Inhale...... Exhale....Asap putih keluar berbarengan dengan hembusan karbondioksida memberikan ketenangan tersendiri bagi pemuda dengan kemeja putih tipis yang sengaja membuka dua kancing teratasnya. Matanya tertutup menikmati semilir udara malam kota dari atas balkon club. Sejenak melupakan hiruk pikuk kendaraan bedesakkan dijalan besar ibu kota. Axel kembali menghisap nikotin yang ia apitkan pada jari telunjuk dan jari tengah lalu ia hembuskan kasar seakan rasa gelisah ikut terlepas bersamaan dengan asap tipis diudara.
Nyatanya tak pernah dirinya mampu menghabiskan satu batang ramping tersebut dalam satu hari. Diusaknya ujung yang terbakar pada pembatas balkon sebelum membuangnya asal. Kakinya ia bawa kembali masuk kedalam langsung di sambut deguman musik dj begitu memengakkan telinga, naasnya hal itu malah yang di tuju oleh axel. Sebab ketika degungan musik bercampur dengan deguban kegelisahan hati axel, setidaknya itu menjadi acuan mengapa hatinya berdetak tak karuan.
Panggilan telepon dari daniel pun kembali ia abaikan. Memang tak semestinya dirinya merasa kesal akan kedekatan daniel dengan wakilnya lalu ia luapkan pada minuman berkadar tinggi di depannya. Memang kenapa? Axel akui dirinya kekanakan dan tidak pernah langsung menghadapai masalahnya. Axel akui itu.
Hanya saja, daniel....
Sudah dari awal axel mewanti-wanti tepat dihadapan dua jari kelingking pada daniel untuk tak membuatnya kecewa. Axel benci dipermainkan. Axel benci saat daniel menganggap enteng sebuah ikatan dalam hubungan pertemanan tak wajar mereka. Axel benci mengapa hatinya harus jatuh pada orang seperti daniel. Axel benci semua perlakuannya pada daniel.
Menjijikan.
Tenggakkan terakhir untuk gelas ke empatnya axel melangkah setelah lama memandangi segerombolan pemuda tengah asik berbincang dengan dua wanita yang haus belaian di pangkuannya. Anggap saja dirinya mabuk hingga berani menyekal wanita 30 tahun sampai terhuyung berganti dirinya duduk di pangkuan pemuda dengan satu gelas di tangannya.
Hampir pemuda itu tersedak cairan merah favoritnya hingga sedikit muncrat keluar. Matanya tak sengaja memanik tulang selangka yang terekspos saat yang lebih muda menunduk. Belum sempat dengan rasa kaget, axel dengan mata sayunya sudah lebih dulu menjilat dagu si pemuda, merasakan pahit manis rasa dari cairan yang tak sengaja keluar tadi sebelum mengecup bibir tebal lawannya.
"You did it" ucapnya tepat didepan wajah tegas pemuda yang ia yakini datang untuk bersenang-senang.
Bilahnya tak bisa lagi ia tahan lebih lama untuk tidak tersenyum. Tangannya bergerak meletakkan gelas pada meja "kalian pergi dulu deh, bahaya kalo diliatin" suruh si pemuda langsung di respon decakkan pada ketiga temannya. Kembali menatap axel yang seperti orang kehilangan akal tersenyum manis didepannya.
Pada dasarnya dirinya bukan orang yang suka berbasa basi saat diberi kesempatan begini. Lama mengamat bagaimana pakaian axel yang terlihat sedikit vulgar membuat dirinya menelan ludah. Lalu menarik tengkuk pemuda cantik tersebut untuk ia hisap dalam bilah axel hingga melenguh.
KAMU SEDANG MEMBACA
playing with player
Teen Fictiongimana jadinya ketika Playboy sekolah ketemu Axel yang cuek