Prologue

5 3 0
                                    

Dia selalu sendirian.

Tapi tidak pernah merasa kesepian.

Sebab, dia sadar.

Bahwa keheningan adalah teman.

Baginya, yang ada di balik kesunyian hanyalah ketenangan.

Yang mengajarkan makna sejati dari kenangan yang terlanjur memudar.

-Sultan Handoko, 2023.

Meruwarna, 2023.

Nyanyian burung pagi ini terdengar riang meyambut pesta pernikahan kedua mempelai itu. Cukup selaras dengan musik santai yang mengalun lembut di telinga.

Gelak tawa dan suara obrolan, melukis suasana ceria pada pagi hari ini. Seorang pria rambut belah tengah, dengan kamera di tangannya berjalan menyelinap melalui kerumunan.

Sulhan namanya, dia melangkah mendekati panggung dan mencari sudut terbaik untuk membekukan waktu sejenak. Dia melirik ke arah pasangan itu dan memperhatikan detil yang mencolok. Dalam sekejap, Sulhan tahu dia harus menyimpan momen tersebut.

Ckrek!

Setelah menekan tombol shutter kameranya, Sulhan langsung memantau hasilnya.

"Hmm ...."

Sulhan kembali berjalan, kali ini dia menghampiri kedua mempelai. "Kak, ambil foto yuk. Last."

"Oh oke," balas si mempelai pria. Ia dan wanitanya berjalan dan berpose sesuai arahan Sulhan.

"Coba tangan Mbaknya ngelingker di leher Masnya, nah, tangan Masnya ngelingker di pinggang Mbaknya," ucap Sulhan. "Sambil tatap-tatapan, tapi jangan ketawa."

Si pria dan wanita itu bertatapan sambil menahan tawa entah karena malu atau karena apa, Sulhan pun tak tahu, yang jelas mereka berdua tampak bahagia.

"Oke, satu, dua ... tahan." Dengan cermat, Sulhan membidik kameranya lalu menekan tombol shutter. Sesaat ia menatap gambar di kameranya, kemudian tersenyum. "An epic image for the last."

Waktu membeku pada gambar di kamera. Di dalam foto itu kedua mempelai tersebut terlihat sangat bahagia. Bagi Sulhan, momen seperti inilah yang tak akan pernah ia lupakan. Baginya kebahagiaan itu menular.

"Sul, boleh liat enggak?" tanya si mempelai wanita.

Sulhan tersenyum, lalu menunjukkan potret di kameranya pada orang yang tergambar di sana.

Terbentuk kurva di bibirnya. "Enggak salah emang milih kamu jadi fotografer pernikahanku. Jepretan kamu ajaib."

"Yaaa ... salah atau enggak siapa yang tahu? Yang jelas aku ikut seneng kalau orang yang aku foto ngerasa seneng, toh aku udah janji buat jadi fotografer di nikahan situ. Aku yang makasih karena udah mempercayakan dokumentasi kalian ke seorang Sultan Handoko ini."

"Makasih ya, Sul," ucap si wanita.

"Oke, cukup buat hari ini. Dalam waktu deket, aku upload file fotonya ke drive."

"Buat albumnya gimana, Sul?" tanya si mempelai pria.

"Buat albumnya nunggu sekitar dua sampai tiga minggu, Mas Bro," balas Sulhan. "Paling ngaret sebulan_lah_ kalo ada kendala atau pending."

"Oke deh, ditunggu ya," balasnya lagi.

"Sama-sama, Mas Bro. Ya udah, aku pamit duluan ya, selamat menempuh hidup baru buat kalian," ucap Sulhan sambil membungkuk hormat.

Kedua pasangan itu tersenyum dan ikut menunduk hormat sebagai balasan.

Sulhan tersenyum, lalu memutar tubuhnya dan berjalan pergi ke tempat peralatannya di taruh. Ia membenahi segala atribut kameranya, setelah itu berjalan ke area parkir menuju mobilnya.

Pria rambut belah tengah itu terus berjalan hingga pada suatu ketika ia berhenti sambil mendongak menatap langit. Helaan napas berembus pasrah keluar dari mulutnya.

Sekilas ingatan tentang seorang wanita yang telah pergi dari hidupnya perlahan hadir kembali.

"Kenapa sih kamu suka banget sama fotografi?" tanya seseorang wanita di masa lalu.

"Apa ya ...." Sulhan diam, tampak memikirkan jawabannya. Pada satu momen, ia menatap sembarang sambil tersenyum. "Fotografi itu seni membekukan waktu. Setiap momen yang tersimpan itu terus hidup, jadi kenangan yang abadi, bahkan ketika waktu terus maju dan berlalu."

"Mungkin enggak kalo suatu saat nanti kamu benci fotografi?" tanya wanita itu lagi.

Kini Sulhan tersenyum sambil mendekatkan wajahnya pada wanita itu, menatap kedua bola matanya dalam-dalam. "Aku suka fotografi sama halnya aku suka kamu. Enggak akan pernah berubah dan enggak akan pernah bisa aku benci sebab alasan apa pun," jawab Sulhan.

Sesaat Sulhan kembali tersadar dari bayang-bayang masa lalunya. Senyum itu perlahan terlihat mendung.

"Seandainya sekarang kamu ada di sini dan nanya pertanyaan yang sama kayak malam itu ... jawabannya masih sama dan enggak akan berubah. Sayangnya waktu yang berubah. Dia merubah segalanya, tentang aku, kamu dan kisah kita yang tinggal cerita. Semoga sekarang kamu bahagia dengan kehidupan yang kamu pilih, Nat. Semoga."

Author note's

Hola amigos,

Jadi cerita ini tuh sebetulnya project komunitas dengan semesta buatan yang jadi global collaboration. Jadi semua anggotanya latihan nulis novelet dengan building world yang sama, yaitu kota Meruwarna.

Bingung mau nulis apa. Ya udah gitu aja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 14, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Frozen TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang