[ Prologue . . . ]

214 30 3
                                    

Seri kedua dari ECLIPSE,
ECLIPSE: The Bloody Night

Perhatian! Cerita ini sepenuhnya adalah karangan fiksi. Kesamaan alur, judul atau latar dalam cerita bukanlah hal yang disengaja.

.

.

Pada 2 Februari 2031, muncul kasus yang memakan banyak korban jiwa di Jepang. Korbannya berupa anak - anak, ibu hamil, pria, wanita, lansia; semua kalangan. Kala itu, Jepang tengah dilanda kekacauan yang diakibatkan oleh pemberontakan dan invasi oleh sebuah organisasi. Populasi Jepang saat itu pun menurun, namun kejahatan meningkat. Jalanan yang kosong dengan semua toko berantakan. Kaca pecah, produk di supermarket pun luluh lantah. Bangkai manusia tergeletak didepannya.

Langit yang cerah pun akan terasa suram. Atmosfer terasa mencekam setiap harinya. Pemerintah telah berhasil mengupayakan evakuasi bagi warga, namun masih banyak warga yang terisolasi di rumah mereka. Sulit untuk meraih warga yang tinggal di desa karena lokasi yang sangat jauh dengan base evakuasi. Angin berhembus kencang siang itu, menerbangkan plastik hitam dan debu - debu jalanan. Seorang pria berdiri; bersandar pada tembok bata merah didalam sebuah gang. Ia menghisap batang rokok ditangannya. Pundaknya yang dibalut hoodie basah.

Jeonghan. Banyak yang berubah darinya. ia semakin, berhati dingin.

Osaka, Jepang
14:21 PM

"14:21 osaka, clear." Ujar nya. Jeonghan kembali menyesap batang rokok untuk yang terakhir sebelum melemparnya kearah genangan air disamping kiri.

Jeonghan baru saja melangkahkan satu kaki, namun suara teriakan seorang wanita menginterupsi. "Tolong! Tolong!!" Nyaring sekali. Jeonghan mengerutkan kening, menghela nafas 'berisik sekali.' Lalu berlari kearah suara.

Disebuah kawasan perumahan, kini Jeonghan tengah bersembunyi di semak belukar. Semak - semak dan rumput tumbuh tinggi di kawasan perumahan jepang saat ini, karena pemilik rumah telah meninggalkan bangunan mereka sejak tahun lalu. Ia mengeluarkan revolver dari kantong di celananya. Matanya terfokus tajam ke rumah diseberang jalan. Tidak terlihat seperti ada kehidupan didalamnya, lalu suara siapa? Apa mungkin di basement? Tapi rumah disini tidak tersadapat basement. Sulit untuk Jeonghan mendekati rumah tersebut. Jika ia terlihat melintasi jalan raya, ia akan terekspos seketika. Menghela nafas, Jeonghan mengirimkan sinyal bantuan ke HQ melalui jam tangan digital yang telah dirancang khusus.

☆☆☆

Tetesan darah yang jatuh menggenang di lantai sebuah lahan, beserta mayat yang tergeletak diatasnya. Ia memasukkan pisau kedalam kantung untuk pisau tersebut yang dipasang dicelana. Suara langkahan kaki yang dihasilkan oleh sepatu boots nya menggema ketika mendekati satu dari keenam mayat yang bersimbah darah dengan bau amis yang menyengat. Ia berjongkok, mengambil gambar dari mayat tersebut tanpa memikirkan angle menggunakan kamera. Lalu ia merobek kain bertuliskan nama mayat tersebut.

Ia kembali berdiri, berkacak pinggang dihadapan para mayat-mayat nya. Menghela nafas panjang. Menoleh kearah jam tangan, lalu kembali menghela nafas. Ia kemudian duduk bersila tanpa berpindah tempat terlebih dahulu. Dagunya ia tumpukan ke tangan. Merasa bosan dan kesepian. Mau pulang sendiri pun, ia tak hafal jalannya.

Mingyu membalas sinyal bantuan Jeonghan dengan mengirim pesan text yang bunyinya; [ urus - urusanmu sendiri, biar pusat bantu aku pulang terlebih dulu!]. Lalu kembali bertopang dagu sembari menghitung rumput.

☆☆☆

Jeonghan terlalu sibuk mengambil ancang - ancang untuk berlari dibandingkan melihat pesan Mingyu. Rencananya, ia akan berlari dengan durasi kurang 10 detik mengeluarkan suara langkahan yang kencang. Ia harus berlari secepat dan se sunyi mungkin. Setelah 4 detik ia di posisi itu, Jeonghan akhirnya melangkah. Baru memajukan badan, suara mobil terdengar dari barat. Jeonghan dengan segera kembali masuk kedalam semak belukar.

Sebuah mobil jeep berhenti tepat di depan rumah itu. Jeonghan mengamati setiap pergerakan yang terjadi. Seorang pria berpakaian hitam turun, tidak, dua pria atau tiga? Masih ada lagi yang turun dari mobil itu! Total ada 6 orang disana. Seorang pria berbadan agak besar berjalan ke belakang mobil dan membuka pintu bagasi. Ia mengambil sebuah koper besar dan menjinjingnya menghampiri pria lain disana. Terlihat beberapa dari mereka melihat kekiri dan kanan sebelum mereka semua masuk ke dalam rumah.

Dan semua itu direkam oleh kacamata Jeonghan.
.
.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ECLIPSE: The Bloody NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang