Petrichor menyeruak bebas di sudut kota, raksi khas menenangkan bagi jiwa yang memamahnya. Air mulai menggenang di trotoar kala langit enggan berhenti menumpahkan beban berat. Setiap langkah menjadi tergesa dan setiap angan mulai kalang kabut memikirkan rencana cadangan. Hujan pertama, indah namun memusingkan."Oke, see you next week. Have a nice weekend everybody." Senyum hangat di lempar memenuhi penjuru ruang dengan tatapan mengedar memastikan.
“Naka, tolong kumpulkan semua tugas hari ini, kirim filenya ke email saya, ya?" Sorotnya berhenti, memberi paham pada pemuda yang duduk di deret bangku paling belakang.
"Ya Mrs. Haru." Anggukan kecil dilempar tanda pemuda itu paham akan pinta yang diberikan.
Kehaduhan datang saat Mrs. Haruka mengundurkan diri dari kelas, decak penuh sebal menguar bebas, hampir bersahutan dengan rintik hujan di luar kelas.
“El, jam berapa deadlinenya?"
"Kasih keringanan ya!"
"Tugasnya sulit sekali."
“Naka, tolong tulis email kamu di depan."
“El, tolong bantu kerjain yaa."
Keluhan hadir saling bersahut, menyerang brutal pada pemuda manis yang di bangku belakang.Bibir tipis bak buah cherry ranum itu sedikit tertarik, seulas senyum hadir bersama sabit di bagian mata, lewat itu saja semua helaan nafas sirna, ekspresi sang pemuda menjawab semua keluhan rekan mahasiswa.
"Semua yang kalian butuhin udah aku share di group kelas." Si pemuda manis mengintruksi, sedikit lantang agar semua mendengarkan.
“El, nanti lunch bareng ya?" Nakano Elnial menoleh, mengangguk kecil guna menyanggupi ajakan Lane.
"Di tempatku kerja ya An?" Lane mengangguk kecil, cukup paham akan agenda sang sahabat.
“Padat sekali ya agendamu hari ini?" Pemuda berpostur tubuh lebih kecil ketimbang Elnial itu hanya mendapatkan balasan berupa cengiran polos khas pemuda manis bermarga Takano.
"Part time di cafe aja si, sama nanti malam ada latihan Judo." Lane merolling mata bosan, sedikit jengah namun juga iba.
“Lo tuh emang ngga ada capeknya ya El!" Sedikit mencibir sebab agenda Elnial slalu saja penuh akan kegiatan-kegiatan melelahkan guna menghasilkan uang.
"Kesehatanmu itu penting, jangan kerja aja!"
“Haha I Know, An.”
"Sesekali liburan" Kepala bulat dengan mahkota selembut kapas itu menjadi sasaran dari kegemasan Lane. Elnial hanya mendesis kesal, bisa-bisanya pemuda yang lebih pendek itu berani mengusak kepala berharganya. Ya meskipun Lane lebih tua, tapi tetap saja Ia kesal.
“Mager.”
“Makannya kurangin part time biar ngga bawaanya capek terus mager.”
“Ya gimana gue butuh itu buat bertahan hidup.” Jenaka si El.
“Jangan lupa, lu punya gue.”
“Haha I know.”
“And I know you so well, El.”
“Ada gue kalo lu butuh apapun, beneran jangan sungkan sama gue.” Elnial sampai menghentikan aktifitas merapikan buku, kembali menoleh ke arah Lane yang memasang wajah serius. Ia kemudian mengangguk dengan senyum lebar.
“Iya, An.”
Lane hanya mengulum senyum, menatap penuh kagum ke arah Elnial yang sudah kembali merapikan barang bawaan. Bagaimana bisa Ia tak dibuat kagum oleh pemuda belia yang sudah harus hidup sebatang kara di negeri sakura. Bagaimana Ia tak dibuat takjub oleh aksi pemuda yang mencari penghidupannya sendiri di negara ini tapi juga mampu berada dijenjang pendidikan yang setara dengan Ia, Ia yang lebih dewasa tiga tahun ketimbang Elnial.
“El, gue keluar kelas dulu ya, udah dijemput suami." Itu yang didapati El setelah Lane berjibaku dengan benda datarnya.
"Hm, ketemu di Cafe ya." Elnial menyahuti saat Lane beranjak dari kursi.
"Oke, hati-hati bawa motor, habis hujan jalanan licin"
"Noted, Kak!" El mengiyakan membuat Lane lega meninggalkan kelas.
“maybe not so well, an" El menggugam dengan tatapan muram ke arah punggung Lane yang mulai menghilang dari ambang pintu. Lagi, benaknya dibuat tak nyaman dengan fakta miliknya yang harus Ia bungkam rapat sendirian - Kembali El pahamkan pada diri sendiri, bahwa kebenaran soal dirinya tak harus diketahui banyak orang.
TING
TING
TING
TING
TING
TINGIris kecoklatan itu dibuat jengah oleh serbuan pesan yang masuk secara bersamaan. Haruskah lamunannya terganggu oleh pesan menyebalkan dari semenanjung sebrang - Umpatan kasar hampir lolos jika saja sebuah nama tak menyela masuk di ponsel miliknya yang sedari tadi tergeletak di atas meja.
From : Bastard
Saya udah bilang berapa kali, pulang ke mansion atau apartment milikmu saya bakar.
From : Bastard
Besok malam saya pulang ke mansion , kalo kamu lagi-lagi ngga ada, saya bakal seret kamu buat pulang!
From : Bastard
Understand?!
Helaan nafas terbuang kasar seiring pesan dieja dalam diam, jika saja Elnial tak sadar dengan posisinya mungkin umpatan akan meledak brutal begitu saja. Untungnya, pemuda itu cukup tau diri akan posisi maupun dimana Ia sedang menyimpan diri, saat ini.
to be continue.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERSONA
Fanfiction⚠ bxb area ⚠ 1000% fiction ⚠ violence | blood | murder | torture | 🔞 ⚠ age gap ⚠ please be wise