"SIAPA YANG TIDAK MEMBAWA BARANG YANG DISURUH UNTUK MOS HARI INI SILAHKAN MAJU KE DEPAN" ujar tegas lelaki bertubuh tegap di atas panggung yang disediakan, ia menggunakan mikrofon kecil untuk membina para siswa-siswi yang tengah mengikuti MOS hari ini
Seorang gadis yang sedari tadi tengah kebingungan itu menjadi panik ketika ada seorang perempuan panitia MOS menghampirinya
"Mana barang yang suruh dibawa?" Tanya panitia itu
Diyah Mikanandira gadis yang kerap disapa Dira itu menunduk sambil memainkan jemarinya
"Maaf ka kemarin aku ngga sempet nyari barangnya" ujarnya lesu
"Kenapa?"
"Aku harus jaga ibu aku ka di rumah sakit"
Reva, panitia MOS itu menghembuskan nafasnya kasar "Jangan cari alasan, kamu kan bisa minta tolong suster disana buat jagain ibu kamu"
"Maaf ka"
Hufftt
"Maju ke depan" perintahnya
Dira langsung saja berjalan ke depan dimana sudah ada beberapa juga yang tak membawa barang sama sepertinya
Ia berdiri disamping lelaki tinggi bertubuh atletis ia mendongak sebentar untuk melihat wajahnya dan langsung menundukkan kembali wajahnya kala lelaki itu menatapnya dengan tajam
"Ngga sopan ngeliatin orang" tutur lelaki itu
Dira mendongak menatap wajah lelaki itu "Aku ngga ngeliatin" ujarnya
"Itu apa namanya kalo lo ngga liatin" ucap lelaki itu sinis
Dira segera menurunkan pandangannya dan memilih melihat sepatu pantofel nya
"Maaf" cicitnya membuat lelaki bernama Ravin itu menunduk untuk melihatnya
"Ngapain minta maaf?"
"Tadi udah ngga sopan"
Ravin menghembuskan nafasnya kasar dan memilih melihat kedepan dimana siswa-siswi yang lain tengah menjalankan tugas yang diberikan oleh panitia MOS
Tak selang lama dari situ ada seorang lelaki wakil ketua OSIS yang menghampiri mereka, ia melihat satu persatu wajah dari ke enam siswa-siswi yang tidak membawa barang, sampai matanya berhenti pada Dira
Gadis itu masih setia menunduk sambil menggerak-gerakkan sepatutnya. Raden, lelaki itu berjalan menghampiri Dira dan mengangkat dagunya dengan jari telunjuk
"Kenapa nunduk terus?" Tanyanya sambil menatap Dira lekat
Dira menjauhkan sedikit tubuhnya lalu tersenyum dan menggeleng "Engga ka ngga papa"
Raden mengangguk dan menatap mereka lagi dengan wajah serius
"Kenapa bisa ngga bawa barang yang udah disuruh?" Tanyanya
Lelaki itu menatap dari ujung kiri dimana seorang perempuan yang menggunakan baju super ketat "Kamu" tunjuk Raden
Perempuan itu malah melamun menatap Raden yang sangat tampan, melihat temannya melamun gadis disebelahnya menyenggol pelan lengan nya
"Ah saya lupa kak" ujarnya berbohong, padahal ia sangat malas sekali melakukan kegiatan yang tak berfaedah menurutnya
Raden mengangguk dan beralih ke perempuan disebelah "Kamu"
"Saya juga lupa ka hehehe" perempuan itu yang kikuk karna ditatap oleh Raden pun hanya menggaruk lengannya yang tak gatal
Bara menghembuskan nafasnya kasar dan melihat ke arah lelaki pendek nan culun, merasa dirinya adalah selanjutnya lelaki culun itu mendongak sambil membenarkan kacamatanya