Pusing

2 0 0
                                    

Huawemmm

Adeline menggeliat dan merentangkan tangannya seperti olahraga kecil di depan laptopnya.

Dia melihat jam dinding di kamarnya, "Astaga ini udah jam 3 pagi aja ternyata" Adeline melotot melihat jam dindingnya

"Ini gara- gara tugas yang banyak banget, lain lagi si Felix ngerecokin gue mulu" Gerutu Adeline

Adeline mematikan laptopnya lalu memilih untuk tidur kembali, syukurnya dia kuliah siang, jadi bisa tidur puas.

"Semoga nanti pagi adik adik lucknut tidak membangunkan gue"

Itu adalah doa Adeline sebelum tidur dengan nyaman di kasur besarnya.

Adeline mempunyai dua adik kembar laki laki, yang sering dipanggil adeline kembar kembir. Bagi Adeline adiknya sangat menyebalkan karena sering sekali mengganggunya di waktu yang tidak tepat. Adiknya masih sekolah di tingkat SD, dan baru kelas Satu.
Kata orang adiknya sedang gemoy gemoy nya. Adeline malah mau muntah dibilang adiknya gemoy, kek tuyul sih iya.

Setelah itu Adeline menarik selimutnya lalu tertidur lelap ,karena sudah sangat mengantuk.

***

Gedubrakk

"KAK ADELLLLL"

"BUKAA PINTUNYA"

"MAMA"

"KAK ADEL BELUM BANGUN"

Adel merasa terusik karena tidurnya terganggu. Adel menyibakkan selimutnya lantas melihat jam di ponselnya.

Jam menunjukkan pukul 06.10
Mata Adel masih sangat mengantuk sekali, tapi dua kembar itu sudah menggedor gedor kamarnya.

"Adel bangun nak, mama minta tolong anter adik adik mu ya, ini dia enggak mau diantar pak burhan, maunya diantar kamu katanya"

Adel yang mendengar apa yang diucapkan mamanya dibalik pintu semakin kesal rasanya.

Adel membuka pintu kamarnya, disana ada mamanya dan dua bocah dibelakang mamanya sembari mengintip.

"Iya ma, mama inget masak yang enak ya" ucap Adel

"Siap atuh, buat anak cantik mama" seraya mengelus puncak kepala Adel.

Setelah itu mamanya pergi ke dapur ,tinggal lah Adel dan dua bocah di depannya.

"Sengaja jailin kakak?" Sembari menunduk agar sejajar dengan tinggi adiknya

"Mana ada, Elda yang mau diantel kakak"

Erda melotot dengan penuturan Arda kakaknya yang gengsian.

Kedua bocah cadel itu saling pandang memandang hingga mereka melihat Adel yang sudah siap untuk marah.

"Kita beldua mau diantel kak adel, jadi ayooo"

Erda menarik tangan Adel diikuti Arda juga menarik sebelah tangannya.

"Astaga kakak belum siap siap"

"Kakak udah cantik, jadi enggak usah siap siap"

"Idih tumbenan"

SWEETNESS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang