#6 Sasa

2.7K 178 0
                                    

Alarm Arin berdering, menandakan waktu salat Subuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alarm Arin berdering, menandakan waktu salat Subuh. Ia terbangun dari tidurnya dengan sedikit kaku karena tidur dalam posisi duduk. Saat matanya terbuka sepenuhnya, Arin terkejut melihat selimut yang merosot dari tubuhnya. Ia berasumsi bahwa mungkin Sunjae atau Seungyeon yang menyelimutinya semalam.

Mengingat semalam mereka tidur lebih akhir. Arin melirik Sunjae dan Seungyeon yang masih terlelap dalam posisi yang sama seperti semalam.

Kapan lagi tidur ngemper bareng idol gini kan? batin Arin disusul kekehan kecil.

Beberapa saat kemudian, dengan gerakan perlahan, Arin melipat selimutnya dan berniat untuk meletakkannya kembali di sofa. Namun, ia terkejut ketika melihat seseorang yang sedang tertidur di belakangnya. Orang itu adalah Juwon, tidur dengan posisi meringkuk di atas sofa tanpa selimut.

Arin mendekati Juwon dengan hati-hati. Ia membuka kembali selimut yang baru saja dilipatnya, dan menutupi tubuh Juwon dengan lembut. Matanya memanas saat melihat Juwon begitu dekat dengannya. Ia masih merasa seperti dalam mimpinya ketika berada di dekat pemuda yang begitu istimewa di hatinya. Arin merasa bersyukur dan bahagia, bahkan jika semua ini hanyalah sebuah mimpi.

Dalam keheningan subuh yang tenang, Arin duduk di dekat Juwon dan membiarkan dirinya terpesona oleh keindahan momen ini. Ia merasa beruntung bisa berada di samping orang yang begitu istimewa baginya. Dalam hati, Arin berharap bahwa momen indah seperti ini bisa terus berlanjut, baik dalam mimpi maupun dalam kenyataan.

"Ehm..."

Ttiba-tiba, Juwon menggeliat kecil. Tangannya bergerak perlahan, seolah mencari posisi nyaman, dan tubuhnya sedikit bergeser di atas sofa.

Spontan, Arin menahan napas. Jantungnya berdetak cepat.

"Ya ampun..." gumamnya pelan, hampir tak terdengar.

Tak menunggu lebih lama, Arin langsung berdiri. Gerakannya terburu-buru tapi tetap berusaha tidak menimbulkan suara. Ia nyaris tersandung selimut yang menjuntai saat melangkah mundur, namun berhasil menyeimbangkan diri.

Tanpa menoleh lagi, Arin berlari kecil ke arah kamarnya, membuka pintu dengan cepat dan masuk sebelum menutupnya rapat-rapat dari dalam.

Begitu pintu tertutup, Arin bersandar di belakangnya, menahan napas dengan pipi yang kini memerah.

"Aduh Rin, lo ngapain sih..." bisiknya ke diri sendiri, malu dan gugup sekaligus.

Ia mengusap wajahnya dengan kedua tangan, mencoba menenangkan detak jantung yang masih tak karuan.

"Udah sholat Rin! Sholat..." lirihnya seraya menuju kamar mandi untuk berwudhu.

Usai salat Subuh, Arin yang merasa tubuhnya masih membutuhkan istirahat dengan lembut kembali merebahkan dirinya di atas kasur yang empuk. Tangan kanan Arin meraba-raba sesuatu di atas kepalanya, ia menemukan sebuah buku berwarna pink nude yang selalu menjadi temannya.

HE IS MY (?) - New Version Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang