Semua telah berubah ketika hilang semua ingatan Lintar karena kejadian yang memilukan terjadi kepada Lintar. Dahulu Lintar adalah anak yang sangat periang, perasaan Lintar sangat bahagia saat ia berkumpul dan bercanda bersama para kawannya. Tetapi semua itu telah hilang sejak kejadian yang membuat ia lupa dengan segalanya, ia sekarang lebih suka mengurung dirinya di dalam kamar dan ia pula tak pernah berbicara sekata pun dengan seseorang. Seakan ia tak punya nafsu lagi untuk hidup yang lebih lama.
Pagi telah tiba, waktunya para pelajar berangkat mencari modal untuk kehidupannya di masa depan.
Pagi itu Balqis dan Bilqis berencana menjemput dan mengajak Lintar bersekolah karena Lintar yang sudah lama tak pernah masuk sekolah. Balqis dan Bilqis ialah sahabat kembar Lintar yang sangat cantik dan cerdas, mereka berdua selalu bersama sampai-sampai mereka berdua pula mencintai lelaki yang sama. Jarum jam tepat pada pukul empat lebih lima menit.Waktunya Balqis dan Bilqis berangkat sekolah, sekolah mereka tak jauh dari rumah Lintar dan mereka pun menyempatkan waktu untuk menjemput Lintar, sesampainya mereka berdua sampai di depan rumah Lintar mereka memanggil nama Lintar seperti anak-anak lain yang lagi menjemput temannya.
***"Lintar...." Mereka berdua serentak memanggil nama Lintar.
"Iya masuk aja," Saut ibu Lintar. Mereka berdua pun masuk kerumah Lintar.
"Te, Lintarnya nggak sekolah?" Bilqis bertanya kepada ibu Lintar.
"Iya tadi udah tante suruh Lintar sekolah, tapi Lintar-nya nggak mau sekolah Bil, coba kamu bujuk deh," Dengan muka yang sedikit cemas.
"Iya te, permisi aku sama Balqis masuk ke kamarnya Lintar dulu," Mereka berdua langsung naik ke kamar Lintar.
Ketika ia berdua sudah di kamar Lintar, ia melihat Lintar sedang melamun memikirkan sesuatu atau kalau bukan ia sedang mencoba mengingat masa lalunya. Balqis mencoba mengajak bicara Lintar, "Tar mikirin apa kamu?" Dengan hati cemas Balqis menanyai Lintar, entah ini sudah yang keberapa kalinya. Tetapi tak ada sedikitpun kata-kata yang terlontar dari bibirnya.
"Lintar jawab dong, jangan diam aja!" Kecemasan Bilqis mulai meningkat, namun nyatanya Lintar tetap tak bergeming.
Dia melamun, matanya menatap kosong ke arah jendela. Sudah lima menit Balqis dan Bilqis menunggu, dan akhirnya Lintar mulai bergerak. Ia melangkahkan kaki mendekati jendelanya. Balqis dan Bilqis sangatlah bingung, memikirkan apa yang akan dilakukan oleh Lintar.
"Lintar, kamu mau ngapain?" Tanya Balqis seraya mencekal lengan Lintar. Nyatanya lensa mata Lintar berubah menjadi nyalang, "Lepaskan aku!" Ucap Lintar tajam.
Melihat itu Bilqis ingin untuk ikut handal, namun dirinya bingung apa yang harus ia lakukan. Mata Lintar menatap ke bawah, dirinya melihat keadaan sekitar. Entah apa yang akan dilakukan olehnya. Bilqis semakin bingung untuk mencegah Lintar, Bilqis pun langsung memeluk Lintar sangat erat dan meneteskan bulir-bulir air dari matanya.
"Lintar please jangan bunuh diri, aku masih butuh kamu," pikir Bilqis sampai menuju ke arah yang tak mungkin di lakukan Lintar, Lintar melirik wajah Bilqis yang sembap akibat air mata dan ia mulai mengucap kata pertama setelah ia tak pernah berbicara pasca ia amnesia.
"Nggak lah, ngapain bunuh diri? Aku kan masih pengen hidup lama." Dengan wajah tersenyum menghibur Bilqis yang masih memeluk erat Lintar.
"Terus kamu mau ngapain tadi?" Balqis terasa heran dengan jawaban Lintar yang sangat berbeda dengan tingkah lakunya tadi.
"Pengen aja ngelihat keluar, oh ya kalian berdua nggak berangkat sekolah? Sudah jam berapa ini?" Sambil melirik jam yang ada di kamar, Lintar melepaskan pelukan Bilqis dan mengusap air mata di sudut mata Bilqis.
"Kamu sekolah juga kan?" Balqis berharap Lintar ikut sekolah.
"Iyalah, aku kan udah lama nggak sekolah," Serasa Lintar sangat rindu dengan sekolah yang sudah lama ia tinggalkan.
"Kamu nggak mandi?"
"Sudah dari tadi, tunggu sebentarya," Lintar menjawab dengan lantang.
Mereka bertiga berangkat sekolah dengan gembira apalagi raut muka Balqis dan Bilqis yang sangat berbunga-bunga seperti yang ada di iklan bunga-bunga bermekaran.
***
Hanya membutuhkan waktu lima menit menuju sekolah dengan berjalan, tetapi mereka tak bisa masuk karena gerbang sudah ditutup. Di dalam sekolah terlihat seseorang yang garang menghampiri mereka.
"Hey lihat, ini sudah jam berapa?" Pak satpam yang garang itu menunjukkan jam yang ada di tangan gempalnya.
"Iya maaf pak, jalannya macet," Sahut Lintar.
"Lintar jangan bercanda, hari pertama sekolah malah telat," Mukanya semakin garang.
"Maaf pak, kita masuk ya pak, udah kangen nih sama kelas" Lintar memelaskan wajahnya.
"Nggak! kalian berdiri dulu di situ dua jam!" Sambil menunjuk di depan tiang bendera.
Di dalam hati Balqis menggerutu, "Gila tuh satpam nyuru kita berdiri dua jam, kriting nih kaki gua" Memandang sinis pak satpam.
Matahari semakin terik memancarkan sinarnya. Lintar, Balqis, dan Bilqis yang sedang dihukum semakin kepanasan. Daya tahan tubuh semakin melemah untuk tetap bertahan. Satu jam sudah mereka berdiri, mata Bilqis sudah terlihat sayu, peluh mulai bercucuran.
"Bilqis... kamu capek?" Tanya Lintang tanpa menolehkan kepalanya sedikitpun. Kepalanya tetap keukeuh menghadap tiang bendera.
"Eng... enggak kok, aku gak capek."
"Sini, sandarin kepalamu di bahuku aja." Namun Bilqis sedikit ragu, ia tahu jika Balqis juga lelah. Bilqis menolehkan sedikit kepalanya mengarah ke Balqis. Namun Balqis hanya mengukir senyum kecil.
Perlahan-lahan Bilqis menempatkan kepalanya ke bahu kiri Lintar, matanya memang berkunang-kunang. Kepalanya juga pening. Lintar merasa bersalah dengan Balqis yang sebenarnya juga lelah, Tetapi Balqis menyembunyikan kelelahannya dengan senyuman.
"Balqis, kamu juga capek ya? Kalau kamu juga capek sandarin kepalamu di bahuku aja, nggak apa." Balqis tak ada pilihan lagi demi menghibur hatinya yang cemburu melihat Bilqis menyandarkan kepalanya di bahu kiri Lintar.
Dengan perlahan pula Balqis menempatkan kepalanya ke bahu kanan Lintar. Hati Lintar semakin tenang melihat Balqis dan Bilqis menyandar di bahunya, tetapi jantung Lintar semakin cepat berdetak melihat Bilqis yang sedang memegang kepalanya.
"Lintar... a-aku capek," bebarengan dengan itu mata Bilqis mulai terpejam, badannya pun ikut jatuh, hampir menyentuh jalan. Namun Lintar dengan sigap membopong badan Bilqis menuju UKS. Dilain sisi, hati Balqis kecewa karena bukan dirinya yang dibopong, melainkan Bilqis, saudara kembarnya sendiri.
***
Melihat mata Bilqis yang terpejam ada kesan tersendiri dalam hati, tenang. Auranya penuh kedamaian, entah bodohnya Lintar yang selama ini tidak menyadari hal kecil itu. Entah mengapa, ujung sudut bibir Lintar tertarik ke atas membuat seulas senyuman. Hatinya sangat damai kali ini.
---
Hei ini karya pertamaku, maafkan jika masih berantakan. Pertama-tama terimakasih untuk Khafidtazshafanz yang udah mau baca dan koreksi ceritaku sebisanya. Kalian wajib baca karya-karya dia :)
Kedua, terimakasih untuk kalian yang sudah mau baca. Kritik, saran dan vote kalian ku tunggu selalu.
-Daffazamrud-
KAMU SEDANG MEMBACA
My Amnesia Boys
Teen FictionIni bukanlah dirinya, melainkan seperti dirasuki oleh jin. Aku paham benar dia tidak seperti ini. Namun, kejadian itu membuatnya sangat berubah, hidupnya semakin kelam. Tak ada seorang pun yang mampu merubahnya, namun aku yakin. Ya, aku bisa merubah...