Prolog

62 2 0
                                    

Hai Hai ! Selamat datang di dunianya El!

Kenalin! aku adalah Sang Pesulap yang akan sihir kalian dengan mantra berupa sastra karyaku.

Ini novel pertama aku di Wattpad, jadi mohon bantuannya ya! Jangan lupa follow instagram Authornya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini novel pertama aku di Wattpad, jadi mohon bantuannya ya!
Jangan lupa follow instagram Authornya. @wp.sangpesulap_

😁😘

Happy Reading

*****

Seorang cowok dengan tampilan acak-acakan tampak tengah berlari dari kejaran delapan orang lelaki dibelakangnya. Lengan kirinya yang terkena luka tusuk terus ia remas agar darah yang keluar tak semakin banyak. Cowok itu sesekali meringis menahan pedih pada lengannya.

Saat laki-laki itu berhasil membuat jarak lumayan jauh dengan orang yang mengejarnya, kesialan kembali menghampiri. "Bangsat! jalan buntu!" umpat cowok itu. Elvaska.

Saat netra hitamnya memindai sekitar, ia melihat ada sebuah kursi roda teronggok diantara sela-sela ruko kosong disampingnya. Dengan cepat otaknya ia paksa untuk berfikir.

"Jadi El!" suatu ide cemerlang ia temukan. Dengan tergesa-gesa ia membuka ransel hitamnya dan mengambil sebuah topeng dan juga jas hitam.

Dalam sekejap penampilannya berubah seratus delapan puluh derajat. Kemeja kotak-kotak berwarna abu-abu yang ia kenakan sudah bertukar dengan jas formal yang berwibawa, wajah tampannya pun kini tertutup sebuah topeng seram.

"Woy Beka! kemana lo!" sebuah teriakan terdengar mendekat.

Elvaska buru-buru melempar tas juga kemejanya ke arah sembarang yang tertutup kegelapan. Kursi roda yang tadi pun cepat-cepat ia ambil dan duduki.

Tepat saat itulah cowok yang memiliki dua identitas itu bertukar. Yang awalnya sebagai 'Beka' kini bertukar menjadi 'Elvaska' yang terkenal cacat di sebagian raganya.

Drap!

Drap!

Drap!

Kedelapan orang tadi kini berada tepat didepan Elvaska. Namun seperti dugaan, mereka tak lagi mengenali orang yang mereka cari.

"El? lo El kan?" tanya salah satu dari kedelapan remaja itu. Cowok berbadan tinggi nan berwajah sangar itu berjalan mendekat ke arah Elvaska.

Jantung Elvaska berdebar lebih cepat dengan kepanikan mendera, takut jika lawannya itu bisa mengenalnya sebagai Beka. Jika hal itu terjadi, maka habislah riwayatnya detik itu juga. Elvaska berusaha bersikap cuek dan senormal mungkin agar tidak menimbulkan kecurigaan.

"Jawab lo! Anjing!" seru Ervan kesal saat lawan bicaranya itu hanya mengabaikannya.

"Udah bos jangan emosi! inget. Dia kan bisu," ucap teman Ervan mendekat dan mengelus pundak Ervan sambil terkekeh.

"Hahaha... iya juga! gue lupa Vin." tawa Ervan.

"Anak keduanya Veatherson kan serba cacat. Udahlah bisu. Tuli pula. Percuma gue ngomong sama dia," Ervan menunjukkan seringai mengejek pada Elvaska yang terus diam diatas kursi rodanya.

"Cabut! kita cari Beka ditempat lain!" seru Ervan pada teman-temannya sembari berbalik badan.

Saat Ervan dan anak buahnya sudah terlihat jauh, Elvaska menjatuhkan pundaknya pada senderan belakang, lalu menghela napasnya panjang. Sangat lega.

ELBEKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang