"Congratulations, Mrs. kim. You are pregnant. The pregnancy is 14 weeks old."
Deretan kata dengan bahasa Inggris itu membuatku mual. Pemilik wajah yang baru saja berbicara terlihat seperti riak air yang dilempar batu, aku segera memalingkan wajah ke arah monitor, melihatnya dengan pandangan kosong. Ada sesuatu yang berbentuk seperti kacang merah di sana, terkadang bergerak dan menunjukkan beberapa ekspresi aneh. Apa benar itu ada di dalam perutku?
"Seora ...."
Panggilan itu mengudara bersamaan dengan suara detak jantung yang terdengar cepat, juga keras. Aku merasakan ketegangan yang tak nyaman, terasa seperti ada yang menindih dan memukuli tempurung kepalaku. Hingga tak lama setelahnya, hawa panas mengelilingi kedua mataku dan membuat pandangan buram.
Semua perasaan dari ingatan itu melonjak kembali. Aku merasa tenggelam. Semua warna yang tersisa menghilang sepenuhnya.
"Aku ... hamil?" gumamku sangsi, dan sentuhan yang singgah di bahuku menyadarkanku bahwa semua ini adalah nyata. Dengan tangan bergetar, aku meremas tangan di bahuku, menatap sosok yang sedari tadi menemaniku dan memandangnya penuh ketidakpercayaan. "Tidak, Kak. Tidak mungkin. Ada yang salah dengan pemeriksaan ini, Dokter itu pasti salah! Aku tidak mungkin hamil!"
"Seora, tenangkan dirimu," katanya seraya menggenggam tanganku. "Semuanya akan baik-baik saja, aku berjanji."
Kepalaku menggeleng tidak terima, tanpa kusadari aku sudah merenggut pakaian pria di sampingku. "Kak, aku tidak mungkin hamil."
Selama tiga bulan terakhir, aku pikir mual yang selalu aku rasakan adalah hal yang wajar karena rasa frustrasi dan tidak teraturnya jam makan, bahkan ada hari-hari di mana aku membiarkan perutku kosong hingga membuat kak Yuunki khawatir. Aku pikir ada yang salah dengan lambungku, tetapi apa ini?
Ada kehidupan di dalam perutku?
"Hentikan! Aku tidak mau mendengar suaranya lagi!" Aku menjerit, menutup kedua telingaku untuk menghalau suara detak jantung yang katanya milik janin di dalam perutku. "Tidak mau! Aku tidak mau mendengarnya!"
Melihat kondisiku yang tidak baik, dokter yang bertanggung jawab di ruangan USG lekas mematikan monitor hingga suara detak yang berdenging di kedua telingaku hilang. Aku sadar atas sikapku yang tidak tahu adab, padahal aku tidak ingin memperlihatkan kondisi yang lemah dan menyedihkan ini pada kak Yuunki, tetapi kekacauan yang terjadi di dalam kepalaku menutup semua rasionalitas.
Saat itu, aku ingat bagaimana kerasnya tangisanku. Aku juga ingat tindakanku yang bodoh karena memukuli perutku sendiri hingga kedua lenganku dicekal oleh kak Yuunki.
"JANGAN BERSIKAP MENYEDIHKAN, SEORA! Berhenti, atau kau menyesalinya."
Itu adalah pertama kalinya kak Yuunki berbicara keras kepadaku. Bohong jika aku tidak sakit hati atas teriakannya. Kepalaku sakit, hatiku sakit. Aku lelah.
Kenyataan tentang diriku yang hamil, dan siapa yang telah menghamiliku membuat duniaku seolah berhenti berputar. Setiap pijakan yang kuambil terasa berat dan menusuk. Udara terasa perih untuk kuhirup.
Aku tidak menyalahkan kak Yuunki yang sudah membentak dan secara tidak langsung mengatakan bahwa aku wanita yang menyedihkan. Aku mengakuinya, aku memang wanita kotor nan menyedihkan karena disetubuhi oleh monster hingga berbadan dua, bahkan mencoba untuk membunuh janin tidak bersalah ini. Tidak waras.
Aku ingat ketika di perjalanan pulang dari rumah sakit tanpa ditemani kak Yuunki (karena aku butuh waktu sendiri untuk berpikir jernih), aku justru berteriak histeris dan menangis di jalanan London yang padat hingga para pejalan kaki memandangku aneh. Mungkin saat itu mereka melihat kertas bertuliskan 'gila' di dahi maupun punggungku.
![](https://img.wattpad.com/cover/356149492-288-k889768.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Sea [M]
Roman d'amourSixth story; M/A. Romance - Dark fantasy. [Sequel of The Last Guardian] "Di kehidupan selanjutnya, kumohon satukan aku dan matikan aku bersamanya." .......... Hidup sebagai Church Grim nyaris kekal membuat Vance harus merasakan kehilangan yang berul...