(BL Ter) Istri Marsekal Kekaisaran sedang hamil 🅴🅽🅳

Bab 62 Niat membunuh yang tak terkendali(end)

（Ω Д Ω）

　　Perawat buru-buru datang untuk melapor, dan dekan kaget mendengarnya.

　　"Apakah kamu yakin hanya mereka berdua di ruangan itu?"

　　"Pastinya, kami tidak jauh. Kami tidak tahu apa yang terjadi. Ada bekas cekikan di leher Tuan Shen. Sekarang dia pingsan dan tidak ada yang tahu apa yang terjadi. Tapi kami benar-benar tidak tahu apa yang terjadi, jadi pria muda yang sekarang berambut pirang ingin kamu datang."

　　Dekan berkeringat dingin terlebih dahulu, dan Profesor Meng tidak bisa menahan tawanya dan berkata, "Kamu sudah sangat tua dan masih sangat takut pada banyak hal? Pasien siapa itu?"

　　Dekan berbisik: "Siapa lagi itu? Itu milik Raja Iblis Agung."

　　Profesor Meng tertegun sejenak, "Pangeran tertua?"

　　"Ya. Dia sudah hamil enam bulan ketika dikirim ke sini. Dia tidak tahu identitasnya atau anak siapa yang dikandungnya, jadi dia meminta kami untuk merawatnya dengan baik. Kami ingin merawatnya dengan baik, tapi pada akhirnya, anak laki-laki itu melakukan mogok makan dan menolak untuk makan, ia bersikeras untuk menemui pangeran tertua,namun pangeran tertua menolak untuk menemuinya."

　　"Aku baik-baik saja sebelumnya, tapi ini terjadi lagi dan aku pusing!" Mengenai Lu Yunbo, semua orang pusing.

　　Berita menyebar secara diam-diam di istana bahwa ratu telah meninggal, dan konon hal itu ada hubungannya dengan dia.

　　Profesor Meng berkata: "Katakan lagi," dia berkata kepada perawat.

　　Perawat itu melirik ke arah dekan, dekan memang tidak mau pergi, jadi dia bisa menundanya sebentar.

　　"Saya meminta Anda untuk mengatakannya lagi, katakan saja lagi."

　　Perawat mengatakannya dengan jujur, dan Profesor Meng berkata: "Jadi, orang yang baru saja memasuki ruangan itu adalah seorang pemuda berambut hitam dan bermata hitam, dan sekarang dia telah menjadi seorang pemuda bermata biru dan berambut pirang?"

　　"Ya."

　　Di mana pakaian mereka?

　　Perawat itu berpikir sejenak, "Sepertinya sama persis."

　　Profesor Meng bergumam: "Mengapa dia muncul siang hari?"

　　"Ah? Apa katamu? Siapa yang muncul?"

　　Profesor Meng berkata: "Tidak apa-apa. Kebetulan aku juga baik-baik saja, jadi aku akan pergi menemuinya."

　　Dekan berkata dengan gembira: "Bagus sekali. Kamu adalah ahli bedah terbaik di negeri ini. Kamu adalah seorang dokter di istana saat itu, jadi kamu lebih bergengsi daripada ku."

　　Profesor Meng tersenyum pahit dan berkata, "Karakter siapa yang tidak diketahui orang lain? Apakah kamu juga tidak mengetahuinya?"

　　Dekan berkata dengan depresi, "Siapa yang tidak takut padanya? Aku sangat khawatir."

　　Mereka berdua datang ke bangsal bersama-sama. Lu Yihan menunjuk ke arah dekan dan berkata dengan marah: "Bagaimana caramu merawat pasien? Lihat betapa kurusnya dia? Ada juga bekas luka di lehernya. Jika aku terlambat, dia mungkin akan mati."

　　Dekan berkata dengan sedih: "Kami berusaha sebaik mungkin untuk membuatkan dia makanan setiap hari, tapi dia melakukan mogok makan dan menolak makan. Tidak ada yang bisa kami lakukan."

　　"Apa maksudmu? Kamu tidak bisa berbuat apa-apa, jadi siapa yang bisa mengetahuinya?"

　　Ketika dekan melihatnya, siapa bilang pangeran kedua memiliki temperamen yang baik? Siapa bilang dia terlalu sakit untuk bangun? Ekspresi marah seperti ini bukanlah penampilan pasien yang seharusnya.