Chap 1 - Pertemuan pertama.

113 8 2
                                    

{✶}

Hidup seorang diri dirumah peninggalan kedua orang tua tersayang, terpaksa menjadi anak yang mandiri tanpa bantuan orang dewasa.

Begitulah hidup {Name} selama 6 tahun ini, ya setidaknya dia memiliki tempat tinggal. Keluarga besarnya pun juga menjadi ATM berjalannya.

Sejak umur 16 tahun, dirinya ditinggal kedua orangtuanya. Bukan ditinggal mati namun ya.. ditinggal sendirian. Kedua orang tua bercerai akibat mengetahui bahwa keduanya sama-sama berselingkuh, mereka pergi bersama kekasih masingmasing mereka, meninggalkan buah hati yang baru berumur 16 tahun.

Beruntung keluarga besarnya masih ingin membantunya hidup, tetapi kini dia telah dewasa, dia bisa hidup sendiri tanpa uang orang lain.

"Haahh.. capek banget, cok." Bagaimana tidak capek, pesanan gambar bertumpuk!

{Name}, wanita muda berusia 22 tahun, seorang digital artist yang fokus dengan teknik gambar realistis. Jadi jangan heran jika pesanannya banyak, gambar realistis jarang ada orang yang ingin menggambarnya, begitu sulit dan butuh kefokusan tinggi pada setiap detail.

Eits, profesinya bukan hanya itu pastinya. Sebagai seorang seniman yang sangat—amat mencintai seni, dia pun juga menjadi seorang penulis. Meskipun rata-rata karyanya masih pada draft—

Dia menggaruk kepalanya hingga rambutnya yang berantakan semakin berantakan, begitu stres dirinya bekerja setiap hari, tapi kalau gak kerja gak ada makan.

"Sabarlah {Name}... Ini slot terakhir menandakan bahwa ini adalah pesanan terakhir bulan ini, kamu harus semangat!!" Begitu caranya menyemangati dirinya sendiri, dia kembali bekerja, meskipun rupanya telah berantakan.

"Fyuhhh~ akhirnya selesai!!" Dia meregangkan tubuhnya, pegal sekali rasanya. Setelah selesai gambarnya, dia pun mengirimkannya kepada pelanggannya. Komentarnya baik, itu berarti tugasnya selesai sekarang.

Ia pun bangun dari tempat duduknya, melihat sekitar. "Gusti, ini kamar atau penjara?"

Jendela tertutup, tak ada udara segar yang masuk sama sekali, kasur berantakan, lantai kotor, sampah bekas makanan ringan dimana-mana, serta piring dan gelas bekas yang entah sejak kapan belum dicuci masih di kumpulkan dikamar.

Kebiasaan anak gen-Z begini.

{Name} tertawa kecil, bukan tawa senang melainkan tawa malu karena dirinya yang telah beranjak dewasa masih bertingkah layaknya anak kecil. Kalau ibunya masih ada disini pasti ia akan kena omel seribu bahasa.

Oh iya.. memangnya ibunya peduli?

Lupakan itu, agar dirinya rajin anti malas, dia pun membereskan kamarnya yang menjadi sarang kecoak dan laba-laba.

Bertahun-tahun nge-babu pasti dia sudah terbiasa membersihkan rumahnya, anak perempuan satu-satunya masa iya gak pernah nge-babu?

Kini kamarnya telah rapih, bersih dan wangi. Rumahnya pun juga telah bersih. Tugas pertama selesai, saatnya membersihkan diri, mandi itu dapat menyegarkan tubuh, tapi malas dilaksanakan.

{Name} mengambil handuknya, segera ke kamar mandi, mandi dengan senang ria karena air menyegarkan tubuhnya. Shampoo yang baru ia beli pun wanginya bak bunga yang bermekaran di padang rumput.

My Savior - Wanderer x Readers.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang