BAB II [END]: Sekawan Dibungkus?

77 7 0
                                    


    "Betul yang ini? katanya enak, tapi kok sepi? tempat makan yang enak seharusnya ramai pembeli. Coba parkir dulu saja deh," ucap Gemini.

     Mobil Jauza terparkir dengan sempurna di pelataran samping kedai mi ayam. Namun ia masih enggan turun karena merasa ragu. Ruko dua lantai paling ujung dengan gerobak kayu yang terlihat ringkih itu sebenarnya tak menarik sama sekali.

      "Markus tidak bohong kan? tempatnya terlihat bersih, tapi rasanya?" Juaza bimbang.

      "Ya sudah deh. Coba cari tempat yang lain saja. Terlihat tidak meyakinkan," ucap Jauza sambil menyalakan mesin mobilnya, berbarengan dengan suara lantang dari dalam ruko.

     "Sada, ambil ayamnya. Kalau di gerobak tinggal sedikit kayak gini langsung diisi lagi. Kerupuk pangsitnya juga habis, ambil aja di lantai dua. Kemarin malam aku goreng lumayan banyak," teriak seseorang dari dalam ruko.

      Gemini melirik ke arah sumber suara, lalu reflek mematikan mesin mobilnya.

      "Oke, sepertinya saya akan makan di sini." Jauza turun dari mobil, lalu melangkah mendekat ke arah ruko.

      Melihat ada yang mendekat, si penjual langsung mengalihkan pandangannya. Terlihat pria dengan kemeja biru langit yang dua kancingnya sengaja dibiarkan terbuka. Memperlihatkan sedikit garis belahan dada bidangnya.

      "Selamat siang, Mas. Makan di sini atau dibawa pulang?" tanya si penjual.

      "Tidak ada opsi disuapin sama adeknya kah? kalau ada, saya bakalan makan di sini," goda Jauza. Si penjual yang mendengar hal tersebut cuma bisa melongo, pun sama halnya dengan pemuda bernama Sada yang juga ikutan melongo.

      "Gak ada mas. Aneh-aneh saja masnya ini," ucap si penjual sambil tersenyum, yang bagi Jauza adalah senyuman terindah yang pernah ia lihat selain senyuman ibunya.

      "Adek namanya siapa?" Jauza mendadak kepo.

      "Panggil saja Awan, Mas. Jadinya mas pesan apa tidak?" tanya Sekawan.

      "Tunggu dong. Adeknya gak mau tau nama mas dulu gitu? kan tak kenal maka tak sayang," ucap Jauza.

      "Ini maksudnya mas mau saya sayang-sayang gitu? memangnya nama mas Siapa? ini masnya beneran mau pesan apa tidak? kalau tidak saya masih ada urusan di belakang," jelas Sekawan.

      "Nama saya Jauza, Dek. Sudah tahu nama saya kan? berarti bisa dong sekarang saya disayang-sayang?" goda Jauza.

       "Waduh," jawab Sekawan.

      "Ya sudah, kalau begitu saya pesan satu porsi ya. Tidak usah sayur, tidak pakai acar timun, jangan dikasih kuah tapi jangan terlalu kering. Dibawa pulang saja, sekalian adeknya juga saya bawa pulang. Mau?" Sekawan kembali melongo. Sada yang mendengar itu jadi terbahak.

     "Mas, kalau ngomong baca doa dulu dong. Bos saya sampai shock begini loh. Duduk dulu mas biar dibuatkan dulu mi ayamnya," ujar Sada.

     Jauza duduk di kursi dekat gerobak, memperhatikan setiap gerak-gerik adek manis di depannya.

      "Mau, Mas." ucap Sekawan.

      "Maksudnya?" tanya Jauza penasaran.

      "Saya mau ikut pulang sama mas hehe," ucap Sekawan malu-malu.

      Jauza yang mendengar hal tersebut reflek berdiri lalu menggenggam tangan Sekawan, senyum sumringah langsung terpatri di bibir tipisnya.

      Sada yang melihat pemandangan tersebut langsung menjewer bosnya dengan gemas. Sekawan yang menerima jeweran itu cuma mengaduh.

      "Ya setidaknya jual mahal dulu, bos. Masa langsung mau aja dibawa pulang. Tunjukin dong pride mu sebagai boti mahal," ucap Sada kesal.

      "Sudah-sudah, saya buatin dulu ya mas. Tapi gak boleh dibawa pulang. Wajib makan di sini. Perhari ini khusus untuk mas Jauza ada opsi disuapin sama penjualnya hehe," jelas Sekawan malu-malu. Sada yang mendengar hal itu reflek memutar kedua bola matanya malas.

       Sekawan langsung berkutat dengan mi ayam di depannya, sedangkan Jauza melihat adek manis di depannya dengan tatapan penuh cinta.

       Sebenarnya ini hal yang cukup aneh bagi Jauza. Ia sama sekali belum pernah merasakan hal semacam ini. Gemini bukan lelaki sepolos itu, ia tahu betul kalau apa yang ia rasakan ini adalah bentuk dari cinta. Tapi bagaimana bisa? bagaimana bisa sosok manis di depannya kini benar-benar sukses membuat hati dan mindanya bersatu padu hingga memunculkan sebuah keputusan akhir yaitu 'aku menyukaimu, ayo jadi milikku'. Padahal belum genap 10 menit mereka bertemu.

      Pun sama halnya dengan Sekawan. Berprofesi sebagai penjual mi ayam membuatnya bertemu dengan banyak orang. Tak sedikit juga yang terang-terangan menaruh rasa suka kepadanya. Tapi Sekawan sama sekali tak pernah tertarik, yang membuat ia tertarik hanyalah uang yang ada di dalam laci gerobak mi ayam miliknya. Tapi entah mengapa rasanya berbeda jika berhadapan dengan pria berkemeja biru yang duduk tepat di belakangnya. Ia ingin, ia mau, cuma pria itu satu-satunya yang mampu membangkitkan rasa yang sudah lama tak pernah ia rasakan semenjak berakhirnya hubungannya dengan orang di masa lalunya.

      "Selesai," teriak Sekawan senang.

      Mi ayam porsi jumbo yang kata Sekawan ditambah dengan sejumput cinta itu telah tersaji di atas meja. Kali ini dua adam itu terlihat bingung. Apakah Jauza bisa langsung menyantap mi ayam di depannya? apakah Sekawan harus benar-benar menyuapi pemuda tampan di depannya? atau jalan tengahnya mereka berdua saling suap-suapan? sepertinya opsi terakhir cukup membuat Sada bergidik ngeri.

      Sekawan mengambil sendok, memotong mi panjang itu lalu meniupnya, asap putih langsung mengebul. Setelah dirasa cukup dingin, Sekawan mengarahkan sendok tersebut ke mulut Jauza. Lelaki zodiak itu langsung membuka mulutnya lebar-lebar, menerima suapan pertama dari Sekawan.

     "Beneran disuapin dong. Mau nangis," ucap Sada dalam hati. Ia iri melihat interaksi manis antara dua adam yang baru pertama kali bertemu itu.

     Suapan demi suapan Jauza terima sampai isi dari mangkok bergambar ayam tersebut tandas tak bersisa. Rasa lapar yang sempat menyerangnya sudah hilang entah kemana, berganti dengan rasa kenyang yang membuatnya sedikit kesusahan untuk bernafas mengingat mi ayam yang ia makan adalah porsi jumbo.

      "Enak banget hehe. Apalagi disuapin sama adek manis ini," ucap Jauza sambil mencubit kedua pipi Sekawan dengan gemas. Si empunya pipi hanya bisa merona saat diperlakukan seperti itu.

      "Mas Jauza bisa saja. Rate dong mas mi ayam buatan saya. Harus jujur loh ya. Awas saja kalau bohong," pinta Sekawan.

      "Mas bukan expert di bidang ini, Dek. Tapi mas bisa bilang kalau mi ayammu enak banget. Tekstur minya kenyal, bumbunya kaya rasa gak bikin enek, apalagi topping ayamnya yang gede-gede dan juicy parah. Bikin nagih. 100 dari 100," jelas Jauza sambil pose chef kiss.

      "Waduh, sampai chef kiss segala. Berarti chef yang bikin mi ayamnya harus di-kiss dong ya? goda Sekawan dengan senyumnya.

      "Mas cium beneran loh ya? awas aja menghindar hehe," ucap Jauza usil.

      Lagi-lagi interaksi mereka membuat Sada iri. Boleh tidak sih menyiram dua sejoli itu dengan air panas di dandang kuah yang ada di sampingnya? iri sekali rasanya.

      Percakapan dua adam itu terus mengalir, tak ada rasa canggung mengingat ini adalah kali pertama pertemuan mereka. Saling bertukar cerita, saling melempar canda, dan yang pasti saling mencinta. Inilah yang orang-orang sebut sebagai cinta pada pandangan pertama.

End... .

Malang, 15 November 2023
gawin_chan

🍜 CHICKEN NOODLE SOUP 🍜 [GEMFOURTH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang