Jimmy membuka mata mendapati pasangannya yang memeluk erat, jujur saja ia masih belum terbiasa.Dua kecupan pipi Jimmy beri untuk pasangannya "Sea bangun yuk.. nanti telat loh." Ujarnya lembut.
Sea menguap lebar disusul peregangan sia-sia karna berakhir memeluk tubuh kekar Jimmy yang nyamannya tak usah diragukan.
"Hadeuhh ayo bangun sayangg.." Bujuk Jimmy.
"Hnggg males, mau dipeluk kamu seharian." Ujar Sea semakin mengeratkan pelukannya.
"Bener nih? Nggak jadi liat debay dong, hmm hmm?"
Sea seketika terduduk tegap "Jadi, pokoknya harus jadi." Ujar Sea kemudian lari untuk mandi.
"Gemes." Monolog Jimmy yang tersenyum sambil menggeleng maklum.
Mungkin sekitar jam 11 siang mereka sampai di rumah sakit tempat Namtan melahirkan.
Keduanya datang tak lupa membawa bingkisan untuk sang ponakan cantik yang usianya baru menginjak dua hari.
"Aaa ponakan ku, ututu lucunyaaa." Ujar Sea gemas.
"Lucu dari mananya sih Sea, orang keriput kayak monyet begini." Ejek Jimmy yang dibalas tabokan dari Pakin selaku Sang Ayah dari bayi Namtan.
"Hehe canda bos." Ujar Jimmy nyengir ganteng.
"Nama kamu siapa cantik hm?" Tanya Sea lembut sembari menoel lengan baju si bayi.
"Hello uncle, nama aku Mee." Jawab Namtan dengan nada suara yang dimainkan.
Keempatnya bercengkrama hingga lupa waktu.
"Sea, kita pulang yuk. Biar Namtan bisa istirahat." Ajak Jimmy yang dibalas anggukan oleh Sea.
"Uncle pulang dulu ya cantik, bye-bye."
"Mee lucu banget yakan, jadi pengen satu." Ujar Sea saat keduanya duduk di dalam mobil.
"Yok kita bikin satu." Sahut Jimmy disertai tatapan mesum dan seringainya.
"Goblok." Ujar Sea galak.
"Heh mulutnya, nom-nom-nom." Peringat Jimmy tak lupa kecupan maut di bibir Sea.
"Haha iya iyaa maaf." Ujar Sea yang kelihatan sekali kalau si doi salting.
"Mau kemana kita hari ini?"
"Gimana kalo kita jalan-jalan kayak waktu kamu ngajak aku first date?" Saran Sea yang tentu saja disetujui oleh sang kekasih.
Keduanya menepi di toko bunga langganan mereka yang juga merupakan toko bunga dimana Jimmy pertama kali membelikan bunga untuk Sea.
Harum mawar dan melati adalah aroma yang paling semerbak ketika keduanya menginjakkan kaki di teras toko. Terdapat beberapa keranjang berisi bunga artificial juga bunga asli yang tidak mudah layu, kemudian di bagian dalam berderet rapi keranjang bunga mawar berbagai warna dan yang paling penting adalah bunga matahari yang menjadi kesukaan Sea.
"Sea, bunga mataharinya mau berapa tangkai? Mau ditambah bunga lain nggak?" Tanya Jimmy ketika mendapati Sea sedang asik menatap bunga peony.
"Bunga matahari, lima tangkai aja." Jawab Sea tanpa mengalihkan pandangannya dari peony.
Sea sontak memalingkan muka ke arah belakang ketika sang kekasih memeluknya dengan erat.
"Lepasin ih malu.. Tuh dilihatin tauu." Ujar Sea dengan wajah merona.
"em emm.. masa sih dilihatin? enggak ah. Lagian salah siapa pacarnya ngajak omong nggak diperhatiin, secantik itu ya peonynya?"
Sea mendorong Jimmy hingga pria yang berprofesi sebagai dokter itu terjungkal hingga menyebabkan suara yang cukup gaduh sampai sang penjaga toko pun menghampiri dengan khawatir, sedangkan Sea sendiri sudah ngacir keluar toko.
"Waduh mas, kok bisa jatuh." Ujar seorang wanita yang sudah berumur dengan raut prihatin.
"Hehe maaf ya bu, tadi nggak fokus. Oh iya bu, bunga matahari satu buket ya isinya lima aja sama tambahin peony yang merah muda satu." Ujar Jimmy setengah malu.
Sang penjaga toko segera mengambil peony yang ditunjuk oleh Jimmy tak lupa lima tangkai bunga matahari yang menjadi favorit Sea.
Jimmy bergegas keluar menuju sang kekasih setelah membayar buket bunga pesanannya.
Di depan sebuah toko buku terdapat Sea yang ditemani dua anak kecil, mereka saling mengejar main-main. Dari kejauhan dapat Jimmy lihat betapa lebar senyuman yang lautnya sunggingkan. Senyum itu, senyuman yang membuat seorang Jimmy jatuh hati.
Ketiga makhluk lucu itu berhenti bermain ketika kedua orang tua sang anak menghampiri, berpamitan pada Sea yang sebenarnya tak rela ditinggal.
"Jangan sedih sayang, nih bunganya." Ulur Jimmy dengan senyum tipisnya.
"Terima kasih pak dokter." Ujar Sea yang ditimpali sebuah kekehan lembut.
Mereka berdua melanjutkan perjalanan ke tempat berikutnya yang tak lain adalah jembatan paling berkesan dalam kisah cinta mereka.
Dulu sekali Jimmy sering membawanya ke sini, namun akhir-akhir ini jadwal mereka bertabrakan bahkan tak jarang keduanya hanya bertatapan pada malam hari itupun Sea hampir terlelap.
Kini keduanya duduk di atas beton yang disusun bertingkat menyerupai bangku, menatap ke arah pagar jaring besi pembatas yang langsung mengarah ke jalan raya yang padatnya minta ampun.
Sea merasa senja kali ini berlipat kali lebih indah dibanding hari-hari lalu dimana keduanya bukan apa-apa. Indahnya warna langit bergradasi jingga dan merah muda, diikuti matahari yang perlahan bersembunyi dari mereka yang kini saling menatap cinta.
"Sea, aku takut. Aku takut kamu pergi, aku takut suatu hari nanti cinta kamu berubah. Hilang." Ujar Jimmy yang kini tengah mengecup tangan Sea dalam genggamannya.
Kekhawatiran Jimmy bukan tanpa sebab, karna Sea adalah satu-satunya "rumah" yang ia miliki, tempatnya berpulang.
Iya, dia terobsesi dengan Sea. Segala hal tentang lautnya. Sea miliknya, satu-satunya takdir yang ia suka.
Sea tersenyum. Menatap wajah sang kekasih yang telah membuatnya percaya bahwa cinta itu benar adanya. "Jangan khawatir aku nggak akan pergi kecuali kalau kamu yang nyuruh aku pergi." Ujar Sea meyakinkan Jimmy.
Kini jarak keduanya kurang dari satu jengkal, telapak tangan Jimmy berada di pipi Sea, jempolnya meraba halus kelopak mata yang Sea pejamkan.
Jimmy mengecup bibir Sea sepersekian detik sebelum akhirnya melumatnya rakus.
Keduanya terpejam, hanyut dalam lumatan cinta yang terasa manis. Demi seisi bumi Jimmy bahagia sekali, karna tuhan mengganti cinta yang hilang dengan cinta Sea yang tak ternilai harganya.
Sea, terima kasih ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONE LOVE || bl oneshoot
FanfictionTemukan kapalmu disini dari yg ori sampe hantu isinya fluffy💗💙💚