[1] I heard it.

37 3 0
                                    

“Dunia Kejam mu. Di bayar Kematianmu.”

===

“gila, benci banget gue sama tu cowok.”

“akhirnya aku dapet nilai baguss”

hhh... terlalu polos, tapi ada untungnya mengubah cewek polos kaya dia.”

“kerja bagus, bisa party nih kita!”

“gue di tolak lagi? Salah apa sih gue.”

“dosen sialan! Tau gitu gue bolos aja.”

“Berisik.” gumam nya mendengar banyak suara orang-orang di sekitar kantin UV, Universitas Vedricouz.

Brakk!

“bro! Liat ada berita yang sama.” kepala nya mendongak menatap datar sebuah kertas berwarna abu-abu dengan banyak tulisan juga gambar, Koran.

Di jaman teknologi sekarang, masih ada saja yang menggunakan koran. Apa tidak lelah membaca tulisan kecil-kecil seperti itu?.

“lo liat ini, Gadis berusia 17 tahun tewas di belakang SMAN Vedricouz. Terduga korban melakukan bunuh diri dan mayat nya hampir membusuk.” ucap nya membaca setiap kata di berita terbaru itu.

Laki-laki itu beralih duduk di kursi hadapan pendengarnya.

“lo tau? Kasus ini nggak hanya satu-dua kali, tapi berkali-kali. Jujur, lo penasaran nggak sih sama kasus kaya gini? Kaya ada yang janggal gitu.” cerocos nya namun tidak di tanggapi oleh si pendengar.

“lo fakultas hukum.” akhirnya dia membuka suara.

Laki-laki itu menggaruk leher dengan air wajah yang sedikit kesal, “gue tau, cuma gue pengen nanya aja ke lo. Siapa tau lo bisa nyimpulin, kalo kasus bunuh diri kaya gini itu bukan sepenuhnya bunuh diri--”

“Dika!”

Laki-laki bernama Dika itu menoleh ke arah sumber suara, Rayanka Dika Raharja.

“apa Na?”

Cewek itu memberikan Almamater berwarna hitam dengan garis emas di pinggiran Almameter, Atlanna Pavithra.

“Almat lo ketinggalan di kelas, nih” Dika menerima nya dengan baik.

Dika tersenyum tipis, “Thanks” ucap nya mengangkat sedikit Almamater nya.

“By the way, lo hari ini nggak ada kelas lagi El?” Tanya Anna.

Elvano Raden Ganeswara.

Elvano menggeleng, “gue cabut abis ini.”

Atlanna mengangguk paham, “kerjaan kantor lagi kan lo?” Elvano hanya berdehem menanggapinya.

“Dia nggak bosen jadi cowok pendiem apa? Kesannya jadi serem, tapi ganteng.”



































“cape banget kalo ngeluh terus, gue kapan mati ya?”

“bisa jadi sekarang?” Jawab nya menampakkan diri.

Kemeja berwarna putih cerah berpadu dasi hitam. Mengenakan setelan Jas hitam kulit yang cukup tebal dan sarung tangan yang mengikuti setelan one set Jas kulit nya.

Tak lupa  wajah yang hanya menampilkan sudut mata yang runcing memberikan kesan tatapan yang cukup mengerikan.

“menjauh dari gue! Siapa lo?!”

“apa dia pembunuh?!”

Pria itu mendengus geli mendengar suara dari dalam hati laki-laki itu.

“You're right, I'm a murderer. Mau bermain bersama?” tawar nya menunjukkan satu gunting operasi.

“benda kesayanganku ingin bermain denganmu. Let's play together.”

Laki-laki itu menggeleng kuat, bagaimana bisa ajal nya tiba-tiba muncul disaat dirinya mengeluh tentang kematian?.

Pria itu menarik tangan Laki-laki di depan nya hingga jatuh terlentang di lantai rooftop. Pria itu langsung menancapkan gunting operasi berwarna perak itu ke bola mata kanan laki-laki yang tadi mengeluh di pendengarannya.

Teriakan menyakitkan terjadi di malam hari yang sunyi dan tenang.

Ia mencabut kembali gunting operasi itu dan menggunting telinga laki-laki yang baru sebentar ia ajak main bersama kini sudah melemah.

“ahh... saya tidak terlalu menyukaimu karena kamu lemah dalam permainanku. Saya akan menambahkannya kembali.” ujar nya menatap sebentar laki-laki yang menjerit kesakitan.

“bagaimana jika seperti ini?”

Pria itu menusukkan gunting operasi sebanyak 20 kali dengan tempo yang cepat, darah merah pekat berceceran di lantai, bau amis semakin memualkan.

Pria itu menatap datar laki-laki yang sepertinya sudah tidak bernyawa. Ia menusuk pipi laki-laki dan merobeknya kasar.

“lemah.”

Pria itu berdiri dan mengambil sebuah batu yang ukurannya cukup besar, “sepertinya otakmu tidak berfungsi dengan baik, Saya akan menyembuhkannya. Jangan lupa berterimakasih jika sudah sampai di Surga Tuhan atau juga Neraka Tuhan.”

Lagi. Pria itu menyiksa tanpa beban sedikitpun. Ia menjatuhkan batu itu dari atas hingga mengenai kepala laki-laki itu.

Kepalanya pecah, darah kembali mengalir, tulang tempurung otak pun terlihat jelas retak dan terbelah menjadi kepingan-kepingan sedang. Organ otaknya tertimpa batu.

Kematianmu sangat mengenaskan.





























“PUTRA KU!!!!! TIDAKK, KAMU MASIH HIDUP KAN NAK?!! KATAKAN KEPADA IBU JIKA KAMU MASIH HIDUP!!”

“Dia hidup di Neraka, mungkin.” gumam nya mendengar teriakan histeris seorang ibu yang melihat tubuh putranya yang mengenaskan.

Di dalam pengelihatannya, ia melihat Ibu itu meraup darah yang masih berceceran di lantai, membasuhnya ke muka hingga badan. Tangisan itu semakin keras, otaknya berubah gila. Tangisan yang berubah menjadi tawaan miris.

“lihat Ibu, sayang! Hahaha! Ibu membersihkan tubuh ini dengan darahmu! Putraku....kamu masih hidup kan? Hahaha”

Pria itu terkekeh geli, “Kamu tidak mengatakan mati, Ibu?. Jika kamu mengatakannya, mungkin saya sudah datang memberimu hadiah. Dan mempertemukan putra lemah mu itu.”

















===

Orang lain dapat membunuh nyawamu, maka Orang lain juga dapat membunuh hatimu.

===




Please Give Me
Vote - Comment - Follow.

Note: Hanya Fiksi, tidak ada di kisah nyata ataupun menimbulkan konflik dunia nyata. Jangan kebawa suasana ya! Dan ini cerita terakhir dari acc aku!

Dimohon untuk tidak SIDERS.

Semoga suka!

THANK YOU!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 30, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DO or DIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang