CERPEN

12 1 1
                                    

Hari ini adalah hari yang tidak pernah diinginkan oleh Lani, gadis kecil berusia 5 tahun yang memiliki trauma pada orang dewasa, terutama laki-laki. Hari dimana ia akan bertemu dengan seorang pria paruh baya yang akan mengadopsinya. Bagaimanapun, ia merasa tidak akan bisa mengatasi traumanya itu karena ia benar-benar cemas dan takut saat bersama laki-laki. Bahkan, ia selalu menghindar dengan cepat ketika tidak sengaja berpapasan dengan tukang kebun dan satpam. Tidak ada satupun orang yang tidak membuatnya takut, bahkan wanita dewasa. Jadi, setiap kali ia diasuh oleh wanita-wanita di panti asuhan, ia selalu menangis hingga kabur dan bersembunyi. Untung saja tidak ada yang tahu dimana tempat persembunyiannya. Karena anak-anak yang lain dan bahkan para pengasuh pun tidak ada yang pergi kesana karena takut. Tempat itu adalah gudang kecil yang letaknya agak jauh di belakang panti asuhan dan berada di tengah hutan. Sebenarnya Lani adalah anak yang berani dan tidak percaya dengan hal-hal yang berbau mistis. Jadi, ia memilih gudang itu karena semua orang takut untuk pergi kesana. Lalu tempat itu pun menjadi tempat persembunyian yang sangat bagus untuk Lani. Meski didalamnya masih sedikit kotor, ia sudah sedikit membersihkan dan menghiasi tempat itu, sehingga ia bisa nyaman untuk bersembunyi disana.

Tiba-tiba terdengar suara dari Bu Sari di depan pintu, "Dek Lani, saya mengantarkan bubur ayam dan susu. Saya taruh didepan pintu ya, silahkan segera dimakan mumpung masih hangat". Seperti biasanya, Lani segera menghampiri pintu dan menempelkan telinganya untuk mendengar suara langkah kaki Bu Sari meninggalkan kamarnya. Setelah sepi, ia membuka pintu dan mengintip dari sela-sela pintu lalu segera mengambil bubur dan susu diatas nampan lalu kembali masuk kedalam kamar. Ia menaruh makanannya diatas meja lalu duduk dan langsung menghabiskannya. Saat merasa sudah kenyang, ia segara mandi dan bersiap-siap untuk pergi  ke tempat persembunyian karena sudah hampir tiba waktu pertemuan. Ia membawa boneka kucing kecil kesayangannya dan bergegas keluar dari kamarnya, menuruni tangga diam-diam, lalu berjalan dengan berjinjit ke arah pintu belakang. Sesampainya di depan pintu, ia langsung berlari secepatnya kearah hutan. Sayangnya, ia tidak memperhatikan jalan dan terjatuh karena tersandung batu ditengah jalan. Lani meringkuk dan menangis disana. Tak lama kemudian, terdengar suara langkah kaki yang cepat, berlari ke arahnya dari belakang dan menghampirinya. Ia mendongak dan kaget melihat ada seorang pria paruh baya  bediri di hadapannya. Refleks, Lani menjerit dan tangisannya semakin menjadi-jadi sembari kedua tangannya menutup wajahnya. Kemudian, secara tiba-tiba pria itu memeluknya dan berkata, "Tenanglah nak, saya akan membawamu ke rumah sakit". Lani pun langsung pingsan karena traumanya.

Dua jam berlalu, Lani akhirnya terbangun. Ia sudah tergeletak di kamarnya dan menyadari hari sudah malam. "Untung saja pria tadi sudah pergi. Benar-benar hari yang sial. Seharusnya pengadopsiannya sudah dibatalkan. Semoga saja", ujarnya. Tiba-tiba terdengar suara ketokan pintu, dan pintu kamarnya pelan-pelan terbuka. Ia kaget dan langsung bersembunyi di dalam selimut sambil ketakutan. Ia mendengar suara langkah kaki yang mendatanginya dan duduk di kursi belajarnya. Orang itu berkata, "Saya minta maaf sudah membuatmu takut. Saya tidak tahu jika kamu ternyata adalah anak yang akan ku adopsi. Izinkan aku berkenalan denganmu, namaku Budi Hermawan, kerap dipanggil Pak Budi. Namun,  kamu bisa memanggilku Ayah. Sekarang kamu harus istirahat untuk menenangkan dirimu, besok saya akan kembali menemuimu. Selamat malam nak, sampai jumpa besok". Setelah itu, beliau beranjak pergi keluar dari kamar. Lani keluar dari selimutnya sambil menangis tersedu-sedu lagi. Ia menekankan kalau besok ia harus lebih berhati-hati agar bisa mengindar dari pria itu dan bersembunyi dengan aman dan nyaman.

Keesokan harinya setelah mandi dan sarapan, Lani segera bergegas ke tempat persembunyiannya. Sesampainya disana, ia langsung bersembunyi di dalam tendanya yaitu tumpukan bantal yang tertutup selimut. Ia bermain boneka didalam sana. Beberapa menit kemudian, tiba-tiba terdengar suara gemuruh yang menandakan akan turun hujan. Lani segera beranjak pergi dari gudang dan segera kembali ke kamarnya sebelum hujan. Namun, tiba-tiba hujan deras. Ia bergegas berlari begitu cepat dan menabrak seseorang. Ternyata ia menabrak Pak Budi. Lani refleks berteriak lalu pingsan lagi untuk kedua kalinya setelah bertemu dengan pria itu.

Setelah beberapa saat , Lani tersadar dan menyadari Pak Budi sudah duduk disampingnya. "Akhirnya kamu sadar nak. Saya tidak sabar untuk membawamu pulang ke rumah untuk membesarkanmu dan melindungimu". Lani menutupi dirinya dengan selimut dan menjawab, "Saya tidak mau diadopsi", sambil terisak. "Saya akan berusaha membantumu mengatasi trauma dan akan memastikan kamu akan bahagia menjadi anakku. Bisakah kamu percaya padaku?", ujar pria itu. "Sebenarnya, saya sangat ingin mempunyai keluarga. Namun, saya masih tidak bisa mengatasi trauma ini", jawab Lani. "Saya yakin kamu pasti bisa nak, kamu pasti bisa jika terus berusaha dan pantang menyerah. Sekarang tenangkan dirimu dan istirahat, kita akan mengobrol lagi besok", ujar pria itu sambil beranjak pergi.

Keesokan harinya, Lani bermain ayunan di dekat gerbang sambil menunggu kedatangan Pak Budi dan berusaha berani menghadapi traumanya. Setelah beberapa menit menunggu, Bu Sari datang. "Maaf nak, ternyata Pak Budi sedang sangat sibuk bekerja. Mungkin besok beliau bisa datang", ujarnya. "Baik, akan saya tunggu besok", jawab Lani.

Setelah beberapa hari, ternyata Pak Budi tidak kunjung datang. Lani merasa kecewa dan cemas jika sesuatu telah terjadi pada beliau. Ia sudah bertanya pada Bu Sari, namun beliau juga tidak mendapat informasi tentang Pak Budi. Setiap hari, Lani selalu menunggunya sambil bermain ayunan. Jauh dilubuk hatinya yang paling dalam, ia sangat merindukannya. Pak Budi selalu ada disaat dia membutuhkannya, layaknya seorang ayah. Selalu menyelamatkan dan melindunginya.

Lani pun menangis tersedu-sedu sambil menutup matanya dengan telapak tanganya. Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari arah gerbang. Lani membuka tangannya. Ia melihat sesosok pria yang selama ini ia nantikan. Pak Budi berjalan kearahnya, dan Lani segera berlari kearahnya. Lani memeluk erat Pak Budi, sedangkan beliau sangat kaget dan terharu karena akhirnya Lani berhasil mengatasi traumanya. "Saya sangat merindukanmu. Saya merasa sangat sedih dan cemas jika tidak bertemu denganmu. Aku menyayangimu, Ayahku", ujar Lani. Pak Budi menangis mendengar kata-kata yang sudah lama ia nantikan keluar dari mulut anak yang memiliki trauma itu. "Terimakasih Anakku, terimakasih banyak karena sudah menerimaku sebagai Ayahmu. Aku sangat bangga padamu, karena sudah mengatasi traumamu itu. Aku lebih menyayangimu, Anakku", jawab Pak Budi. Mereka berpelukan sembari menangis terharu dan bahagia.

Sore itu adalah hari yang sangat istimewa bagi mereka berdua. Lani telah berubah menjadi anak yang ceria dan berhasil melupakan traumanya berkat seorang Ayah yang pantang menyerah mendapatkan hatinya. Akhirnya, mereka pun hidup bahagia selamanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MelinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang