♡ as usual, translate ada di paragraf yang udah di pin yaw.
..
Siaran tv menemani Julian yang tengah duduk sendirian.
'Jika menemukan Anak kucing yang kedinginan di jalanan, segera bawa mereka ke ruangan yang hangat'
Netranya terfokus pada susunan kata yang di ucapkan pembawa berita.
'Dan menjaganya agar tetap hangat'
Julian jadi kembali terbayang wajah lucu Cia, Anak itu juga mirip Anak kucing.
'Apabila Anak kucing terpisah dari Induknya, maka beri Ia susu pengganti Asi.'
Julian duduk di sofa ruang tengah. Menunggu kehadiran calon peliharaannya untuk di tangkap.
Ketika pintu yang tinggi itu terbuka. Pupil Julian melebar saking antusiasnya.
Sepatu berukuran kecil yang di pakai Anak itu, mampu menghiburnya.
"Kamu baru pulang?" Tanya Julian.
Dia mendekat dan berjalan beriringan dengan Yvine. Dan mengambil alih tas gendongnya.
Yvine yang merasa ada yang janggal dari Julian tentu tak merasa tenang. Apa lagi kali ini, pikirnya.
"Cia ... Kamu mau berdiri di sana sampe kapan?"
Yvine tersentak di sana. Di ujung anak tangga, di mana Julian sudah berada di lantai ke dua.
Cia tak membuka mulutnya, meski begitu, Dia tetap berjalan mengarah pada Julian.
Remaja yang bahkan tak pernah perduli padanya, kini menyapanya lebih dulu. Ini menakutinya.
Pinggangnya di raih oleh tangan kekar Julian. Ketidak nyamanan yang di berikan Julian terus menerus itu, pada akhirnya hanya bisa Cia tahan sampai akhir.
Berjalan menuju kamar yang terasa lebih dingin dari biasanya. 'Ugh!'
Yvine tanpa sengaja mengaduh karna rasa dingin menusuk relungnya. Memang pada dasarnya Dia tidak tahan dingin.
Julian meliriknya. Dia mengambil remot ac dan menaikkan suhunya.
Sedangkan Yvine yang masih berdiri itu kembali kebingungan.
"Sini." Perintah Julian.
Dia mengulurkan tangannya untuk membawa Yvine berdiri di depannya. Dia duduk hingga tinggi keduanya setara.
Yvine melirik tumpukan baju setel berwarna putih, dengan bahan silk yang terlihat mengkilap.
Itu aneh, dan Yvine makin di buat bingung.
Tangan besar itu hinggap di ujung kerahnya, perlahan turun dan mulai melepas satu persatu kancing rompi seragamnya.
"Mm ... Ka- Cia bisa sendiri." Kata Yvine.
Dia menatap Julian penuh harap untuk segera membiarkannya melepas bajunya sendiri. Namun rupanya, Julian tak ingin menuruti keinginannya.
Rompi terlepas dengan segera, sekarang sisa baju dan celana pendeknya.
Dari pada Kakak, Julian lebih terlihat seperti pemiliknya, rumit untuk di jelaskan, tapi Yvine merasa begitu segan.
Hingga kancing bajunya sudah tuntas di lepas, Julian menarik ujung baju yang tersimpan di balik celana dan sekaligus melepaskannya.
Wajah Yvine memerah padam. Malu akan perilaku yang di lakukan Julian.
'But I'm not a kid anymore.'
Yvine merengut. Perilakunya mengundang kekehan dari Julian.
Dia memakaikan setelan baju putih itu pada Yvine, dan menuntun Anak itu ke kamar mandi untuk membasuh kaki, dan mencuci muka.
"Did ... should I go to sleep?" Tanya Yvine pada Julian yang tengah memperhatikannya duduk di pinggiran kasur.
"Ya."
"But- it is still too early-"
Penolakan yang akan Ia lakukan tertahan di tenggorokan. Padahal dulu sudah biasa dengan tatapan tajam.
Tapi baru kali ini, Dia mendapat perilaku seperti ini, seolah di jaga amat hati-hati.
Hingga saat Julian menajamkan pandangannya agar Ia menurut, Yvine tidak bisa apapun kecuali menurut.
Tubuhnya kembali di tuntun dan di bantu mengenakan selimut hingga ujung dada.
Matanya mengerjap saat melihat apa yang berada di tangan Julian. Botol susu? Dot bayi?
Dia beralih menatap wajah Julian dengan bingung saat remaja itu membuka mulut Yvine dengan jarinya, dan seolah memainkan lidahnya.
"Mnh-"
Yvine makin mengernyit dan tanpa sengaja menggigit jari Julian.
Tapi dari pada marah, respon tenang dan tawa kecil Julian lebih mengherankan baginya.
"Minum ini."
Yvine menggeleng. "Can- Can we just change it to the usual mug?" Harapnya.
Tapi Julian bahkan tak memberi kesempatan, di masukkannya dot ke dalam mulut Yvine dengan sedikit memaksa, tentu saja- itu sedikit mengganggunya.
Hingga tanpa di pinta, air mata membendung di ujung kelopak matanya.
"Sst~ its okay ... my kitten should sleep hm."
Kantuk itu menyerang hanya karna Yvine sekali menelan susunya. Tanpa bisa bertanya apa maksud Julian menyebut Kitten- untuknya? Atau untuk siapa?
Julian bangkit dan perlahan mundur, di cek-nya lagi apakah suhu untuk Cia-nya tidur sudah hangat atau masih kurang.
Di kiranya sudah selesai, Julian bergegas keluar dari kamar, tanpa rasa terkejut saat mendapati Lucius berdiri di hadapannya.
Air putih yang berada di tangan lucius hanya sisa setengah gelas, yang sudah di pastikan saudaranya itu baru saja dari dapur.
"What are you doin?"
Lucius bertanya dengan wajah herannya, dahinya mengernyit dan menimbulkan ekspresi yang menjengkelkan bagi Julian.
"It has nothin to do with you." Ujar Julian.
Dia berjalan meninggalkan Lucius dan kamar Yvine dengan tenang. Tapi ... Julian harusnya sadar, Lucius itu, tidak ada bedanya dengannya.
Punggung tangan dengan saluran darah vena menonjol itu terangkat, tangannya meraih knop dan membukanya dengan lambat.
Ketika matanya terbuka menembus kamar, tak ada lagi cahaya lampu kecuali lampu tidur yang remang.
Lucius maju dengan santai mengelilingi kamar, dan melihat si Anak kecil yang beberapa hari ini mengusik pikirannya.
"Ah ... puppy?"
..
![](https://img.wattpad.com/cover/353555919-288-k952738.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pray For Glory [Tamat]
Random'I've been woken up, for many times ... Breaking of the first silent, in that time.' [S2 Took the glory] -english isn't my first language, I apologize if i typed it wrong later on. -Tidak di peruntukan bagi yang masih di bawah umur. Bijak dalam men...