Cupcakes

240 36 14
                                    

"Ghansa?" Aku mengerjapkan mataku beberapa kali, seakan-akan mataku baru saja diserbu oleh pasukan debu, alias kelilipan.

Dia Ghansa. Teman kecilku dan Gita, kakakku.

Dia Ghansa. Ghansa yang dulu tengil itu.

Dia Ghansa. Ghansa yang adiknya Genta.

Dia Ghansa. Ghansa yang selalu dipasang-pasangkan dengan Gita ketika kami masih kecil.

Dan dia, jadi seperti ini? Perubahan fisiknya kentara sekali. Dalam arti yang bagus, tentu saja.

Tapi-tunggu, dia terlihat mirip...

"Hoi! bengong aja," dia tertawa.

Ghansa duduk di hadapanku, tanpa izin, layaknya baru bertemu satu bulan yang lalu. Padahal dia menghilang hampir satu dekade, dan aku tidak menuntut penjelasannya akan

Kami membicarakan banyak hal, mulai dari sekolahku, kuliahnya, kehidupan sehari-hari kami, Gita, Genta, pokoknya segala hal.

Sampai akhirnya, suara telepon dari kantung celana Ghansa menginterupsi obrolan kami. Ia mengangkat teleponnya, lalu pamit. Katanya, ada keperluan penting. Jadi, dia harus bergegas pergi ke kampus lagi.

Dia memberikan nomor teleponnya. Aku hanya tersenyum kecil kearah lelaki yang berbeda dua tahun denganku ini.

Sudah pasti buat Gita.

Ia membalas senyumanku dengan cengiran lebar, lalu menepuk kepalaku dua kali.

"Udah tau itu buat siapa kan?"

Aku mengangguk, lalu dia bergegas pergi.

Aku kembali meneruskan ritual minum macchiatoku sendiri, seperti biasanya. Lalu aku menoleh ke pemandangan di luar jendela, yang menurutku menarik.

Diluar sana, aku melihat ada dua anak kecil yang sedang berebut cupcake. Yang satu perempuan, dan yang satunya laki-laki.

.

.

.

"Genta! Bagi dong cupcakenya!" Kata si anak perempuan sambil berlarian mengejar anak laki-laki yang lebih tua tiga tahun darinya itu.

"Gak mau! Kamu kan sukanya yang rasa stroberi. Ini rasa cokelat, Giska." Si anak lelaki yang masih berumur delapan tahun itu mengangkat cupcakenya tinggi-tinggi.

"Tapi aku mau yang punya Genta! Kok kamu pelit sih?" Kali ini Giska mencebikkan bibirnya kesal sambil melompat-lompat, berusaha merebut kue itu dari Genta.

"Aku gak suka sesuatu yang kepunyaanku diambil orang lain!" Bentak Genta dengan nada tinggi. Dadanya naik turun, nafasnya satu-satu. Kesabarannya sudah habis.

Giska mencerna lamat-lamat apa yang baru saja didengarnya. Walaupun ia tidak mengerti, tapi ia tahu. Genta marah. Genta-nya yang selama ini selalu bersikap dingin dan acuh, kini membentaknya.

Perlahan, cairan hangat menggenang di pelupuk mata Giska kecil.

"Giska! Kamu gak papa kan?" Terdengar teriakan dari bocah lelaki yang berumur tujuh tahun, berlari ke arah Giska. Dia Ghansa. Yang ditanya masih terisak, menunduk.

"Genta ngapain kamu? Kok kamu nangis?" Gita, kakak perempuannya menepuk-nepuk punggung adiknya dengan lembut. Bingung, karena adiknya itu tidak seperti biasanya. Giska tidak pernah menangis.

Genta terbingung-bingung, layaknya Gita. Anak perempuan yang selalu menempel dengannya itu tidak pernah menangis, dia berbeda dengan kebanyakan anak lainnya.

Ragu, Genta perlahan mendekati si anak perempuan yang sedang menangis dengan cupcake cokelat yang ada di tangan kirinya. Tangan kanannya yang mungil, mengambil tangan kanan Giska yang sedang mengepal, lalu mengelus punggung tangannya dengan lembut.

"Ini, cupcakenya buat kamu. Maaf, ya."
.

.

.

"Giska?"

"Mbak Giska?"

Aku terkesiap, lamunanku buyar.

Ini pelayan yang dulu pernah memergokiku sedang melamun,

Err, banyak sekali orang yang mengganggu ketenanganku hari ini. Tadi Ghansa, sekarang pelayan ini.

"Ah, iya?" darimana dia tahu namaku?

Dia menyerahkan kertas itu, lalu pergi.

Dua pesan sekaligus dalam satu hari?

Tanganku terulur, mengambil kertas yang ada di depanku, lalu membacanya.

Ke meja duapuluh satu. Sekarang.

-Genta.

Deg.

- - -

a/n

Haaaai!!! Pusing aq. Dari kemaren gatau mau nulis apaan. Akhirnya update deh, walaupun abal gini. Sorry ya, ini ketebak banget gils, iya gak sih? Banyak typonya lagi.

Kalo suka di vote ya (?

Btw gue lagi laper klimaks, haduh. Baru jam segini tapi perut udah bunyi-bunyi kaya toa.

Ok, banyak omong emang.

See you on next chapter!!! '^')9

ObjectiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang