📌 Cerita ini adalah versi baru dari HIM yang sempat dihapus. Alur tetap, dengan beberapa penyesuaian pada nama dan karakter.
Bertemu dan berinteraksi secara langsung dengan member Byulae adalah impian semua Dalbit. Dan Arin, berhasil mendapatkan k...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pukul 1 siang, Arin dan rombongan Byulae bersama dengan para staf menuju lokasi konser yang membutuhkan waktu lima belas menit perjalanan. Arin duduk di kursi bagian depan bus bersama dengan para staf, sementara para member duduk di bagian belakang. Selama perjalanan, suasana menjadi semakin akrab karena Arin dan para staf banyak mengobrol santai. Di kalangan teman-temannya Arin dikenal dengan sifatnya yang ramah dan peka, membuatnya disenangi oleh semua orang. Aura positifnya membuat siapa pun merasa nyaman berada di dekatnya.
Tiba di lokasi konser, para member Byulae dan staf turun satu per satu dari bus. Di antara para staf yang lain, Arin turun paling akhir lewat pintu depan, bersamaan dengan Seungyeon dan Sunjae yang juga baru saja keluar dari pintu belakang.
"Arin-Ssi, semangat!" ucap Sunjae dengan ramah.
Arin mengangguk dan tersenyum sebagai respon. Ia merasa terharu dan terinspirasi karena dukungan yang diberikan oleh member dan semua staf Byulae. Meskipun belum lama bersama, Arin sudah merasakan kehangatan dan keramahan dari mereka.
"Kami duluan ya, Arin-Ssi! Semangat!" timpal Seungyeon sebelum akhirnya mereka berdua berjalan mendahului Arin.
Arin melihat mereka berdua pergi dengan senyuman di wajahnya.
Mereka ramahbanget, batin Arin.
Seiring dengan kepergian Seungyeon dan Sunjae, Arin tidak segera menyusul mereka. Ia berdiri di tempat, memandangi langit yang terik di siang bolong ini. Matahari tampaknya sedang bersemangat, memancarkan sinarnya dengan begitu gencar. Arin merasa menyesal, mengapa ia tidak membawa topi atau pasmina yang biasanya ia gunakan untuk melindungi kepalanya dari sengatan matahari di siang hari.
Namun, tiba-tiba saja, sebuah bayangan menutupi cahaya matahari yang menyilaukan matanya. Sebuah topi tiba-tiba muncul dan melindungi kepalanya. Ia menoleh, dan ternyata seseorang telah memakaikan topi itu padanya. Ia adalah Woojin.
Woojin, dengan senyum manisnya berkata, "Jangan panas-panasan, Arin-Ssi."
Suaranya lembut, namun mampu membuat Arin nyaris terlonjak karena kaget.
Arin hanya bisa tersenyum kikuk. Ia terlalu canggung untuk berbicara dengan Woojin.
"Aku duluan ya," pamit Woojin yang lalu berlari kecil meninggalkan Arin.
Bahkan ia belum sempat mengucapkan terima kasih.
"Arin, kenapa tidak masuk?" tegur Juwon yang entah dari mana datangnya.
Lagi-lagi Arin dibuat terkejut oleh kemunculan idolanya yang secara tiba-tiba itu.
"Oh, ya. Ini aku mau ke sana," jawab Arin canggung.
Lalu Juwon mengajaknya untuk masuk ke venue konser bersamaan. Dalam perjalanan, Juwon yang mengenali topi yang dipakai Arin, bertanya, "Apakah itu milik Woojin?"