1. Kamera

8 1 0
                                    

Seorang pria muda tengah berbincang-bincang dengan pria yang lebih tua darinya, tentu itu adalah Ayah sang pria muda. Mereka tengah membicarakan tentang konsep pengajaran macam apa yang paling tepat untuk usia remaja.

Saat keduanya semakin larut dalam perbincangannya, seorang wanita setengah baya datang dari arah belakang sembari membawa kue-kue kecil dinampan.

Wanita itu menatap suami dan putranya dengan senyuman sumringah, lalu meletakan nampan berisi kue-kue kecil dimeja.

"Dimakan dulu Pak, A," ucap ibu itu yang bernama Diah dengan lemah lembut kepada suami dan putranya.

Tapi sebelum sang suami dan anak mengambil kue kecil buatan istri/ibu tercinta, suara ketukan pintu terdengar terlebih dahulu.

"Buka dulu Bu," Ucap Wawan sang suami kepada istrinya itu, dia punya beberapa tebakan siapa yang datang bertamu kali ini.

Sang Istri lalu berjalan menuju pintu depan untuk menyambut seseorang yang tiba-tiba datang mengetuk pintu rumahnya itu.

Saat membuka pintu dibuka, terlihatlah seorang pemuda berperawakan kurus dengan pakaian yang amat santai berkaos hitam, celana kolor, dan sendal jepit, matanya menyipit terkena sorotan sinar matahari sore.

Melihat siapa yang datang, Ibu Diah tidak terlalu terkejut karena pemuda didepannya adalah salah-satu dari siswa disekolah suaminya yang sering berkunjung ke sini.

"Eh, ternyata Nak Dian, ayo masuk-masuk kita makan kue didalam," ucap Ibu Diah menyuruh pemuda didepannya ini untuk masuk ke rumahnya.

"Tidak usah Bu, Saya ke sini cuman mau ambil kamera yang udah dijanjikan Pak Wawan tadi pagi," pemuda itu, Dian berbicara dengan ekspresi malu-malu dan tangannya mengaruk-garuk tekuknya yang tidak gatal sama sekali.

"Ayo aja Nak, Bapaknya juga lagi makan kue didalam, jadi tidak usah malu-malu begitu," Bu Diah mencoba mengajak kembali Dian, tetapi Dian tetap menolak ajakan tersebut dengan sopan.

"Tidak usah Bu, habis dari sini Saya masih ada beberapa pekerjaan Bu," ucap Dian berusaha menolak ajakan tersebut dengan ramah dan sopan.

"Kalo begitu Ibu panggil dulu bapaknya yak," ucap Bu Diah sembari tersenyum lalu berbalik berjalan pergi untuk memanggil suaminya.

Setelah itu Pak Wawan yang tengah memakan kue-kue kecil buatan istrinya, melihat istrinya yang cepat kembali.

"Ada siapa Bu?" Pak Wawan bertanya kepada istrinya ini.

"Itu Pak, Nak Dian. Dia mau mengambil kamera katanya," jawab Bu Diah.

"Ah yak, Bapak udah janji tadi pagi sama Dian buat dia ngambil kameranya sore ini," ucap Pak Wawan lalu berjalan pergi menuju kamarnya untuk mengambil kameranya.

Saat didalam rumah terjadi beberapa percakapan, pemuda itu Dian malah sedang duduk memainkan handpone-nya bermain game online mobile legend, tapi dengan usaha mati-matiin supaya tidak kelepasan berbicara kotor.

"Shittt, eh astagfirullah,"

"Kambing emang,"

Okay, setelah beberapa menit bermain, Dian merasa lebih baik berhenti saja bermain gamenya karena membuat banyak resiko buruk yang mungkin terjadi.

Lalu dia berdiri kembali melihat kesekeliling, menunggu Gurunya datang dengan sabar.

Tak lama kemudian suara langkah kaki terdengar mendekat, itu sudah dipastikan adalah suara langkah kaki Pak Wawan, Gurunya.

"Dian, Kamu cepat sekali ke sininya," ucap Pak Wawan berbasa-basi.

"Yak Anu... Pak mumpung ada waktunya saat ini, setelah ini masih ada pekerjaan," ucap Dian membalas basa-basi gurunya ini dengan nada gugup dan malu-malu, okay Dia tidak pandai berbicara seperti ini.

Melihat anak didiknya seperti ini, Pak Wawan dengan segera menyerahkan sebuah kotak ditangannya, "ini kameranya ada didalam dan selain kamera, didalamnya ada beberapa surat deskripsi serta peringatan penggunaan kamera tersebut."

Lalu Dian dengan sigap menerima kotak tersebut dari tangan gurunya itu, dia lalu tersenyum sumringah kepada Pak Wawan, "Makasih Pak sudah percaya sama Saya."

Mendengar perkataan muridnya ini, Pak Wawan hanya tersenyum dan lalu berkata, "Kamu jaga kamera dengan baik, mungkin saja ini akan memyelamatkan nyawamu."

"Baik Pak, siap!" Dian menjawab dengan penuh semangat dan percaya diri, walau tidak begitu mengerti dengan kata-kata terakhir dari gurunya itu.

"Dian, Kamu mau mampir dulu minum sebentar?" ucap Pak Wawan bertanya.

"Tidak usah Pak, mau segera pulang ini juga," Jawabnya sembari tersenyum kaku.

"Kalo begitu Saya pamit dulu Pak," ucap Dian pamit.

Setelah sedikit berbasa-basi dan pamit, Dian segera pergi dari rumah gurunya karena masih ada beberapa pekerjaan yang menunggunya.

Tetapi sebelum menaiki motornya, Dian benar-benar dibuat penasaran dengan kamera yang katanya sudah lama menjadi alat dokumentasi sekolahnya ini.

Dirinya membuka sedikit kotak tersebut, tetapi sebelum benar-benar melihat kameranya sesuatu terjadi, tiba-tiba suara aneh yang tenang sekaligus menyeramkan terdengar.

'Jagalah kamera itu untuk keselamatanmu sendiri'

__________________________________

T. O
B. E
C. O. N. T. I. N. U. E. D

H.
A.
N.

The Camera Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang