BAB 16 : Bipolar

45.7K 4.2K 1.2K
                                    

❝Akan selalu kurang jika standar bersyukurnya adalah nikmat orang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akan selalu kurang jika standar bersyukurnya adalah nikmat orang lain.❞ —Xabiru Cakrawangsa

***

"A Biru, ini Aziel kapan gedenya, sih? Masa dari kemarin segede gini terus coba? Aziel mau cepet SMA. Biar berangkat sekolah bareng sama Kak Shea. Nanti Kak Shea dibonceng sama Aziel pakek motor gede," celetuk Aziel random.

Xabiru melirik sinis. "Celana seragam masih warna merah aja banyak gaya kamu, Ziel."

"Emang kenapa, sih? Aa itu sirik orangnya." Deraziel berkomentar tidak kalah sinis. Anak itu sedang duduk anteng bersama buku album miliknya, sibuk menata foto dirinya dan Shea ketika perayaan ulang tahun kemarin. Xabiru yang mengintip di belakang menatap terkejut. Apa karena mereka adik-kakak, jadi memiliki tipe cewek yang sama? Begitu? Bahaya sekali.

"Ziel, apa nggak kebanyakan fotonya? Bagi satu buat Aa," kata Xabiru tidak tahu malunya.

"Enak aja minta-minta! Usaha dong!"

Xabiru melipat bibir, dihujat oleh adiknya ternyata lumayan menusuk mannah. Lelaki itu berujar. "Kurang usaha gimana lagi? Nih, kadang Aa nggak ngerti. Saingan masa mantan pacarnya Kak Shea aja, nggak kelar-kelar. Ini punya adek malah ikut-ikutan. Jangan gede dulu, Ziel. Lengah dikit, entar direbut."

Aziel berkedip tidak percaya, tumben sekali lelaki itu blak-blakkan. "Aa lagi curhat?"

"Nggak. Lagi komat-kamit doang," balas Xabiru.

Aziel hanya tertawa kecil, lalu anak cowok itu menurunkan pandangan. Aziel menatap buku album foto milik Xabiru. Warnanya juga biru. Aziel membukanya, pertama kali yang ia lihat adalah gambar USG yang setiap bulan dicetak dan ditata sedemikian rapi. "Aa, kok A Biru di gambar sini kayak kacang polong, sih?"

"Wajar, Ziel. Itu kan janin satu bulan. Normal sebesar kacang polong, kalau ukurannya segede domba Ibu dokternya bisa kabur duluan."

"A BIRU!!!" pekik Aziel kesal, sedangkan Xabiru hanya tertawa. Lelaki itu membalikan badan, ikut memperhatikan foto USG tersebut. Ayudia menatanya sebegitu apik dan rapi.

Usia janin 4 bulan.
Hallo my little prince! Anak Mama katanya cowok, semoga perkiraan USG-nya nggak meleset, yaa :))

Usia janin 9 bulan.
Xabiru Cakrawangsa. Biru.
Nabastala warnanya biru, samudera juga berwarna biru. Kalau tangguhmu seluas langit, maka sabarmu juga harus sedalam lautan. Lv u more 💙

Xabiru tersenyum samar. Berapa kali lelaki itu jatuh cinta pada Ayudia? Kendati raganya tidak lagi di depan mata, jasanya selalu Xabiru rindui bahkan setiap menutup mata di malam hari dan terbangun di pagi hari. Lelaki itu membuka halaman akhir, mendapati tulisan di balik fotonya sendiri kisaran usia delapan tahun.

ENIGMA (Dirombak) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang