A Little Touch

303 38 17
                                    

Content Warning
Spanking, milking, bullying, verbal sexual harassment, profanities,

"Morning, yummy boo. How was your sleep?"

Ketika pertama kali membuka mata, baru kali ini Jimin langsung bertatapan dengan bidadari. Sontak senyumnya merekah mengalahkan cerahnya mentari pagi, lalu dengan lancang meminta kecupan di kedua pipi sebagai sapaan pagi. Minjeong terkekeh gemas, menuruti permintaan Jimin dengan senang hati dan menanggalkan kecupan di kedua pipinya serta bonus di bibir. Hanya dalam waktu satu malam, mereka sudah sedekat layaknya sepasang kekasih.

"What's the time now?" tanya Jimin seraya meregangkan tubuh, sedikit kaget ketika menyadari hanya selembar celana dalam yang terpakai di tubuhnya.

"Enam lima belas. Nanti jam sembilanan kita ke rumah sakit, ya?"

"Iya. Tapi, boleh gak Jimin ke sekolah dulu? HP ketinggalan di tas soalnya ...,"

"HP? Gak usah, Mommy bakal beliin yang baru. Dan kamu gak akan sekolah di sana lagi. Temen Mommy punya sekolah khusus omega, nanti kamu masuk ke sana."

"Khusus omega?" Jimin mengernyit, kurang setuju dengan usulan Minjeong. "Kenapa gak yang campuran aja?"

"Kamu ..., kurang cocok berada di lingkungan yang ada alphanya, Jimin. Mereka bakal ngelakuin hal yang sama ke kamu."

Tatapan Jimin meredup, sedih lantaran harus menelan kenyataan pahit yang membuatnya terkendala untuk menjalani kehidupan normal seperti alpha lainnya. Jimin juga ingin merasakannya, memiliki komunitas pertemanan yang seru dan menyenangkan. Meski seorang submisif, Jimin tetaplah alpha yang ditangguhkan untuk menghadapi aktivitas fisik berat. Bukan bergaul dengan sekelompok omega yang cenderung kurang aktif dalam melakukan kegiatan menguras keringat.

"Katanya Mommy bisa ngasih semua yang Jimin mau."

Minjeong meraih dagu Jimin, mencium bibirnya sejenak. "Mommy bisa, sayang. Tetapi, Mommy juga harus mempertimbangkan apa yang Mommy kasih ke Jimin. Gimana baiknya, aman atau tidak, dan masih banyak lagi. Untuk yang ini, kita coba dulu, ya? Nanti kalau Jimin bener-bener gak bisa beradaptasi, baru Mommy pindah lagi. Ya, sayang, ya?"

Tak tahu harus menjawab apa, Jimin hanya diam. Meski masih ingin protes, Jimin tidak akan mengungkapkannya dan membuat percakapan melebar ke mana-mana. Cukup tahu diri saja, Jimin harus menjaga sikap walau Minjeong belum memberinya batasan soal etika. Akhirnya Jimin memilih menempel di dada Minjeong, menyembunyikan raut wajahnya yang tidak terlihat senang. Namun, Minjeong cukup peka untuk menyadarinya.

"Mommy akan berikan yang terbaik untuk Jimin, pasti." ungkap Minjeong sambil menurunkan tali lingerie yang dipakainya.

Melihat puting merah muda yang menggantung di depan mata, Jimin sekuat tenaga menahan diri untuk tidak tergoda. Masih tidak senang karena perkara tadi, egonya enggan turun meski tak berontak lewat suara. Minjeong cukup paham, maka dari itu tangan kecil Jimin diletakkannya secara paksa pada payudara. Minjeong memberikan tatapan tajam, kode keras untuk Jimin agar melakukan sesuatu untuk memuaskan dadanya.

"Jimin ngantuk."

"Jangan bikin Mommy marah atau kamu akan tau akibatnya, Jimin."

Menelan ludah takut, akhirnya Jimin menurut. Jemari kecilnya meremas payudara Minjeong dengan kaku. Jangan meledeknya, sebab Jimin masih sangat pemula dan baru pertama kali memegang dada perempuan apalagi yang sebesar milik Minjeong. Jimin sadar servisnya tidak berefek sama sekali, sang omega menatapnya datar seolah tidak merasakan sesuatu yang merangsang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 09, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Submissive AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang