Kehidupan Baru

738 67 71
                                    

Matahari adalah sumber dari sesuatu bernama kehidupan. Fajarnya sering dihubungkan dengan semangat yang baru lahir, teriknya adalah lambang tetesan peluh karena bekerja keras dan senja adalah cara para pujangga menghikayatkan akhir cerita yang indah.

Oleh karena itu, oleh ibunya Sungchan selalu diminta untuk menjadi sosok yang penuh syukur. Syukur karena masih dapat melihat matahari sebagai motivasi kehidupannya ketika ia melongok ke atas langit. Namun bagi Sungchan tidak, motivasi kehidupannya bukan itu, melainkan sebuah benda teramat luas di selatan jauh. Hanya terlihat pucuknya dari atap rumah Sungchan. Piringan bahtera yang berlayar di angkasa raya, amat luas hingga menaungi bumi yang memang sudah rusak. Archavida namanya, sesuatu yang anehnya; membuat Sungchan batal bersyukur.

_________________

Tahun masehi ke 2200, kiamat komet yang diramalkan para cendekia akan terjadi pada tahun 2500 mulai ditakutkan. Milyuner berlomba membuat suaka yang dapat mengamankan diri mereka sendiri atau bahkan umat manusia secara keseluruhan dari bencana. Pembekuan tubuh dalam kotak cryonics berisi nitrogen, bunker anti kiamat, hingga penjelajahan mencari planet lain yang dapat dihuni mulai digalakkan secara besar-besaran. Menyadarkan para manusia kaya bahwa sesuatu yang tidak mereka inginkan adalah kematian.

Itu orang kaya, lalu bagaimana dengan orang miskin? Jangankan memikirkan hidup tiga ratus tahun lagi, untuk makan besok, atau sepekan lagi pun mereka masih harus memutar otak. Oleh karena itu mereka tidak awas, tidak mengikuti perkembangan apa yang telah dilakukan ilmuwan dalam progres membuat suaka itu tadi. Keadaan membuat mereka terpaksa puas dengan hari ini saja dan tidak memiliki kesempatan untuk berbuat banyak di masa depan. Menurut pada takdir.

Termasuk pula dalam takdir itu adalah, bencana komet yang betul-betul terjadi dua ratus tiga belas tahun kemudian-delapan puluh tiga tahun lebih awal dari perkiraan. Saat ekosistem bumi sendiri telah rusak dengan membeludaknya populasi manusia. Satu materi raksasa pertama jatuh di Samudra Pasifik mengakibatkan tsunami dahsyat yang nyaris menghabiskan kehidupan umat bernafas. Anak-anak bintang jatuh pertahun mengakibatkan lubang-lubang raksasa berukuran satu kota. Jebolnya atmosfer dalam diameter raksasa mengakibatkan lelehnya es di kutub, membangkitkan virus beku dari jaman prasejarah. Kebocoran zat kimia berbahaya dan senyawa radioaktif dari simpanan nuklir akibat berjatuhannya meteor telah merubah bentuk makhluk hidup. Mereka rusak, sakit dan cacat. Tak ada apapun yang indah dari bumi di masa ini.

Ketidakstabilan iklim, kurangnya bahan pangan dan merebaknya wabah penyakit membuat manusia terpaksa melakukan seleksi alam. Peperangan pribadi atau antargolongan tak terhindarkan hingga mayat bergelimpangan telah jadi kewajaran. Bumi telah berubah menjadi neraka. Tak dikenal lagi kata 'indah' atau 'senyum' di kamus manusia, yang mereka pikirkan hanya hidup. Demikian  terjadi hingga 44 tahun lamanya.

Sampai suatu ketika, segelintir manusia yang masih berebut sekantung gandum di tanah yang aman melihat sebuah awak bahtera yang berlayar di angkasa, melayang antara bumi dan langit. Amat besar hingga yang dibawahnya menggelap karena tak terpapar matahari.

Dari bahtera berbentuk piringan itu, turun para manusia menggunakan transpor yang canggih nian bentuknya. Bening mengkilat yang tak cocok dengan warna bumi yang kini kelabu berdebu. Pakaian dan helmet mereka kebal tebas dan api, tak dapat diserang. Alih-alih musuh, mereka justru membagikan air tawar dan juga makanan kepada mereka; sekeping roti yang terasa asing namun dapat diterima. Mereka diobati dan diberi pakaian, didirikan tenda untuk terlindung dari hujan asam. Tapi, tidak diajak naik, ke piringan itu.

Namanya Archavida, manusia mendengarnya cuma dari mulut ke mulut. Orang-orang yang turun pernah ditanya, apakah suatu saat mereka dapat naik ke sana? Jawabannya adalah 'Ya, nanti'. Adapun saat ini, mereka harus lebih dulu mau diatur oleh Archavida. Seluruh makhluk bernyawa yang tersisa di bumi disisir, hasilnya dikumpulkan pada satu daerah paling aman dari planet ini; luasnya tak sampai 3,1 % daratan dunia atau separuh dari negara yang dulu bernama Amerika Serikat. Kini tak ada lagi negara, apalagi kota. Mereka hanya disebut bumi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARCHAVIDA ~ Dan Kau, Gravitasiku [Syongnen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang