."hasta meminta maaf pada wanita yang menatapnya sedari tadi.
"Santai saja hasta, saya tidak marah kok."hasta tetap menunduk karena malu, Jumila tersenyum gemas akan perlakuan gadis itu.
Hening, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.
Haris, kakak Jumila. Keluar dari toilet dan heran melihat kedua orang yang berbeda umur itu hanya diam. Padahal kalau Haris perhatikan sebelum ia ke toilet wajah Jumila begitu bahagia saat kedatangan hasta.
Di pikiran Haris, adiknya dan murid nya itu mempunyai hubungan yang lebih dari seorang Guru dan murid.
Kenapa? Yo Ndak tawuu.
Haris berjalan santai ke kamarnya tanpa peduli dengan kedua orang yang masih diam satu sama lain.
1 menit.
2 menit.
3 menit.
"Kak, aku pamit pulang."ujar hasta bengkit dari duduknya. Jumila reflek ikut bangkit.
"Iya hasta, besok-besok mampir lagi ya."hasta mengangguk kecil.
"Ya sudah, ayo saya antar sampai pintu."lagi-lagi hasta mengangguk, Jumila tersenyum, pasti masih malu ini anak. Pikirnya.
Jumila mengantarkan hasta sampai di depan pintu.
Skip
Di rumahnya, hasta berguling-guling di kasur untuk meredam rasa malunya. Hasta begitu malu, sangat malu bahkan.
Hasta tidak pernah memeluk orang lain selain mama, papa, dan seseorang di masa lalunya.
Hasta berhenti berguling, ia menatap kosong jendela yang tertutup.
"Kok kak Jumi mirip sama dia?"celetuk hasta, 'dia' yang di maksud adalah seseorang di masa lalu hasta.
Jiena Kim, wanita berkebangsaan Korea yang menetap di Indonesia. Beberapa tahun lalu tepatnya saat hasta duduk di bangku kelas satu sekolah menengah pertama.
Jiena pada saat itu mengajak hasta untuk mengobrol di halte karena mereka sama-sama sedang menunggu bus, hasta dulu memang seorang penyendiri, tetapi ketika bertemu jiena hasta adalah yang sekarang. Sifatnya berubah seratus delapan puluh derajat dari hasta yang dulu.
Satu tahun setelah pertemuan mereka jiena mengajak hasta untuk berpacaran. Hasta bingung untuk menentukan pilihan, perbedaan umur begitu terlihat pada mereka berdua, dan akhirnya hasta menolak dengan alasan masih ingin fokus pada pendidikannya. Dan tepat tiga jam setelah hasta menolak jiena, wanita itu mengalami kecelakaan yang mengakibatkan dirinya tewas di tempat.
Mendengar kabar itu tentu membuat hasta sedih, tujuh hari tujuh malam hasta terus menangisi kepergian wanita berkebangsaan negeri ginseng itu.
Orang tua hasta pun ikut sedih melihat kondisi anaknya yang jauh dari kata baik.
Dan satu tahun lalu datanglah Jumila ke hidupnya, wanita yang amat sangat cantik nan menawan berhasil mengambil alih seluruh jiwa dan raga hasta.
Hidup hasta menjadi lebih berwarna.
Kembali pada hasta yang sekarang sudah merubah posisinya menjadi berbaring pada kasur empuk itu.
Hasta memejamkan matanya, tak lama ia terlelap ke dalam alam bawah sadarnya.
Maapp bgt kalau tidak nyambung dan cara penulisan nya masih berantakan, insya Allah kedepannya bakal di perbaiki lagii.
Semoga hari kalian menyenangkan °^°