HAPPY READING
Cintaku selalu mengalir mengikuti alur kehidupan yang bergulir tiada henti. Bagaikan Air yang selalu mengalir mengikuti lekuk porosnya. Bukan kita yang tak tahu apa itu cinta, Namun Mereka. Aku kembali meraung tak terima atas perlakuan Ayah kandungku sendiri yang mengurungku dikamar bagaikan binatang buas yang akan mencelakai semua makhluk hidup yang berkeliaran di sekitarnya. Aku tak peduli tanganku memerah karena memukul kayu yang terpahat sempurna dibaluti warna Oranye kemerahan yang memang Ayah Desain khusus untukku
“ Aku membencimu!” Teriakku yang kian melemah. Aku kembali menggedor gedor pintu yang terkunci rapat. Hingga akhirnya aku menyerah, Aku memilih duduk di tepi kasur menyerah apa yang akan ayah lakukan untukku. Kurasa ini sudah garis permanen yang tak dapat di pisahkan kembali.
Mataku mengedar mencari ponsel yang semula tergeletak sempurna didekat figura kecil berisi fotoku dan kekasihku. Aku berjongkok berharap ponsel itu jatuh , namun nyatanya tidak. Sialan Ponselku terampas oleh lelaki itu. Demi apapun, aku membencimu Ayah.
Air mata itu kembali menetes ketika menyadari aku tak dapat berbuat apapun untuk menemui kekasihku. Aku dikurung, Tak bisa keluar rumah meski hanya Menonton Televisi di ruang keluarga meskipun di kamarku telah tersedia benda itu. Aku tak memiliki Handphone yang kerap kugunakan membalut sedikt rasa rinduku untuk mendengar semuanya. Harapanku hilang untuk bertemu dengannya
***
Senyumanku mengembang sempurna ketika pintu berhasil dibuka. Tak sia sia aku mengorek lubang kecil dengan kawat yang kutemukan dekat Gitar kesayanganku. Aku tersenyum penuh, Ini secercah cahaya yang Tuhan berikan untukku. Aku menatap situasi rumah yang begitu sepi, Lagi lagi aku ingin berteriak kegirangan karena nyatanya aku bisa lolos dari perangkap Ayah. Kuturuni tangga dan berjalan secara perlahan lahan takut pembantu sialan utusan ayah mengetahui bahwa aku pergi. Hingga akhirnya aku dapat menghirup udara kebebasan, Aku berhasil keluar sempurna dari rumah neraka ini
Aku baru saja ingin kembali berjalan sebelum tangan seseorag kembali mencegat pergelangan lenganku. Demi Tuhan, Aku mohon jangan gagal sekarang.
“Kabur nona?”
“Max?” Aku menataap sendu wajah tampan Supir Pribadiku berharap ia memberi keringanan padaku. Ia mendesah kecil dan menggeleng bertanda ia tak mau
“Kumohon, Kau satu satunya harapanku sebelum yang lahin melihat Max” Ujarku. Ia kembali mendesah, Kini cengkramannya melonggar seiring deru napasnya dan berakhir dengan tidak memegangi lenganku kembali. Mata birunya menembus Mata hazelku yang nyaris sempurna sama seperti milik Justin, kekasihku
“Kau takut Dad memarahimu?”
“Tidak Nona, jika hanya itu saya tidak khawatir. Yang saya khawatirkan bagaimana nasib anda jika Tuan mengetahui ini? Tuan sangat membenci Justin Nona, Kuharap kau membatalkan aksi gila ini” Jelasnya. Aku mendecak sebal
“Kumohon Max, Sekali ini saja” Mohonku padanya. Ia menggeleng membuatkuingin menamparnya. Mengapa semua orang tak peka terhadapku?
“Jika kau tak mau mengantarku, Lebih baik kau pergi. Aku muak melihat wajah sialanmu” Umpatku terlewat kasar. Ia melenggos pergi bertanda ia memang tak mau. Astaga, sungguh itu ancaman saja agar ia mau mengantarku.
Maksudku hanya trik saja namun mengapa ia tak mau mengantarku? Baiklah anabella. Ini perjalanan barumu
Author’s view
Gadis berambut kecoklatan tersenyum sempurna ketika tempat yang ia tuju sudah berada dihadapannya. Ia sedikit terseok berjalan dikarenakan luka pada lututnya lumayang menganga akibat memanjat Tembok Keluarga Mathew yang cukup tinggi menjulang. Degupan Jantung gadis itu terboncah hebat ketika lelaki yang dirindukannya muncul di balik Pintu rumah sederhana miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
They Don't Know About Us BY imm little author
Romancecerita ini sengaja aku repost karena aku sangat menyukainya ..