Adorasi: pengorbanan.
Sesuatu hadir ditengah-tengah mereka. Perjalanan yang tak mulus selalu datang bak tamu tak diundang. Kasidet hanyalah sebuah nama seseorang yang tersimpan dihati seorang bernama Jirat.
Hurt/bxb: penulis senang menyakiti diri.
Hari-hari dengan musim hujan Jirat akui bahwa hari kemarin cukup melelahkan. Tapi kehidupannya akan terus berjalan, Jirat masih setia dengan payungnya yang semalam. Ia telah mengantarkan Kasi ke rumah yang tidak bisa dibilang sederhana itu, Kasi meminta Jirat untuk menemani tidurnya. Ya, bisa dibilang untuk sehari kemarin kegiatan Jirat adalah menemani Kasi, orang yang lebih tua dari Jirat namun memiliki sikap tak dewasa itu membuat Jirat sedikit kewalahan.
Jirat menatap payungnya, hujan kembali datang dengan deras, ia telah berpamitan pada bibi penjaga rumah Kasi bahwa ia harus segera pergi. Dia tak berpamitan pada Kasi karena pria itu masih terlelap — dengan tentu saja demam, Jirat bahkan sedikit kesal, sudah tau imun orang itu lemah malah dengan sengaja hujan-hujanan tadi malam.
Kasi begitu kekanak-kanakan dan Jirat akui semua itu. Mungkin jika bukan ada dia, Kasi tak ada yang merawat?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tentang Jirat, dia berusia 22 tahun yang tengah duduk dibangku perkuliahan. Seorang mahasiswa jurusan seni dan juga teman kecil Kasi. Dia tak miskin, keluarganya cukup terpandang. Memiliki keluarga yang hangat bahkan terlalu sering memanjakannya karena dia adalah anak tunggal. Oleh karena itu, sikap baik orang tua yang berhasil mendidiknya menurun padanya. Bahkan teman-teman Jirat akui bahwa Jirat seperti malaikat pelindung, tak ada sama sekali kekurangan pada dirinya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tentang Kasi, dia berusia 23 tahun terpaut 5 bulan lebih usianya bersama Jirat, adalah teman masa kecil Jirat. Dia adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Namun, perlakuan tak adil kerap ia dapatkan dari kedua orang tuanya, bahkan ketika dia didiagonsa sebuah penyakit saat usianya 6 tahun tak ada satu pun yang peduli, kecuali bibi pengasuh, Jirat, dan keluarga Jirat. Kasi sangat dekat dengan keluarga Jirat, bahkan ibu dan ayah temannya itu sudah menganggap Kasi sebagai anak mereka. Omong-omong, kasih juga mahasiswa jurusan seni, jadi tak heran jika Jirat dan Kasi selalu bersama.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kemarin kamu pergi gitu aja?" Tanya Kasi sedikit kesal setelah dia bertemu dengan Jirat di kampusnya.
Jirat orang yang diajak bicara itu menggaruk belakang lehernya yang tidak gatal.
"Waduh, kamu terlihat nyenyak sih ga tega buat banguninnya." Jirat mencoba menjelaskan.
"Berisik ah, kesel banget. Biasanya juga dibangunin."
Kasi berjalan meninggalkan Jirat yang langsung menyusul langkahnya.
"Eh tunggu-tunggu, oke aku minta maaf ya. Kamu lagi demam kemarin, ga tega aku banguninnya. Kalau ga dimaafin, gimana kalau aku teraktir nanti waktu makan siang?"
Berusaha mengejar langkah Kasi, Jirat bertabrakan dengan bahu yang diajak berbicara karena berhenti mendadak. Kasi membalikan badannya, masih dengan raut wajah tak mengenakan, bibir mengerucut dan alis mengerut lalu dia mengangguk tanda setuju.
"Oke, aku mau makan banyak hari ini!" Kasi tersenyum di akhir kalimat.
Jirat tersenyum puas. Dengan refleksnya ia menggenggam tangan Kasi, menggandeng (temannya) itu untuk segera sampai ke kelas.