03

606 107 3
                                    

Kamar Jisoo dipindahkan ke selatan.

Dia mendadak bingung ketika Houstang datang menghampirinya, menanyakan dekorasi kamar seperti apa yang Jisoo inginkan. Alih-alih memberi penjelasan kenapa dia harus pergi dari kamar dengan view indah itu, Houstang justru terus bertanya mengenai hal-hal pribadinya.

Kenapa mereka bisa tahu kalau Jisoo membenci kamar itu? Dia tidak tahu apakah dua hari yang lalu wajah Jisoo terlalu gamblang menunjukkan ketidaksukaan sampai Taeyong tanpa bicara mengusirnya dari kamar itu. Memang benar Jisoo membenci kamar dan lavender kemarin, tetapi bukan berarti dia tantrum ingin pindah.

Dia hanya sedikit jengkel saja.

"Bunga apa yang Anda sukai, Nona?" tanya Houstang, lelaki bertubuh jangkung yang selalu mengenakan sarung tangan hitam ke mana pun ia pergi.

Jisoo memperhatikannya datar. Bunga, ya? Entahlah. Dia tidak ingin membuat keributan di mansion ini perkara dia benci bunga lavender. Sudah jelas mengukur dari total kekayaan keluarga ini, kalau Jisoo memberitahu bunga apa yang dia suka, tanah kosong di selatan akan diisi bunga kesukaannya.

Jisoo menghela napas. Dia memalingkan wajah, tampak tak terlalu tertarik. "Tidak ada.”

“Saya akan senang apabila Anda memiliki bunga yang diinginkan,” kata Houstang, menyahut lembut ucapan ketus Jisoo barusan. Iris cokelat Jisoo bergulir, menatap wajah asing Houstang lamat. Laki-laki ini tangan kanan Taeyong, asisten pribadi Taeyong, tetapi pengetahuannya mengenai keadaan Jisoo lebih unggul dari siapapun di mansion ini.

Sebenarnya, siapa Houstang? Taeyong saat itu hanya bilang kalau Houstang hanya pria yang sedikit mengerti perkara magis. Jisoo tidak mengerti, apa identitas penghuni mansion ini sebenarnya?

“Nona, apa ada yang ingin Anda katakan?”

Jisoo berkedip saat Houstang bertanya sopan, menginterupsi mata Jisoo yang sedari tadi memandang si pria dengan sorot kalkulatif. Mata merah laki-laki itu memperhatikan Jisoo tenang. Mata yang tajam, mata yang memancarkan sorot tak asing bagi Jisoo sendiri.

“Kau iblis, kan?” tuding Jisoo tak sopan. Dia bukannya mau main tuduh sembarangan. Namun, berkali-kali hidup dan bertemu dengan berbagai entitas, dia sadar energi yang mengalir di tubuh laki-laki ini bukan energi manusia.

Dulu dia sering bertemu dengan penyihir yang datang untuk mengobati luka dalam. Pengobatan dengan cara mengalirkan energi mana bagi manusia yang tak bisa menggunakan sihir.  Kebetulan penyihir yang datang pada Jisoo memiliki hubungan dengan iblis terlarang.

Sihir gelap.

Jisoo tetap memasang wajah lempeng ketika Houstang hanya tersenyum tipis. Saat pertama kali mereka bertemu, Jisoo tidak terlalu menyadarinya. Dia hanya fokus pada Taeyong dan memikirkan kejadian nahas apa lagi yang akan menimpanya.

“Bagaimana perasaan Anda setelah mati ditusuk besi, Nona?”

Jisoo tercenung.

“Anda menikah dua belas kali. Ibu mertua Anda mengatakan bahwa keberadaan Anda lebih hina daripada anjing. Anda dikurung di dalam rumah dengan kaki dirantai.”

“Anda dua puluh kali jatuh dari tangga. Menerima pengobatan lalu Anda dijatuhkan lagi.”

Only Hope | jisoo ft taeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang