Last Day in 2028

1.1K 77 7
                                    

00. Meeting sore ini telah usai.

Dengan perantara Sang Sekretaris, Pemilik Perusahaan Raksasa ini meminta Heeseung—CEO Handal yang ia kontrak—untuk tinggal sebentar dan berbincang di ruang meeting tersebut.

"Terima kasih atas kerja keras Anda."

Heeseung tersenyum bangga berpikir ia akan mendapatkan bonus atas kerja kerasnya kali ini.

"Heeseung-ssi, mohon maaf dengan berat hati Anda kami berhentikan." Sekretaris itu pasang senyum bersalahnya; wakilkan Sang Atasan.

Heeseung abaikan wanita muda itu yang meng- ulurkan amplop yang awalnya ia kira bonus itu.

Ternyata, lain, amplop itu berisi pesangonnya.

Berita yang terlalu tiba-tiba ini membuatnya shock. Ia tatap punggung itu lelaki paruh baya yang sedang berdiri menatap hamparan awan mendung yang siap gelorakan tangisnya.

"Sajang-nim, saya–"

"Posisi Anda saat ini adalah milik anak saya," helanya, kemudian ia berbalik tatap mata Sang Kepercayaan. "Heeseung-ssi, saya harap Anda tahu batasan Anda."

Mata Heeseung mengelam sambil rampas amplop itu kasar. Berbalik keluar dari ruangan sialan itu bergegas menuju ruangannya.

Sepanjang koridor, Ia remas amplop pesangon yang tak berdosa di tangannya. Mata tajamnya siap pelototi siapapun yang menghalanginya jalannya. Hingga ia berpapasan dengan Parade Budak Korporat. Heeseung beradu pandangan dengan seorang pemuda angkuh yang berjalan memimpin barisan manusia berjas itu.

Tatap rendah Heeseung, bertingkah seakan seluruh isi gedung ini adalah miliknya. Tentu, Heeseung hanya bisa tersenyum paksa karena memang benar itu faktanya. Ia adalah anak dari Pemilik Perusahaan Raksasa ini.

"Selamat Sore, Tuan Park," sapanya singkat.

Sebelum kemudian Heeseung berbelok melenggang masuk ke ruangannya. Ia ambil kotak kosong dari ujung ruangan; ia lempar amplop itu ke dalam kotak tak bersemangat.

Heeseung kemasi barang-barangnya yang lain, bingkai foto masa kecilnya, plakat nama yang didominasi warna hitam dan silver yang merupakan salah satu kebanggaannya.

Dan dengan penuh kekesalan ia sobek kalender yang berisi jadwal padatnya bulan ini. Ia lempar masuk ke dalam tong di ruangan itu. Heeseung tersenyum masam.

Sial, kerja kerasnya selama ini.

Heeseung jinjing tasnya sembari tatapi setiap sudut ruangan luas penuh glory-nya itu untuk yang terakhir kalinya dan dengan berat hati, ia angkat kotaknya hendak pergi. Namun, tiba-tiba seseorang merangkulnya paksa. Buat Heeseung cukup terperanjat. "A-ap–?"

Heeseung terhimpit diantara meja dan seseorang tak ia ketahui di belakangnya; tangan kekar itu simpan plakat nama lain yang didominasi ukiran emas, berlatarkan marmer hitam yang elegan menggantikan plakat nama miliknya bertengger di meja kerjanya.

  [ CEO. Park JongSeong ]

Heeseung bebaskan diri dari rangkulannya membungkuk pamit. Kemudian melangkah akan tinggalkan ruangan yang sejak awal memang bukan miliknya. Namun, tangannya membeku cengkram kenop pintu tak bersalah, setelah mendengar ucapan lelaki gila tersebut.

Hired to SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang