01

0 0 0
                                    

Di pagi hari dengan udara yang segar untuk dihirup, serta hari ini yang libur merupakan hari yang indah bagi anak sekolah untuk bermalas-malasan. Jennie hari ini berencana untuk tidur sepanjang hari. Baginya, benda itulah salah satu hal yang terindah.

Di sisi lain, Jun sedang membantu ibunya memasak di dapur. benda tajam berwarna abu-abu dan hitam itu ia gunakan untuk memotong sebuah wortel dan sosis.

"Jun, apakah kau tahu Jennie sedang apa?" tanya ibunya dengan sangat lembut.

"Ia sedang bermimpi, bu! Jennie benar-benar berencana untuk tidak beranjak dari ranjang hari ini. " Jelas Jun

"Aku ingin tahu bagaimana rasanya bisa mengetahui pikiran seseorang. Apakah kamu terganggu dengan itu, Jun?" Ibu menanyakan hal ini karena penasaran

"Jujur saja, Jun sangat terganggu dengan kutukan ini. Jun terkadang mengetahui hal-hal yang Jun tidak harus ketahui. Kalau ada alat yang bisa menghentikan ini, Jun akan melakukan apapun untuk itu." ucap Jun dengan pasrah karena merasa tidak ada harapan.

"Tidak apa, ibu mencoba mencari informasi tentang hal itu, tapi tetap tidak menemukan apapun. sudahlah, ayo panggilkan Jennie agar segera sarapan" suruh ibunya.

Selang beberapa waktu, langit sudah mulai menggelap kembali. Matahari sudah tidak terlihat, dan bulan menggantung di angkasa. Namun, pintu di hadapan Jennie mengganggunya menikmati waktu menonton TV di malam hari.

Ia tidak ingin membuka pintu bagi orang yang mengganggu waktunya itu Tapi mau bagaimanapun juga, ia tidak akan berhenti mengetuk pintunya sehingga Jennie harus beranjak dari benda empuk yang sedari tadi membuatnya nyaman.

Jennie membuka pintu, penasaran siapa orang yang di balik pintu yang ia buka. Dengan wajahnya yang serius dan menatapnya sangat tajam, ia berkata "Selamat malam, bisakah aku bertemu dengan Jun?" tanya pria tinggi itu. Tentu saja Jennie tidak perlu repot-repot memanggil Jun, ia sudah mengetahuinya, dan Jun sudah berjalan menuruni tangga.

Mengetahui bahwa percakapan ini bukan untuknya, ia segera beranjak dari tempatnya meninggalkan mereka berdua membiarkan keinginannya untuk mendengar topik yang sebenarnya ingin ia dengarkan.

"Ku rasa kau sudah tau aku akan membicarakan apa. Langsung saja ke tujuannya, apakah kau setuju dengan ini?" tanya pria itu mengetahui kemampuan Jun

"Aku akan setuju jika kau memberitahuku informasi mengenai kutukan ini" tegas Jun.

"Baiklah, aku akan membiarkan kamu mengetahui beberapa informasi. Namun kau harus bergabung dengan kami, setidaknya menyetujui kesepakatan ini!" Pria itu memaksa Jun menyetujui kesepakatan ini, dan Jun menyetujuinya.

"Baiklah, namaku Rey. Senang bertemu denganmu" Rey menjulurkan tangannya untuk bersalaman, dan Jun membalasnya.

Rey ingin beranjak pergi dari rumah Jun setelah Jun membukakan pintu. Jun menghentikannya dan bertanya "Jujur saja, aku bingung bagaimana kau bisa mengetahui kutukan sialan ini. Aku bahkan tidak bisa mengetahui beberapa isi pikiranmu. Dan kelompok itu... "

Pembicaraan Jun terpotong oleh Rey "Kau akan mengerti kalau kau sudah bergabung dengan kami. Tenang saja, kami akan memperlakukanmu dengan baik!" Tegas Rey yang membuat Jun sedikit curiga

Jun menutup pintu, lalu menaiki tangga mencapai ruangannya. Ia membanting tubuhnya ke ranjang, dan memikirkan apa yang sebenarnya terjadi dalam hidupnya. Sudahlah, Jun tidak ingin pusing memikirkan hal-hal seperti ini. Ia sudah pusing dengan kutukan yang ia punya. Apapun itu, ia sudah menyetujui kesepakatan itu untuk mendapatkan lebih banyak informasi.

-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang