Content Warning
Mentioning of discrimination, bullying, abuse behavior, suicide disolder, age gap, omegaverse, futa, slightly nsfw
—
"Woy, alpha setengah mateng! Beliin kita makanan!"
Jimin yang sedang menulis di bukunya langsung gemetar. Lagi-lagi Ryujin dan kedua temannya datang mengganggu. Menjadi korban kenakalan mereka sudah sering Jimin alami setiap silih bergantinya hari. Seakan tiada waktu untuk menenangkan diri, Jimin harus selalu menerima kekerasan fisik dan verbal baik di sekolah maupun di luar. Semua tidak akan terjadi jika bukan karena statusnya yang merupakan alpha submisif.
"Cepet, sebelum gue robek catatan-catatan sampah lo."
Meninggalkan catatan yang dikerjakannya, Jimin segera beranjak ke kantin dengan ketakutan yang luar biasa. Terkadang Jimin juga bingung dengan biologisnya sebagai alpha yang sangat tunduk dan tidak memiliki barang sedikit keberanian. Lebih baik terlahir sebagai omega yang murni submisif daripada menyandang status alpha yang tidak sesuai kodrat. Eksistensinya begitu enggan untuk dihargai, bahkan di kalangan omega sekalipun tidak ada yang menerimanya.
"Anjay, nurut banget. Gak malu tuh sama titid mungilnya." ejek Yujin yang sontak mengundang gelak tawa Ryujin dan Kazuha.
"Aduh, sehat-sehat, deh, wanita penghibur." timpal Kazuha menambah lawakan.
"Coba liat, tulisannya rapi banget. Gimana kalau kita ...,"
Yujin dan Kazuha tersenyum jahat mendengar ide Ryujin. Kali ini mereka tidak akan menghancurkan buku-buku Jimin seperti sebelumnya, melainkan menghapus satu-persatu kata yang telah tertulis menggunakan tipe-x. Siswa-siswi lain tidak tertarik menegur, sebab mereka juga membenci Jimin yang kerap diagungkan para guru karena kepintarannya dan selalu dibanding-bandingkan.
"Astaga, kalian ngapain?!" pekik Jimin yang baru saja kembali dan spontan menjatuhkan kantong plastik berisi makanan yang dibawanya.
"Yaelah, lebay." cibir Kazuha saat Jimin langsung merebut bukunya.
"Ah, bacot. Mana makanannya?" tagih Ryujin sembari melempar tipe-x Jimin keluar jendela yang terbuka.
"Lo nginjek makanannya, goblok."
Yujin berdecak, membuang makanan yang telah dibeli Jimin dengan uangnya sendiri ke tempat sampah. Bagaikan menggali kuburan sendiri, Jimin telah membuat Ryujin naik pitam. Lebam di beberapa bagian tubuhnya bahkan belum hilang, dan hari ini Jimin akan menjadi samsak tinju untuk kesekian kalinya. Buku catatan yang telah dihapus tidak berarti apa-apa dibanding kekerasan yang akan Jimin terima.
"Zuha, seret dia." titah Ryujin penuh penekanan.
—
"Tolol! Mati kek lo, bangsat!" maki Ryujin seraya menendang perut Jimin bertubi-tubi.
Mulut Jimin mengeluarkan banyak darah, pandangannya buram dengan sakit di sekujur tubuh. Sekolah sudah sepi, langit jingga digantikan oleh biru malam. Satu objek yang bisa Jimin lihat, bulan bersinar sangat terang dan utuh. Bibirnya mengukir senyum di tengah luka yang mencekik kulit. Satu jam Jimin terkapar lemas di belakang sekolah, bertemankan suara-suara serangga yang entah di mana wujudnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Submissive Alpha
FanfictionJimin selalu dirundung oleh para alpha dominan karena dianggap tidak normal. Minjeong, seorang CEO dengan biologis omega memberikan alternatif yang membuatnya urungkan niat untuk mati.