Hanya butuh di dengar

0 0 0
                                    

Sebuah ranting jatuh, dari balik jendela kamarku. "Ngapain aja sih kamu sampai ulangan kamu bisa dapat nilai jelek gini?" Tanya ibuku dengan wajah kecewa.
"Maaf ibu, anu aku-"
"Kerjaannya halu mulu, main mulu, kalo seandainya ngeganggu pelajaran, gak usah main sama teman-temnmu, cari teman itu yang benar! " Seru ibuku yang sontak mengusap wajahnya dengan kasar.
"Memangnya aku punya teman?" Ucapku dengan datar. "Ibu tidak ingin tau, ibu berharap kamu bisa memperbaiki nilaimu" ucap ibu, yang pantas langsung menghembuskan nafas dengan lembut dan langsung meninggalkanku. Aku pun hanya terdiam, tak berkutip, hanya menatap angin dari balik jendela. Aku membuka jendela, menatap langit lalu berguman "Mengapa perkataanku tak pernah di dengar, apa semua ucapanku adalah omong kosong? " Gumanku dengan mata sendu. Angin kencang pun menghempaskan ku, angin seketika membisikan ku, berkata bahwa, terkadang ada kalanya kita pasti akan di dengar, seperti diriku yang selalu berbicara dan berguman sendiri. Mendengar itu aku hanya tersenyum dan sadar, mungkin orang lain tak mendengarku, namun, masih ada angin yang ingin mendengarkanku, aku tak butuh orang lain untuk membuatku mendengar orang lain. Aku hanya tersenyum simpul, dan sambil menatap angin.
"Angin bisakah aku terbang lagi" Ucapku dengaan tatapan sendu. Angin nampak bingung, lantas berkata bahwa mengapa aku ingin terbang, bukankah katamu itu berbahaya? Mendengar itu aku tersenyum simpul lagi. "Aku hanya ingin mencoba bersenang, senang, aku ingin bertemu dengan keluargamu, entah mengapa di duniamu semua tampak indah! " Jawabku dengan penuh antusias. Angin lagi-lagi bingung, daan lantas bertanya memangnya kamu tidak bahagia di duniamu? Aku mendengar itu lantas tertawa "Kau tau di duniaku itu indah sedangkan di duniamu itu menyenangkan, karena tidak ada orang yang selalu membandingkan, gak ada yang merasakan kesepian" Ucapku sambil menutup sebelah mataku sambil tersenyum. Angin pun hanya terdiam tak berkutip. "Di duniaku itu, orang naif dan bodoh seperti aku itu gak akan di bilang aneh, bahkan aku selalu berpikir apa aku ini manusia? Banyak aku bahkan berpikir apa aku mati aja? Tapi setelah melihatmu aku sadar bahwa gak semua yang di katakan orang, semua yang orang lain nilai itu tidak selalu benar, terkadang manusia itu selalu berpikir kalo dirinya benar" Ucapku dengan tatapan sendu. Angin hanya mengalir di tubuhku, sepertinya ia telah pergi meninggalkanku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 31, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kisahku Dengan Angin : Seorang Anak Naif dan BodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang