📌 Cerita ini adalah versi baru dari HIM yang sempat dihapus. Alur tetap, dengan beberapa penyesuaian pada nama dan karakter.
Bertemu dan berinteraksi secara langsung dengan member Byulae adalah impian semua Dalbit. Dan Arin, berhasil mendapatkan k...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah tragedi Seungyeon yang mengagetkan Arin beberapa menit lalu, kini keduanya sudah duduk bersama di ruang tengah dengan televisi menyala.
"Seungyeon-ssi, maaf ya. Aku benar-benar tidak bermaksud lancang tadi," ucap Arin entah sudah yang keberapa kali.
“Kau sudah minta maaf sangat banyak, Arin-ah. Padahal itu bukan sebuah kesalahan. Aku suka kau memanggilku Seungyeon-ah, sungguh!” ucap Seungyeon lengkap dengan jari membentuk piece-nya.
“Tetap saja aku tidak enak,” lirih Arin.
Tadi ia sungguh refleks memanggil Seungyeon seolah-olah mereka sudah sangat akrab sejak lama.
“Tidak apa, Arin. Bukankah aku juga memanggilmu dengan Arin-ah?”
“Tidak bisa disamakan.”
“Tentu saja bisa. Kita teman sekarang, oke?”
Arin tidak langsung menjawab. Pikirannya sibuk dengan ‘Serius sekarang gue temenan sama Seungyeon Byulae? Temenan?’
“Arin-ah, ayolah,” desak Seungyeon lagi.
“Oke, Seungyeon-ssi.”
“Seungyeon-ah! Seung-yeon-ah, Arin!”
Arin terkekeh kecil melihat ekspresi Seungyeon yang merajuk itu. Benar-benar seperti yang dilihatnya selama ini di ponsel, Seungyeon mode maknae. Hanya saja, saat ini ia bisa melihatnya secara langsung.
“Baiklah, Seungyeon-ah,” ucap Arin akhirnya.
Lalu keduanya tertawa kecil bersamaan.
Tak lama kemudian, datang Sunjae dengan beberapa bungkus snack dan minuman di tangannya.
“Bolehkah aku bergabung dengan kalian?” tanya Sunjae seraya meletakkan barang bawaannya ke atas meja yang berada di tengah-tengah mereka.
“Tentu saja,” jawab Arin dan Seungyeon kompak.
“Wah! Kalian kompak sekali,” pekik Sunjae terkejut, lalu duduk di sebelah Seungyeon.
Arin hanya tersenyum tipis seraya mengusap hidungnya, kebiasaannya jika berada dalam situasi yang sedikit canggung.
“Arin-ssi, ada apa?” tanya Sunjae menyadari keadaan Arin.
“Tidak apa-apa. Oh ya, Sunjae-ssi, kau bisa memanggilku Arin saja.”
“Baiklah, Arin. Kalau begitu, kau juga tidak perlu sungkan. Kau bisa memanggilku Oppa.”
“Eh?!”
“Bukankah kebanyakan Dalbit memanggil bias mereka dengan sebutan Oppa? Tidak jarang juga dari mereka yang memanggil kami sayang? Bahkan suami?” jawab Sunjae disusul tawa renyahnya. Begitupun dengan Seungyeon.
“Arin-ah, kau bagian dari yang mana?” tanya Seungyeon.
“Apanya?”
“Apa panggilanmu kepada kami sebelumnya?”
“Oppa,” jawab Arin apa adanya.
Sunjae dan Seungyeon mengangguk paham.
“Oh, sepertinya suami,” tambah Arin yang langsung disambut tawa kecil oleh Sunjae dan Seungyeon.
“Kau lucu sekali, Arin,” ucap Sunjae di sela kekehannya.
Arin hanya tersenyum sebagai respons.
Lalu Sunjae mulai menawarkan Arin snack yang dibawanya beberapa saat lalu. Namun, ia tidak bisa menawarkan minuman yang sama karena Arin memang tidak bisa meminumnya.
“Arin, bagaimana kau mengenal kami?” tanya Sunjae mulai membuka obrolan lagi.
“Saat itu... karena lagu kalian tidak sengaja kudengar.”
“Lagu apa itu?” Kali ini Seungyeon yang bertanya.
“Phinwell. Pertama kali mendengarnya, aku langsung suka. Dan setelah itu aku mulai mencari tahu tentang grup kalian.”
“Wah, siapa biasmu?” tanya Seungyeon antusias.
Arin diam sejenak. Haruskah ia menjawab biasnya adalah Juwoon?
“Sejujurnya aku kesulitan memilih bias di Byulae. Aku mengagumi kalian semua,” jawab Arin akhirnya.
“Tapi... Sunjae Oppa adalah yang pertama kali kukenal di Byulae,” lanjutnya.
“Aku?” ulang Sunjae yang tampak terkejut.
Arin mengangguk mantap.
Setelahnya suasana menjadi lebih santai. Sunjae dan Seungyeon semakin tertarik untuk mengenal Arin lebih dalam.
Sunjae menoleh ke arah Arin yang duduk bersandar di sofa. “Arin, boleh kami bertanya sesuatu?”
Arin menegakkan tubuhnya sedikit. “Tentu saja.”
“Bagaimana perasaanmu ketika memutuskan untuk bergabung bersama kami selama satu setengah bulan ini?” tanya Seungyeon, ikut menyimak.
Arin menunduk sebentar, lalu menjawab dengan suara pelan, “Tentu saja aku gugup, Oppa... rasanya seperti mimpi.”
Sunjae dan Seungyeon saling pandang sejenak, lalu tertawa kecil.
“Tidak perlu terlalu tegang, Arin,” ucap Sunjae sambil tersenyum. “Kami juga manusia biasa. Kau tidak harus merasa segan.”
“Benar,” timpal Seungyeon. “Anggap saja kau sedang menjalani proyek bersama teman. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.”
Arin tersenyum tipis, masih tampak canggung namun sedikit lebih tenang.
“Kalau ada yang membuatmu tidak nyaman, kau bisa langsung bilang,” lanjut Sunjae. “Kami di sini ingin bekerja bersama, bukan membuatmu tertekan.”
“Terima kasih, Oppa,” ujar Arin tulus.
Obrolan mereka berlanjut perlahan, namun makin lama suara yang terdengar semakin sedikit. Ketiganya mulai kelelahan. Hingga akhirnya, Sunjae dan Seungyeon tertidur meringkuk di atas karpet, sedangkan Arin tertidur dalam posisi duduk di sofa, dengan kepala bersandar ke lengan kursi.
Senyum tipis masih terlihat di wajah mereka, seolah-olah malam itu menjadi awal dari kenyamanan dan kehangatan sebuah persahabatan baru.
💎💎💎💎💎
Fyi member Byulae : Yoon Jaesung Hong Juwon Lee Woojin Lee Sunjae Boo Seungyeon
Terimakasih sudah membaca 💕🤗
Jangan lupa follow, comment dan klik gambar 🌟 di bawah ini ya 😉