Kehidupan setelah pernikahan, apakah menyenangkan? Oh.. rupanya tidak karena Ali Sandi menyuruh Amara dan Reynov untuk tinggal di rumahnya saja. Katanya, daripada rumah besar itu kosong tidak ada tuannya. Apesnya, Ali Sandi tetap menaruh penjaga di rumah itu. Alhasil, Reynov jadi nggak bisa ngapa-ngapain ke istrinya.
"Ehem!" Penjaga itu lewat sambil berdehem saat Reynov merangkul Amara di ruang TV.
Reynov jadi batal merangkul. Perasaan, dia udah nikah. Kenapa masih dimata-matain, sih.
"Itu pengawal kamu biasanya di pintu doang, kenapa sekarang ikutan nonton TV?" bisik Reynov sebal.
"Cuma lewat doang kali!" kata Amara.
"Lewat apaan? Tuh lihat, diem ngejogrok di pojokan! Kayak penampakan!"
Reynov kesal sekali. Dia manyun. Ini sudah seminggu pernikahannya. Tapi masa dia belum ngapa-ngapain ke istrinya.
"Aku nggak mau tinggal di sini!" Reynov ngambek. "Aku mau balik ke apartemen! Kamu mau ikut aku atau tetep di sini?" ancamnya.
"Yah, kok, kamu ngambek, sih?!" Amara jadi bingung.
Tapi Reynov tidak bercanda. Ia sudah mengangkat kopernya.
"Ya udah, kita coba tinggal di apartemen kamu dulu. Biar adil, oke?" kata Amara. Reynov masih manyun, tapi dia mengangguk setuju. Persis anak kecil.
Akhirnya Amara ikut ke apartemen Reynov dan membawa beberapa bajunya. Lalu setelah menata semua barangnya di apartemen Reynov, ia bersantai di sofa sambil melihat-lihat koleksi buku Reynov.
"Saaaayaaang!"
Tiba-tiba, untuk pertama kalinya Reynov memanggil Amara sayang, dengan nada manja yang genit dan ... mencurigakan. Bikin Amara jadi agak deg-degan.
"Kenapa?" tanya Amara. Dia yang tadi duduk santai di sofa, jadi duduk tegak. Waspada.
"Ehem..." Reynov berdehem. Dia juga deg-degan. Tapi, yaaa sok keren ajalah. "Sayang, emmm... sekarang, yuk!"
"Hah? Sekarang? Apanya?" Amara mendadak bego.
"Ya.... Itu..." Reynov garuk-garuk rambut. Sedikit gemas. Masa gitu aja nggak ngerti! Ah... istrinya ini memang malu-malu kucing. "Ya... pokoknya sekarang aja, yuk!"
"Emmm..." Amara sebenarnya paham apa maksudnya sekarang. Apa lagi kalau bukan... ya itulah. Tapi ia belum siap. Malu.
Amara lalu mengambil bantal sofa dan memeluknya. "Emm... tapi... tapi... aku belum belajar sama sekali!"
"Hah? Belajar apa?"
"Belajar... belajar... genealogi, andrologi, endokrinologi.... sexology."
Reynov melongo. "Sejak kapan honeymoon harus belajar duluuu?!"
"Ya... emangnya... kamu... tahu caranya? Kamu nggak belajar dulu? Nanti... kalau kita kenapa-napa gimana?
Reynov jadi tertawa. Ia duduk di sebelah Amara dan membelai pipi Amara yang langsung membuat Amara merinding.
"Ayo, sekarang, sayang! Atau... kamu maunya di sini aja, ya? Nggak mau di kamar, ya?" kata Reynov dengan nada jail. Sepertinya ngerjain istrinya bisa buat pemanasan.
Amara memeluk bantal sofa semakin erat. Jantungnya benar-benar jumpalitan. Lalu tiba-tiba ia teringat semua hafalan pelajarannya tentang siklus jantung.
"Emm... kamu tahu nggak kalau atrium itu ada di bagian atas jantung, berdinding tipis, menerima darah dari pembuluh vena, di tiap konstraksi jantung. Nah, kalau ventrikel ada di bagian bawah jantung, berdinding tebal, menerima darah dari atrium dan memompanya ke arteri tiap kontraksi jantung...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fiasco Kafe (END lengkap)
Teen FictionAmara, mahasiswi drop out yang sekarang menjadi barista di Fiasco Kafe. Ia senang bisa bekerja di sana. Tapi, Reynov si pemilik Kafe mulai mencurigai Amara karena Amara bisa berbahasa Belanda, tahu nama senjata, dan tahu hal-hal medis. Siapa Amara...