Aku merupakan anak laki-laki yang menduduki bangku SMP.Namaku Rafa, semenjak ayah pergi meninggalkan aku ,ibu,dan adikku yang bernama Bulan,kami seperti kehilangan warna hidup.Ayah pergi entah kemana meninggalkan luka mendalam bagi ibuku,ibuku selalu bersikap seolah dia baik baik saja,tapi aku tau jauh dilubuk hatinya dia merasa sangat terpukul akan kepergian ayah.
Seperti halnya pagi ini,ibu sudah terlihat beraktivitas didapur untuk menyiapkan sarapan untukku dan juga bulan.
dengan telaten ibu meletakkan makanan dimeja makan."Rafa kamu sudah bangun sayang?,ayo kita sarapan bersama-sama,duduklah,ibu akan membangunkan adikmu dulu."ujarnya ketika tau aku tengah memperhatikannya, aku hanya mengangguk menanggapi perintahnya.
kami sarapan dengan tenang,ibu selalu mengajarkan kepada aku dan bulan untuk tidak bersuara saat makan.Kulihat ibu sesekali menoleh kearah kursi sampingnya yang kosong,dengan ekspresi datarnya aku tau dia sedang teringat akan ayah yang selalu duduk disampingnya dimeja makan.
Lepas sarapan,ibu bersiap siap untuk berangkat ketoko kue miliknya,yang sudah ia rintis sejak kelahiran Bulan.Toko kue itu memang hadiah dari ayah untuk ibuku saat ibuku berulang tahun diusianya yang ke-35 ,tepatnya 2 tahun yang lalu.Pagi ini begitu cerah,aku melangkahkan kakiku memasuki gerbang sekolah,setiap hari memang aku diantar oleh ibuku menaiki mobil Honda Jazz miliknya,sungguh kagum aku dengan ibuku dia begitu hebat dalam menjalani hari harinya yang harus mengurus 2 anak tanpa dampingan seorang suami,tengah melamun aku jadi memikirkan jawaban ibuku saat aku bertanya dimobil tadi.
"Ibu,kurasa aku terlalu lama memendam rasa penasaran ku,aku sudah lama ingin menanyakan apakah ibu baik-baik saja dengan kepergian ayah?,ibu selama ini diam saja seperti tidak peduli dengan hal itu."Entah keberanian darimana aku berani menanyakan perihal kondisi ibuku yang tentu akan membuka luka yang dia rasakan.Ibu tertegun ketika aku bertanya, satu tarikan nafas yang kudengar ibu hanya menjawab"kamu ingat dengan Ciko?,bukankah kamu menangis saat Ciko menghilang tanpa jejak,Rafa?"jawabnya.
saat aku ingin bertanya kembali, mobil sudah berhenti didepan gerbang sekolahku.
Aku tidak tau maksud dari ibuku yang mengingatkan dengan Ciko,kucing kesayangan ku yang hilang saat aku berusia 7 tahun.Seperti biasanya aku pulang dengan dijemput oleh ibu,tidak banyak percakapan yang dilontarkan oleh ibuku,hanya pertanyaan kecil tentang perkembangan pendidikanku disekolah yang memang aku selalu berusaha untuk membanggakan ibuku dengan nilai-nilai ujianku yang tinggi,ibuku tersenyum tanda ia senang dengan kabar bahwa aku menyelesaikan ujian Akhir Semesterku dengan nilai tertinggi.Aku berharap lulus dari bangku SMP dengan hasil maksimal.
Pagi ini tidak seperti biasanya aku melihat ibu sedang terburu-buru juga wajah gelisah saat menyiapkan sarapan untuk kami,ibu juga mengintruksi aku agar cepat menghabiskan sarapanku dan diantar ke sekolah,aku bertanya- tanya dalam hati Apakah ibuku sedang dalam masalah?
Saat pulang sekolah aku menunggu ibuku menjemput,namun bukannya ibuku yang datang melainkan mbak Hanum,salah satu karyawan ibu ditoko,dia mengatakan bahwa ibu menyuruhnya untuk menjemputku.Apa yang terjadi dengan ibu?
Sudah larut malam namun ibu belum pulang juga, aku khawatir akan keadaannya.Tak selang lama aku mendengar suara pintu terbuka menandakan ibuku sudah pulang.
Aku mengintip melalui pintu kamar
,aku melihat ibuku terduduk di sofa sambil menangis,aku mendengar ia seperti mengeluh kepada Tuhan"Apa lagi Ya Tuhan,aku sudah tidak tau kenapa engkau begitu jahat kepada keluarga kami,setelah mas Reno pergi apalagi yang engkau uji kepadaku Ya Tuhan,bagaimana aku bisa menghidupi kedua anakku apabila toko kue kami satu satunya bangkrut,bagaimana caranya aku menyekolahkan Rafa untuk mencapai cita citanya."Ibu berkata dengan menangis tersedu sedu, hatiku seakan teriris melihat kondisi ibuku yang seperti itu,sebelumnya aku tidak pernah melihatnya sehancur ini.Sejak aku melihatnya menangis dimalam itu,ibuku lebih banyak diam ,aku tau ia sangat terpukul dengan bangkrutnya toko kue satu satunya yang ia miliki untuk menyambung hidup kami, toko itu juga satu satunya yang dapat dikenang dari ayahku,ia juga sudah menjual mobilnya untuk membayar karyawan-karyawan toko kue miliknya.
Hari Minggu adalah hari biasanya kami berkumpul dan bercerita bersama,tapi saat ini aku melihat ibuku melamun di teras rumah kami, melihat itu aku berniat menanyakan keadaannya,saat aku berdiri dihadapannya ibuku mendongak kemudian menangis dan memelukku"Ibu salah Rafa,maafkan ibu Rafa,ibu tidak bisa menjadi ibu yang baik bagi kamu dan bulan, ibu tidak bisa membahagiakan kalian,ibu bukan ibu yang baik,ibu lelah."
ibuku menangis sambil meraung-raung meminta maaf kepadaku,aku tidak menyangka ibuku sudah lama memendam bebannya sendiri tanpa berbagi kepada siapapun termasuk kepadaku,tapi saat ini dia benar benar menangis dan menunjukan sosok rapuh dihadapanku.Hari demi hari ibuku menjadi sosok yang pendiam dan pemarah,setelah toko kami bangkrut ia sudah tidak bekerja ,dan hanya diam melamun dirumah,perihal Bulan akulah yang mengurus,tentu aku tak mempermasalahkan hal itu,aku lebih khawatir akan kondisi kesehatan mental ibuku.Syukurlah aku mempunyai tetangga depan rumahku yang baik hati yaitu pak Candra,dia tau akan kondisi ekonomi keluargaku dan kondisi ibuku yang tidak memungkinkan untuk bekerja,pak Candra dan istrinya setiap hari memberi kami makan,juga dia yang selalu mengantarku ke sekolah dan menjaga Bulan ketika aku pergi bersekolah.
Aku tetap fokus menjalani pendidikanku,aku berjanji akan membanggakan ibuku.
Hari ini adalah hari kelulusanku dari bangku SMP, dengan hati yang puas kulihat nilai akhir kelulusanku, seperti yang aku harapkan nilai tertinggi dengan peringkat nomor satu.
Aku pulang dengan hati gembira dan tidak sabar untuk menunjukan kepada ibuku,namun sesampainya dirumah aku terkejut,pak Candra bilang kepadaku bahwa ibu sudah dibawa kerumah Sakit Jiwa,karena ibu depresi tingkat tinggi.Tentu aku terpukul dengan hal itu,kulihat bulan yang menangis digendongan Bu Candra.
"Sabar ya nak Rafa,ini semua sudah takdir,saya yakin Bu Sarah dapat sembuh,pihak rumah sakit akan merawatnya dengan baik,sementara ini kamu dan Bulan saya dan istri saya yang akan merawat dan mengurus,kamu tidak perlu risau ada kami bersamamu"ujar pak Candra menenangkanku"Saya sangat sedih pak,akan kondisi ibu,Rafa tidak menyangka ibu akan sehancur ini, ini salah Rafa pak yang tidak memperhatikan kondisi ibu."jawabku dengan nada terbata-bata.
"Nak Rafa jangan menyerah ya, saya yakin nak Rafa bisa sukses dan bu Sarah akan bangga dengan nak Rafa"tambah dari bu Candra
sungguh aku sangat beruntung memiliki tetangga baik seperti mereka.
"Terimakasih pak,bu,sudah membantu kami,tapi saya sangat tidak enak apabila harus menumpang dengan pak Candra dan bu Candra,jadi berilah Rafa pekerjaan pak ,agar Rafa bisa belajar mencari uang untuk keluarga kami."
"Baik nak Rafa apabila itu permintaanmu,kebetulan halaman rumah saya setiap sore butuh dibersihkan,nak Rafa bisa membantu saya membersihkan halaman rumah,dan saya akan memberi upah untuk itu."
aku mengangguk antusias dan sangat senang mendengar Pak Candra mengizinkanku bekerja.Hari-hari kujalani dengan telaten,dengan bantuan pak Candra dan istrinya aku mengurus Bulan,aku juga terus semangat meneruskan pendidikanku hingga saat ini aku menginjak bangku SMA kelas 3.
Aku nekad daftar Beasiswa untuk mencapai cita citaku yang ingin menjadi psikolog,tak ada alasan khusus aku ingin menjadi psikolog karena melihat kondisi ibuku yang mengalami depresi,hal itu membuat aku ingin membantu orang lain yang mengalami depresi.
Waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba, pengumuman tentang beasiswa yang aku inginkan,aku menangis haru karena aku melihat namaku terpampang nyata dalam tabel diterimanya siswa yang mendapat beasiswa,aku yakin apabila ibuku sudah sehat pasti ia bangga melihat pencapaian ku ini,untuk itu aku berniat menunjukkan hal ini kepada ibu.Setiap dua Minggu sekali aku tidak absen untuk menjenguk ibuku dirumah sakit jiwa,walau hanya sekedar melihat dari kejauhan atau sekedar menitipkan makan.
seperti halnya hari Minggu ini,aku melihat dari pintu kamar rumah sakit jiwa, ibuku sedang diam melamun menghadap kearah luar jendela,kulihat punggung rapuh milik ibu yang sudah lama tidak kulihat.
Aku berjalan kearahnya dan memanggilnya "Ibu" dia menoleh dan menatapku dengan mata penuh kekosongan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluh dan Beban Ibuku
Short StoryAku Rafa anak sulung yang harus melihat kehancuran keluargaku setelah ayah pergi,melihat ibuku memendam beban sendiri hingga harus depresi