< fifteen

200 25 3
                                    

Beomgyu sedang duduk di sofa ruangan Soobin sembari mengurutkan dokumen milik atasannya ketika Soobin memasuki ruangan. Tanpa merasa kedatangan Soobin adalah sebuah distraksi, Beomgyu masih melanjutkan pekerjaannya. Senyum simpul terukir di wajah Soobin karenanya.

Tungkai panjangnya melangkah mendekati Beomgyu. Ia lalu duduk dan menaruh ponselnya yang masih menampilkan room chat dengan Taehyun, di atas meja.

"Sibuk banget?"

Pertanyaan singkat itu hanya dibalas anggukan oleh Beomgyu.

Soobin tersenyum dan kemudian menyandarkan dirinya pada sandaran sofa. Kedua obsidiannya terfokus memandangi Beomgyu dari sisi samping wajahnya.

Teringat oleh Soobin, betapa seringnya ia mengagumi bentuk wajah Beomgyu. Hidung mancungnya yang dulu sering ia gesekkan dengan hidungnya sendiri. Dagunya seperti huruf V, ia suka sekali menarik ujung dagu itu ketika si pemilik membuang muka karena ngambek.

Sempurna.

Tak pernah bosan Soobin memandangnya. Bahkan sampai muncul di mimpinya. Ia begitu memuja Beomgyu.

"Dah. Ini mau dikerjakan sekarang apa nanti?"

Pertanyaan Beomgyu menyadarkan Soobin dari lamunannya. Sekretarisnya itu menatapnya, menunggu atasannya untuk menjawab.

"Nanti saja." jawab Soobin kemudian setelah melirik tumpukan dokumen yang sudah Beomgyu urutkan.

Beomgyu mengangguk dan bermaksud berdiri, memindahkan tumpukan dokumen di meja ke tempat Soobin. Tapi, Soobin yang menangkap gerak geriknya, langsung menahan Beomgyu.

Apa yang dilakukan Soobin membuat Beomgyu menoleh dan menatap bingung padanya serta pada lengan tangannya yang Soobin pegang.

"Kenapa?"

"Udah, situ aja." Soobin menarik Beomgyu untuk lebih dekat padanya. "Istirahat sebentar, kerja terus."

Beomgyu mendengus kesal karenanya. "Ya siapa suruh, kasih kerjaan banyak-banyak."

Dan Soobin tertawa mendengarnya. Ia menarik Beomgyu masuk dalam pelukannya tanpa penolakan. Meski, yah, Beomgyu cukup terkejut karenanya sampai ia melirik pintu ruangan, memastikan tak ada siapapun yang muncul dari sana.

"Ya sudah, sekarang istirahat dulu. Kerjaannya dipending."

"Jam istirahatnya kan sudah lewat."

"Memang." Soobin menggerakkan wajahnya turun sedikit untuk berhadapan langsung dengan wajah Beomgyu. "Ini jam istirahat khusus, eksklusif, spesial untuk mu."

Beomgyu bergidik geli mendengarnya. Ia bermaksud melepaskan diri dari Soobin, namun Soobin lebih dulu mengeratkan pelukannya pada Beomgyu.

Jujur, meski situasi dan suasana diantara mereka sudah membaik, namun Beomgyu tidak bisa langsung terbiasa dengan semua hal seperti ini. Entah bagaimana, Soobin bisa melakukannya.

Tubuhnya dalam pelukan Soobin kaku, mungkin si pemeluk juga merasakannya. Oleh karenanya, Beomgyu bisa merasa tangan Soobin mengelus bahu hingga lengan atasnya. Cara yang sama seperti Soobin dulu pernah lakukan ketika Beomgyu berdiri gugup di sampingnya.

Dengan berusaha, Beomgyu akhirnya membiarkan dirinya rileks. Membiarkan tubuhnya jatuh dalam pelukan Soobin, sepenuhnya membiarkan tubuh Soobin menumpu beratnya.

Telinga Beomgyu yang berdekatan dengan jantung Soobin, membuatnya dengan mudah mengetahui jantung itu berdetak lebih cepat, seperti Beomgyu. Ia jadi ingat, Soobin sejak dulu memang seperti itu. Alasannya sih, tidak mungkin jantung Soobin bisa berdetak normal jika itu menyangkut Beomgyu, memeluknya, menciumnya, menggandeng tangannya.

•Love Story• [𝑐.𝑠𝑏//𝑐.𝑏𝑔] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang