Dia Jasen.

115 6 0
                                    

Kalau waktu aku tidak jadi masuk Masa Orientasi Siswa (MOS) dan pingsan. Sepertinya aku tidak akan melihat pria bertubuh jangkung yang menhadap belakang sembari memegang tandu, sementara kala itu aku hanya memandangnya secara samar di bawah sana dan merasa melayang karena akulah yang berada di atas tandu itu.

Ketika membuka mata pun, hanya pria itulah yang masih berada di uks sembari memberi minum teh hangat.

Kata pertama yang kuingat dari bibir manisnya adalah

"Sudah makan Danisa?"

Pertanyaan yang biasa menurut Helen. Tapi menurutku itu hal yang istimewa, mengingat wajah lelaki itu tentu saja menarik perhatianku bahkan ketika ku setengah sadar diatas ranjang UKS, aku bisa melihat dirinya, aku melihat nametagnya samar.

M. Jasen Andy

Ku ingat-ingat namanya hingga saat ini hanya dialah yang menjadi atensiku.

Helen bilang, ini adalah cinta pandangan pertama ku. Karena dulu ketika SMP, aku tak bisa jatuh cinta. Berbeda dengan Helen yang bisa berganti pacar setiap tahun. Kalau aku, Danisa Megan Dermawan, hanya fokus belajar demi masuk jurusan IPA. Bahkan lelaki yang dianggap suka padaku saja, aku hanya anggap teman. Helen bilang aku terlalu polos menganggap semua teman?

Lalu bagaimana dengan cinta?

"Cinta tuh yang kamu rasakan saat kamu bertemu kak Jasen," ucap Helen sembari memakan kotak bekalnya di depanku.

Ku perhatikan Helen yang mulai menegakan tubuh kemudian memegang dadanya sendiri.

"Rasanya kaya ada yang berbunga dalam hati, pokonya kamu seperti ingin liat dia terus untuk merasakan hati yang berdebar," ucapnya dengan kata bak penulis yang handal.

Kemudian ia mengunyah makanannya lagi.

Hari ini adalah hari Senin. Siswa kelas 10 IPA 6 sedikit ribut karena jam pelajaran masih kosong dan masih tahap perkenalan siswa-siswa di SMA Tunas Karya. Maklum, 10 IPA 6 di minggu pertama sudah di cap sebagai IPA rasa IPS. Banyak yang bilang juga kami adalah siswa buangan IPA.

Aku kurang setuju sebenarnya tapi melihat suasana kelas, sepertinya ada benarnya juga perkataan mereka.

"Ah... kena kecap Gan," ucap Helen yang melihat baju putih itu. Kebetulan ku lihat kecapnya terkena name tag di sebelah kiri.

"Aku bawa tissue basah,"

"Mau dong,"

Dengan sigap ku ambil tissue di dalam tasku dan membantu Helen mmebersihkan nametag nya.

Tak lama kemudian, teman sebangku ku, Deslin kerap dipanggil Lili datang dengan ponselnya di tangan. Senyum manisnya sangat sumringah.

Ku pastikan bahwa dia akan melaporkan pada kami tentang gebetannya di kelas sebelah.

"Abis dari mana deh?" Ucap Helen sembari terus membersihkan kecap di bajunya.

Ku lihat mata coklatnya menatapku dan Helen bergantian dengan wajah yang senang. Rambut keriting coklatnya yang ia kuncir kuda, ikut bergoyang saat bergantian menatap.

"Aku dapet nomor WAnya si Haris!"

"Haris? Anak IPS 3?"

Lili senyum semangat kemudian duduk di sebelahku sembari menatap ponselnya dengan wajah blasterannya yang sumringah. Sepertinya dia sedang mengabari Haris bahwa dirinyalah yang meminta nomor.

Ku lihat Helen hanya bergeleng melihat tingkah laku Lili yang lagi-lagi mengkoleksi nomor cowo ganteng di sekolah.

"Lagian buat apasih minta gitu? Kalau udah punya pacar gimana?"

Here! JasenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang