Hari Pertama

74 4 1
                                    

"Anak-anak! Yang bisa jawab pertanyaan di papan tulis silakan angkat tangan!"

Terlihat bocah SD laki-laki yang tampak seperti kakek-kakek mengangkat tangan, bahkan kakinya ikut terangkat di atas meja.

"Ahh ... ini dimulai," desah bocah laki-laki berambut hitam yang dikepang ala anak TokRev.

Bocah perempuan berambut cokelat sebahu sigap mengeluarkan ponsel. Kamera video on. Guru tidak menyadari pelanggaran ini.

"Ya! Gojo Satoru! Silakan maju ke depan dan tuliskan jawabannya di papan tulis!" suruh sang guru perempuan.

Dengan langkah pede, bocah itu maju ke depan papan tulis. Mengambil spidol hitam yang disodorkan sang guru. Dia menyeringai menatap tulisan angka di papan tulis. Tangan kanan tergerak menggenggam spidol, menulis jawaban.

Semua orang terhenyak.

"Satoru, ini bukan--"

"Cucucup! Jangan katakan ini lagi, Bu. Aku sudah cukup muak mendengar keluhan yang sama sedari dulu. Inilah jawaban yang benar."

Guru Matematika meraih penggaris kayu panjang, lalu mengayunkan ke bokong si bocah. Sebenarnya pelan, tetapi bocah itu menjerit mendramatisir.

"Bu guru jahatt~ Nanti Toru bilangin ke polisi!"

"Itu karena jawabanmu salah, Satoru! Satu tambah Satu harusnya Dua, bukan Satu! Ibu juga mukul pantatmu pelan! Jangan lebay!"

"Ibu mesti sekolah lagi, nih! Satu itu angka yang paling utama, keren, dan kekuatan! Jika ada satu, kenapa harus dua!"

Guru Matematika yang sudah berulang kali mengajukan surat resign, akhirnya berteriak sekeras mungkin. Berharap Kepala Sekolah SD Jujur Kasian mendengar dan menyanggupi keinginan hatinya.

Namun, tampaknya, Gege si Kepala Sekolah selalu tutup mata dan telinga. Selagi sekolahnya punya siswa dan terkenal, masa bodoh dengan kesejahteraan dan kesehatan mental para pengajarnya.

Nasib Gojo Satoru, anak sematawayang dari duda tajir se-kota Infinity, Kashimo, harus berdiri di lorong depan pintu kelas 1 E. Hukuman tersebut sudah sering dilakukan agar membuat Satoru jera. Akan tetapi, bocah albino malah pergi ke kantin beli jajan.

Sejak dua tahun yang lalu, pamor kelas 1 E sangatlah terkenal di kalangan para siswa. Semua karena kelas tersebut berisi murid-murid bermasalah yang tidak naik kelas. Dari 40 anak, tersisa 1 anak yang tidak naik kelas tiap tahunnya. Namun, pada tahun kemarin, ada dua anak yang tidak naik kelas.

Gojo Satoru adalah anak yang paling lama menetap di Kelas 1 E daripada dua lainnya. Anak itu terlalu menggampangkan semua guru dan terlalu sok pintar. Padahal dia hanya pintar kalau urusan makan yang manis-manis.

***

"Mas Yaga! Toru mau mochinya sepuluh aneka rasa, ya!"

Yaga, pedagang di kantin di Stand paling awal menunduk ke bawah demi melihat sosok bocah albino. Dia menjitak ubun-ubun Satoru.

"Aduh! Ish! Mas Yaga ada masalah apa, sih, sama Toru!" omel Satoru dengan bibir merengut.

"Ini belum jam istirahat, Gojo Satoru! Aku tidak akan melayanimu!" tolak Yaga keras, kembali menyibukkan membuat onigiri isi salmon.

"Gak baik tau nolak rezeki! Mana aku kan penglaris, Mas Yaga!"

"Alah! Aku gak percaya sama kek gituan! Yang ada, daganganku langsung ludes gara-gara kau beli semuanya! Nanti aku mau jual apa!"

"Lah, bagus, dong! Kan Mas Yaga bisa pulang cepet!"

Yaga melirik sinis ke Satoru sambil memalu adonan mochi rasa matcha. "Bagus ndasmu! Yang ada aku dipanggil Gege karena tidak menegurmu! Aku tahu kau sedang dihukum gurumu lagi, Satoru! Kebiasaan banget!"

SD Jujur Kasian [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang