HAPPY READING 💎
Setelah memesankan 2 bungkus coklat untuk kedua pemuda tersebut.
Arin mendapat pesan dari Sasa, temannya. Sasa memberitahu bahwa dua idola populer, Joshua dan The8, sedang berada di tempat yang sama.Namun, belum sempat Arin membalas, ia mendengar keramaian dari belakang. Ia dan dua pemuda disampingnya menoleh dan melihat sekelompok perempuan dengan ponsel dan kamera di tangan mereka berjalan ke arah mereka.
Arin, yang menyadari bahwa dua pemuda disampingnya adalah target dari kerumunan tersebut, buru-buru menyelesaikan transaksinya dengan pemilik toko. Dia memberikan uang 100 lira untuk dua bungkus coklat yang ia beli dan berterima kasih.
Melihat kerumunan itu semakin dekat. Arin, tanpa berpikir panjang, menarik lengan kedua pemuda disampingnya dan membawa mereka menjauh dari toko coklat tersebut. Lebih tepatnya membawa mereka menjauh dari kerumunan yang ia yakin mengincar kedua pemuda yang berada di genggamannya saat ini.
"Maaf "
Kedua pemuda tersebut, meski bingung, tapi tidak mengelak. Membiarkan Arin membawa mereka hingga menemukan tempat yang cukup aman. Parkiran.
Ketiganya terengah-engah, perjalanan mereka tidak begitu jauh sebanarnya. Hanya saja gerakan mereka yang tidak terlalu cepat juga tidak terlalu lambat itulah yang membuat mereka sedikit kelelahan.
"Maaf " ucap Arin untuk yang kedua kalinya.
Pemuda yang mengenakan sweater abu-abu bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Dan Arin menjelaskan bahwa dia yakin kerumunan tadi mengincar mereka berdua.
Pemuda yang mengenakan mantel kotak-kotak abu-abu dan kacamata hitam, tampak terkejut dan bertanya apakah Arin mengenali mereka. Arin mengangguk dan menjawab bahwa dia adalah Carat, sebutan untuk penggemar Seventeen, grup di mana mereka berdua adalah anggotanya.
" Sungguh?! " pekik mereka bersamaan.
Arin meletakkan jari telunjuknya ke bibir. Mengisyaratkan agar keduanya tidak bersuara karena gerombolan orang tadi sedang melewati area parkir.
"Kamu benar-benar mengenali kami?" tanya pemuda bermantel kotak-kotak.
" Tentu saja, aku ini benar-benar Carat " jawab Arin meyakinkan, ia juga menggunakan bahasa Korea yang lumayan fasih.
" Bahkan bisa berbahasa Korea juga? "
" Hanya sedikit, "
" Woah hebat! "
Selanjutnya percakapan mereka menggunakan bahasa Korea.
" Kalau begitu, siapa aku? " tanya pemuda bermantel kotak-kotak lagi.
" The8-Ssi " The8, pemuda bermantel coklat melebarkan matanya yang sipit. Lalu menunjuk Joshua " Dia? "
" Joshua-Ssi "
"Wah?! Kamu benar-benar Carat ya? "
" Sudah kukatakan sejak tadi, aku tidak bohong." gerutu Arin pelan.
" Terimakasih ya " ucap Joshua lembut.
Arin mengangguk dan tersenyum tipis.
Kemudian mengintip kearah pintu utama parkiran yang sudah mulai sepi. Arin tersenyum sumringah, sepertinya gerombolan orang itu sudah mulai menjauh dan Arin berhasil menyelamatkan The8 dan Joshua dari kejaran mereka.
" Oh, ya. Ini punya kalian," ucap Arin seraya memberikan dua bungkus coklat pada The8 dan Joshua.
" Kami belum membayar ini kan? " kata Joshua.
" Tidak perlu, itu untuk kalian "
" Bagaimana boleh begitu? " sanggah The8.
" Kupikir kalian tidak membawa uang tunai Turki " tebak Arin.
Joshua dan The8 mengeluarkan dompet mereka dan mengecek isinya.
" Ah, bagaimana kamu tau? " seru The8.
" Karena kalian hanya berdua, tidak ada bodyguard atau staff yang menemani. Kalian...kabur ya? " tebak Arin lagi lebih hati-hati.
The8 dan Joshua saling tatap untuk beberapa saat.
" Kamu... peramal? " tebak The8.
Arin tertawa pelan dan menggeleng.
" Tentu saja bukan, aku hanya menebak. Kalau benar, berarti aku cukup mengenal kalian kan? "
The8 dan Joshua tertawa bersamaan.
" Siapa namamu? " tanya Joshua.
" Arin "
" Owhh, Arin-Ssi? " ulang Joshua.
" Panggil Arin saja "
" Kalian, tunggu sebentar ya "
Arin melangkah keluar dari tempat persembunyian mereka dan berjalan kecil ke pintu masuk parkiran. Dia memeriksa sekeliling dan melihat bahwa sudah sepenuhnya sepi. Dengan lega, dia kembali ke tempat di mana Joshua dan The8 menunggu.
Arin memberitahu mereka bahwa diluar sana sudah aman, dan mereka bisa kembali ke penginapan mereka.
Namun, Joshua mengatakan bahwa mereka tersesat. Arin terkejut dan bertanya apakah itu karena dia yang menarik mereka ke tempat ini. Dan Joshua menjelaskan bahwa mereka sudah tersesat sejak awal, meskipun mereka tidak pergi terlalu jauh dari penginapan mereka.
Arin manggut-manggut paham.
Haruskah ia menawarkan diri untuk mengantar mereka kembali? Tapi, apakah tidak apa-apa?
Karna tak kunjung mendapat respon, The8 akhirnya angkat suara.
Bersambung....
💎💎💎
Jangan lupa klik gambar 🌟 dibawah ya 😃
Nb : This story is just fiction
KAMU SEDANG MEMBACA
HE IS MY...
FanfictionBisa bertemu dan berinteraksi secara langsung dengan member Seventeen adalah impian semua Carat. Dan Arin, berhasil mendapatkan kesempatan itu lewat pertemuan tak disengajanya di Istanbul. Kesempatan yang mungkin hanya akan sekali ia rasakan dalam...