Pesta Babi

2.5K 156 117
                                    

Pesta Babi
oleh Sashi Kirana

— • —

Ada yang aneh dari Mas Raka.

Aku nggak bisa menjelaskan apa yang aneh darinya, tapi sejak mulai bekerja dengannya tahun lalu, aku langsung tahu kalau ada yang nggak 'normal' dari Mas Raka. Mulai dari perawakannya yang terlalu bugar untuk seorang pekerja kantoran yang lembur hampir setiap hari, sampai kepribadiannya yang terlalu ceria untuk seseorang yang tampak tidak punya kehidupan selain kerja, kerja, dan kerja — semuanya nggak wajar, setidaknya menurutku. Dia bukan orang jahat, setidaknya aku percaya begitu. Tapi Mas Raka... seperti punya trik (mungkin kotor atau ilegal) untuk membuat hidupnya terlihat lebih bahagia daripada seharusnya.

Apa Mas Raka mengonsumsi semacam narkoba? Salah satu jenis yang bikin produktivitasnya meningkat? Kalau nggak salah, di gym tempat adikku dulu berolahraga, ada salah satu personal trainer yang ditangkap polisi karena ketahuan pakai narkoba agar tidak mudah lelah dan bisa mengambil lebih banyak klien. Mungkin Mas Raka juga mengonsumsi varian yang sama.

Oke, mungkin khayalanku terlalu jauh – dan terdengar ofensif. Tapi aku betul-betul nggak bisa menebak. Apa rahasia yang disembunyikan Mas Raka? Apa tips yang selama ini dia jalani, sampai suasana hatinya selalu ceria dan kondisi tubuhnya selalu prima? Karena jujur, aku juga mau punya kehidupan seperti itu. Kalau aku bisa mencapai level ketabahan yang setara dengan Mas Raka, sepertinya semua aspek dalam hidupku akan berjalan jauh lebih mulus.

"Kayaknya, Beliau lagi bad mood. Masih pagi, udah ngomelin Mas Raka aja."

Aku bisa mendengar kasak-kusuk dari belakangku. Sita dan Dania, dua anak baru di departemenku, sama-sama baru lulus kuliah tahun lalu. Keduanya duduk sebelahan beberapa meter di belakangku. Belum genap enam bulan bekerja di kantor ini, mereka udah punya tiga nama samaran buat bos kami yang hobi mood swing dan punya selera fashion yang tacky: Pendulum, TicTac, dan – yang paling sederhana tapi paling aku suka – Beliau. Dengan kapital B. Baik Sita maupun Dania nggak pernah ngasih tahu aku tentang ini. Tapi toh, mereka pakai kode rahasia tersebut setiap hari dan sering bergosip pakai suara yang nggak cukup pelan. Lama-lama, tanpa aku mau pun, aku akhirnya bisa paham apa — dan siapa — yang mereka bicarakan.

"Mas Raka lagi yang kena?" tanya Dania, sepertinya sambil menggeleng-gelengkan kepala jika mendengar suara desiran rambutnya yang panjang. "Kalo gue jadi dia, gue udah R-word dari lama kali. Tiap minggu kena mulu padahal kerjaan juga aman-aman aja."

Ah, ini juga salah satu kode lain: R-word. Mudah ditebak, pasti maksudnya resign. Kadang, rasanya aku ingin balik badan, mendatangi Dania dan Sita untuk menyuruh mereka membuat kode rahasia yang lebih sulit ditebak. Harusnya, mereka juga membuat nama samaran untuk Mas Raka, mengingat betapa seringnya beliau dijadikan topik pembicaraan. Saking seringnya membicarakan Mas Raka, aku sampai tahu kalau Dania punya crush kecil pada Mas Raka. Ya, aku memaklumi saja. Toh, Dania adalah seorang cewek umur 20 tahunan awal yang sedang mengalami banyak perubahan dalam hidupnya dan mendambakan stabilitas. Apa lagi yang lebih menggambarkan stabilitas dibanding seorang laki-laki dewasa nyaris 30 tahun yang terlihat mapan dan mengayomi? Sementara itu, perasaan Sita pada Mas Raka bukan rasa suka yang romantis, melainkan lebih seperti rasa kagum seorang cucu paling muda terhadap kakak sepupunya yang paling tua.

"Tapi Mas Raka tuh, diomelin berkali-kali juga tetep senyam-senyum aja," gumam Sita – bisa-bisanya sambil mengetik balasan untuk pesanku di Slack. "Emang beneran mas-mas Jawa."

"Gue rasa, mas-mas Jawa pada umumnya juga nggak se-legowo dia, Sit," balas Dania. Berdasarkan bunyi deritan kursi, sepertinya sekarang ia berdiri. "Mau ke toilet, nggak?"

Pesta BabiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang